Selain 3 Polisi Jujur, Yuk Intip Deretan Guyonan Ala Gus Dur
Joke-jokenya itu disukai oleh banyak tokoh di dunia, tetapi tidak jarang yang banyak orang yang dibuatnya jengkel atas joke yang dilontarkan Gus Dur
Penulis: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Guyonan atau humor ala Gus Dur atau KH Abdurrahman Wahid terkait 3 polisi jujur berbuntut pemeriksaan ke polisi.
Seorang warga Kepulauan Sula Maluku Utara diperiksa polisi saat unggah humor Gus Dur di media sosial facebook.
Nah, berikut ini guyonan ala Gus Dur lainnya yang juga cukup banyak beredar di media sosial :
1. Siapa yang Paling Dekat dengan Tuhan?
Tokoh agama Islam, Kristen, dan Budha sedang berdebat, termasuk Gus Dur sebagai wakil dari agama Islam.
Kala itu topik yang diperdebatkan adalah mengenai agama yang paling dekat dengan Tuhan.
Seorang biksu Budha mengemukakan pendapatnya mengenai topik yang dibahas.
“Agama sayalah yang paling dekat dengan Tuhan karena setiap kita beribadah ketika memanggil Tuhan kita mengucapkan ‘Om’. Nah kalian tahu sendiri kan seberapa dekat antara paman dengan keponakannya?” ucap biksu itu.
Seorang pendeta dari agama Kristen pun menyangkalnya.
“agama Anda memanggil Tuhan hanya om, kalau di agama saya memanggil tuhan itu ‘Bapa’ Nah kalian tahu sendiri kan lebih dekat mana anak sama bapaknya daripada keponakan dengan pamannya,” jawab pendeta.
Gus Dur tertawa terbahak-bahak setelah mendengar argumen dari para pemuka agama itu.
Para tokoh agama itu lantas menanyakan kenapa Gus Dur tertawa, serta mengira bahwa Gus Dur beranggapan agamanya yang paling dekat dengan Tuhan.
“Ndak kok, saya ndak bilang gitu, boro-boro dekat justru agama saya malah paling jauh sendiri dengan Tuhan.” jawab Gus Dur dengan masih tertawa.
“Lah kok bisa ?” tanya pendeta dan biksu makin penasaran.
“Lah gimana tidak, lah wong kalau di agama saya itu kalau memanggil Tuhan saja harus memakai Toa (pengeras suara),” jawab Gus Dur.
2. Santri Dilarang Merokok
“Para santri dilarang keras merokok!” begitulah aturan yang berlaku di semua pesantren, termasuk di pesantren Tambak Beras asuhan Kiai Fattah, tempat Gus Dur pernah nyantri.
Namun, namanya santri, kalau tidak bengal dan melanggar aturan rasanya kurang afdal.
Suatu malam, tutur Gus Dur, listrik di pesantren itu tiba-tiba padam.
Ketika suasana gelap gulita, para santri ada yang tidak peduli, ada yang tidur tapi ada juga yang terlihat jalan-jalan mencari udara segar.
Di luar sebuah rumah, ada seseorang sedang duduk-duduk santai sambil merokok.
Seorang santri yang kebetulan melintas di dekatnya terkejut melihat ada nyala rokok di tengah kegelapan itu.
“Nyedot, Kang?” sapa si santri sambil menghampiri “senior”-nya yang sedang asyik merokok itu.
Langsung saja orang itu memberikan rokok yang sedang dihisapnya kepada sang “yunior”. Saat dihisap, bara rokok itu membesar, sehingga si santri mengenali wajah orang tadi.
Saking takutnya, santri itu langsung lari tunggang langgang sambil membawa rokok pinjamannya.
“Hai, rokokku jangan dibawa!” teriak Kiai Fatta.
3. Menyesal Bertemu Bidadari
Terhadap fenomena jihad yang mana seorang muslim sampai percaya surga akan menjamin kematiannya, Gus Dur pun menanggapinya dengan lelucon.
“Gus, betulkah para pengebom itu mati syahid dan bertemu bidadari di surga?” tanya seorang wartawan kepada Gus Dur.
Kiai yang humoris itu pun menjawab, “Memangnya sudah ada yang membuktikan?”
“Tentu saja belum kan, ulama maupun teroris itu kan juga belum pernah ke surga.
Mereka itu yang jelas bukan mati syahid tapi mati sakit.
Dan kalau pun mereka masuk surga, mereka akan menyesal bertemu bidadari, karena kepalanya masih tertinggal di dunia dan ditahan polisi,” lanjutnya sambil cengengesan.
4. Humor Dapat Lupakan Kesulitan Hidup
Sekalipun pandangan matanya terganggu, Gus Dur dikenal sebagai humoris, saat berbicara dia selalu menyelipkan joke, cerita lucu, yang membuat pendengarannya tertawa.
Joke-jokenya itu disukai oleh banyak tokoh di dunia, tetapi tidak jarang yang banyak orang yang dibuatnya jengkel atas joke yang dilontarkannya.
"Gus, kok suka humor terus sih?" tanya seseorang yang kagum karena humor Gus Dur, selalu berganti-ganti.
"Di pesaantren, humor itu jadi kegiatan sehari-hari" Jawab Gus Dur.
"Dengan lelucon, kita bisa sejenak melupakan hidup. Dengan humor, pikiran kita jadi sehat." sambungnya.
6. Amerika & China Banyak Bicara Banyak Kerja, Kalau Indonesia?
Dikutip dari laman Nu Online, sosok Gus Dur pandai membuat guyonan karena dipengaruhi oleh tradisi pesantren yang suka bercanda.
Yang familiar di kalangan NU, salah satunya tentang karakter orang dari beberapa negara.
Namun sekali lagi ini hanya guyonan alias candaan :
1) Sedikit bicara, sedikit kerja (Nigeria, Angola).
2) Sedikit bicara, banyak kerja (Jepang, Korea Selatan).
3) Banyak bicara, banyak kerja (Amerika Serikat, China).
4) Banyak bicara, sedikit kerja (Pakistan, India).
Kemudian seseorang bertanya: "Kalau bangsa Indonesia, masuk yang mana Gus?"
Gus Dur: "Tidak bisa dimasukkan di antara yang empat itu,"
Loh,Kenapa Gus??"
Gus Dur: "Karena di Indonesia, antara yang dibicarakan dan yang dikerjakan beda," (dari berbagai sumber)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.