Pakar Pendidikan Minta Orang Tua Pahami Rasa Cemas Anak Selama New Normal
Orang tua memiliki tugas penting dalam memberikan pemahaman terhadap anak-anak selama fase kenormalan baru atau new normal.
Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Adi Suhendi
Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pakar pendidikan Prof Arief Rachman menilai orang tua memiliki tugas penting dalam memberikan pemahaman terhadap anak-anak selama fase kenormalan baru atau new normal.
Menurut Arief Rachman, orang tua perlu mengedukasi anak bagaimana bersikap dan menjaga diri selama fase new normal.
"Tugas orang tua memberikan keteguhan positif pada anak-anak terkait fase new normal. Ingatkan anak bahwa perlu menjaga diri," ucap Arief Rachman dalam diskusi webinar, Sabtu (27/6/2020).
Baca: NasDem dan Partai di Australia Tukar Pengalaman Tangani Covid-19
Dirinya meminta orang tua untuk memahami kecemasan anak saat beradaptasi pada fase new normal.
Menurutnya, anak perlu mendapatkan pengasuhan orang tua untuk menghilangkan rasa cemas.
Arief meminta orang tua untuk tidak memarahi anak yang sedang cemas.
Baca: Kasus Covid-19 di Jatim Semakin Meninggalkan Daerah Lain, Ini Langkah Khofifah
"Berusaha memahami rasa cemas. Ortu kalau ada anak cemas itu dirangkul, jangan dimarahi. Belajar untuk bisa mengendalikan diri," kata Arief.
Seperti diketahui, pemerintah masih belum memperbolehkan wilayah di zona merah, kuning, dan oranye untuk menggelar pembelajaran tatap muka.
Terdapat 94 persen populasi siswa di luar zona hijau yang masih harus menjalani pembelajaran jarak jauh. Sementara enam persen lainnya sudah boleh menggelar pembelajaran tatap muka.
Protokol Jaga Jarak Dapat Turunkan Risiko Penularan Covid-19 Hingga 85 Persen
Tim Komunikasi Publik, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Dokter Reisa Broto Asmoro mengatakan berdasarkan hasil penelitian yang diterbitkan jurnal ilmiah Lancet protokol jaga jarak atau physical distancing dapat menurunkan risiko penularan Covid-19 hingga 85 persen.
Dalam jurnal tersebut menurut dokter Reisa disebutkan bahwa jarak yang aman adalah 1 meter dari satu orang dengan orang lain.
"Ini merupakan langkah pencegahan terbaik bisa menurunkan risiko sampai dengan 85 persen," kata Dokter Reisa di Media Center Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta, Rabu (10/6/2020).
Baca: Viral Penjual Gorengan Cantik, Bantu Orangtua hingga Isi Waktu Luang setelah Di-PHK Akibat Corona
Menurutnya, protokol jaga jarak sebagai upaya memutus mata rantai penyebaran Covid-19 paling efektif menurunkan transmission rate atau angka penularan.
Terutama, ketika berada di ruang publik, seperti transportasi umum.
Sebagaimana diketahui virus SARS-CoV-2 menular atau ditularkan melalui droplet atau percikan air liur.
Maka dalam hal ini, dokter Reisa juga menyarankan agar masyarakat tetap menggunakan masker saat harus keluar rumah, terutama apabila menggunakan layanan transportasi publik.
Baca: Kisah Inspiratif Chris John: Berawal dari Wushu hingga Happy Ending sebagai Petinju Profesional
"Virus corona jenis baru penyebab Covid-19 menular melalui droplet atau percikkan air liur, maka wajib semua orang menggunakan masker, terutama ketika menggunakan transportasi," jelasnya.
Selanjutnya apabila terpaksa menggunakan transportasi umum, dokter Reisa mengimbau masyarakat agar menghindari memegang gagang pintu, tombol lift, pegangan tangga, atau barang-barang yang disentuh orang banyak.
Kalau terpaksa, maka harus langsung cuci tangan.
"Apabila tidak memungkinkan, menggunakan air dan sabun, maka dapat menggunakan hand rub dengan kadar alkohol minimal 70 persen," katanya.
Baca: Kronologi Perempuan di Solo Gagal Menikah, Mempelai Pria Kabur di Hari Pernikahan
Kemudian, dia juga mengingatkan agar masyarakat tidak meletakkan barang-barang bawaan atau tas di kursi atau lantai transportasi umum.
Selain itu, mengkonsumsi makanan atau minuman di transportasi umum juga sebaiknya tidak dilakukan, sebab dapat terkontaminasi.
"Hindari menggunakan telepon genggam di tempat umum, terutama apabila berdesakan dengan orang lain, sehingga tidak bisa menjaga jarak aman," jelasnya.
"Hindari makan dan minum, ketika berada di dalam transportasi umum. Hal ini bertujuan untuk menghindari kontaminasi, apalagi kalau menggunakan tangan yang tidak bersih," tambah dokter Reisa.