Fenomena Embun Beku Mulai Muncul di Wilayah Dieng, Ahli Cuaca BMKG Beri Penjelasan
Sejumlah foto dan video adanya embun upas atau embun beku di wilayah dataran tinggi Dieng beredar di media sosial. Begini penjelasan Ahli Cuaca BMKG.
Penulis: Wahyu Gilang Putranto
Editor: Sri Juliati
"Sehingga suhu permukaan bumi akan lebih rendah dan lebih dingin dari biasanya," lanjutnya.
Kondisi ini bertolak belakang dengan kondisi saat musim hujan atau peralihan, dimana kandungan uap air di atmosfer cukup banyak karena banyaknya pertumbuhan awan.
"Sehingga atmosfer menjadi semacam 'reservoir panas' yang dapat menaikkan suhu udara di atas permukaan bumi," ungkap Miming.
Baca: Prakiraan Cuaca BMKG 33 Kota Selasa, 16 Juni 2020: Waspada Hujan Lebat di Banda Aceh pada Malam Hari
Miming juga mengungkapkan, data pengamatan BMKG per tanggal 15 Juni 2020, suhu udara minimum hingga 14.6 derajat Celcius terukur di Frans Sales Lega, Nusa Tenggara Timur.
Sementara itu, di wilayah lainnya suhu minimum berkisar antara 16-19 derajat celcius.
"Kondisi suhu dingin tersebut akan lebih terasa dampaknya seperti di wilayah dataran tinggi Dieng (Jawa Tengah) atau pun daerah pegunungan lainnya sehingga pada beberapa kasus dapat menyebabkan terbentuknya embun beku atau frost," ungkapnya.
Miming menambahkan, potensi kondisi suhu dingin seperti ini diprediksi masih dapat berlangsung selama periode puncak musim kemarau yaitu Juli-Agustus.
"Terutama di wilayah Jawa hingga Nusa Tenggara," ungkapnya.
Miming menyebut, fenomena embun beku dapat terjadi apabila kondisi permukaan bumi cukup dingin untuk membekukan tetesan air.
"Dalam beberapa kasus suhu permukaannya bisa mencapai titik nol. Sekali lagi embun di wilayah pegunungan seperti Dieng adalah merupakan fenomena yang biasa dan dapat terjadi berulang setiap tahun tergantung pada kondisi iklim dan cuaca setempat," ujarnya.
Miming mengungkapkan masyarakat tidak perlu khawatir terkait dengan kejadian fenomena tersebut.
(Tribunnews.com/Wahyu Gilang P)