Badan Tercabik, Petani Karet Diterkam Beruang Muara Enim dan Nyaris Tewas
Saat Abdul Wahab menyadap karet, tiba-tiba muncul seekor beruang dan langsung menyerang korban dengan beberapa cabikan dan cakaran.
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunsumsel.com,Ika Anggraeni
TRIBUNNEWS.COM, MUARA ENIM - Abdul Wahab Bin Ripen (60), seorang petani karet di Desa Lubuk Mumpo, Kecamatan Gunung Megang, Muara Enim, Sumatera Selatan, nyaris tewas akibat terkaman membabi buta seekor beruang saat Abdul Wahab menyadap getah karet di kebunnya.
Beruntung, Abdul Wahab Bin Ripen berhasil lolos sari serangan beruang ganas tersebut namun dengan kondisi badan luka karena cabikan.
Peristiwa mengejutkan tersebut bermula saat korban bersama istrinya Rita (55) sedang menyadap karet dikebunnya, Kamis (7/5/2020).
Saat keduanya sedang menyadap karet, tiba-tiba muncul seekor beruang dan langsung menyerang korban dengan beberapa cabikan dan cakaran.
Baca: DPR Bingung, Kemenhub Buka Kembali Layanan Transportasi, Padahal Kasus Corona Masih Tinggi
Korban pun terkejut dan mencoba menyelamatkan diri dengan melawan beruang menggunakan senjata alat penyadap karet yang ia pegang.
Baca: Lion Air Group akan Kembali Terbang Mulai 10 Mei 2020
Diduga karena terluka akibat alat sadap korban,beruang tersebut lari meninggalkan korban.
Korban pun langsung menjerit minta tolong dan tidak lama berselang datanglah istrinya Rita dan tetangganya Erwansyah.
Betapa terkejut keduanya, melihat kondisi korban.
Baca: Menakertrans Bolehkan Perusahaan Tunda Bayar THR, Buruh Menolak Keras
Korban pun menceritakan kepada kedua orang tersebut bahwa ia baru saja diserang beruang.
Melihat korban terluka, korban langsung dibawa ke puskes Gunung Megang untuk mendapatkan pertolongan medis.
Akibat peristiwa tersebut korban mengalami luka robek di bagian telinga sebelah kiri dan luka cakaran di kening serta lengan sebelah kanan.
Dilain pihak, Aidil (45) seorang warga Desa Lubuk Mumpo berharap agar hewan buas tersebut dapat diamankan.
" Karena sebagian warga di sini kerjanya ya berkebun,dengan adanya kejadian ini,tentu saja kami khawatir, takut kalau sampai kejadian serupa terulang lagi," katanya.
Untuk itu tambahnya pihaknya berharap pihak terkait untuk segera menindak lanjutinya.
Baca: Viral Video ABK Asal Indonesia Bekerja di Kapal Ikan China, Meninggal Jenazahnya Dibuang ke Laut
"Jangan sampai seperti kejadian Harimau di Semendo, sampai ada korban lanjutan," katanya.
Kapolres Muara Enim, AKBP Donni Eka Syaputra melalui Kapolsek Gunung Megang saat dikonfirmasi membenarkan adanya peristiwa tersebut.
"Saat ini korban sudah dibawah ke RS HM Rabain Muara Enim dan rencananya akan dirujuk ke RSMH Palembang," katanya.
Terkait peristiwa tersebut pihaknya akan berkoordinasi dengan unsur Tripika untuk kemudian berkoordinasi dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Palembang untuk mencarikan solusi terkait langka-langka yang akan diambil lebih lanjut terkait adanya ancaman beruang tersebut.
"Kita akan koordinasikan dulu,apakah harus ditangkap dan diamankan atau bagaimana,sehingga masyarakat tidak resah dengan adanya kejadian ini,karena baru inilah ada beruang yang menyerang manusia di wilayah hukum Polsek Gunung Megang," katanya.
BKSDA cek lokasi penyerangan
Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Lahat mendatangi lokasi kejadian melakukan olah TKP bersama pemerintah desa maupun Polres Muaraenim.
"Kondisi tempatnya perkebunan namun ditumbuhi banyak belukar dan kami menduga disana ada dua aktivitas bersamaan, di mana petaninya sedang menyadap karet dan beruangnya lewat sehingga sama-sama terkejut sehingga menyebabkan beruang reaktif."
"Beruang kan kalau terkejut akan menjadi reaktif, sehingga terjadinya peristiwa tersebut," kata Kepala Seksi Konservasi Wilayah II Lahat Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumsel, Martialis Puspito saat dikonfirmasi Tribunsumsel.com.
Ia juga mengatakan kedatangan pihaknya ke lokasi untuk memastikan apakah beruang tersebut masih ada disekitar lokasi atau sudah menjauh.
"Kalau biasanya ada konflik, kalau memang aktivitas beruang masih ada dalam tempo 2-3 hari, maka eskalasinya harus naik, harus ada upaya lanjut, apakah harus dievakuasi atau bagaimana," katanya.
Namun berdasarkan hasil pengecekan di lokasi, beruangnya sudah tidak ada.
Meskipun begitu, pihaknya sudah memberikan kontak kepada warga setempat, jika terlihat tanda-tanda adanya aktivitas dari beruang.
Ia juga mengatakan dari hasil pengecekan ke lapangan, tidak ditemukan tanda-tanda aktivitas terkonsentrasi dari beruang tersebut.
"Di sekitar lokasi kami tidak menemukan lagi tanda-tanda aktivitas satwa tersebut misal bersarang atau nyari makan, ini tidak kami temukan, mungkin karena terkejut tadi, beruang inikan ada di mana saja, bahkan sebagian besar wilayah kerja saya, mulai dari Muratara hingga Muaraenim itu adalah ibu kota beruang, konflik paling tinggi di wilayah kerja kami adalah beruang," katanya.
Baca: Maskapai Boleh Terbang Lagi, Berikut Perintah Kemenhub untuk Cegah Covid-19 di Bandara
Untuk itu, lanjutnya pihaknya mengimbau masyarakat desa kalau beraktivitas di hutan untuk selalu waspada.
"Karena mereka sangat agresif, kalau ke hutan itu ada baiknya perhatikan dulu di sekeliling kita," jelasnya.
Dijelaskan Ito, bahwa hingga saat ini pihaknyapun belum bisa menemui korban dikarenakan adanya wabah covid 19.
"Kita juga mau ke rumah sakit juga ngeri-ngeri sedap, karena covid 19 ini tak terlihat. Makanya tadi kita memutuskan untuk olah TKP dulu, tapi dari pengalaman kami dari konflik yang terjadi, setelah konflik, beruang akan langsung pergi dan tidak akan menujukkan aktivitas terkonsentrasi di lokasi tersebut," katanya.
Artikel ini telah tayang di Tribunsumsel.com dengan judul Petani di Gunung Megang Diterkam Beruang, BKSDA Sebut Muara Enim Salah Satu Ibu Kota Beruang