Dikenakan Menteri Syahrul Yasin Limpo, Kalung Antivirus Corona Bikin Heboh, Ini Fakta-faktanya
Berikut rangkuman tentang kalung antivirus Corona yang bakal diproduksi Kementerian Pertanian.
Penulis: Daryono
Editor: Pravitri Retno W
Evi menerangkan, dalam hal ini pihaknya tidak dapat melakukan uji klinis karena Kementan tidak memiliki mandat untuk melakukan uji ke manusia.
"Karena untuk melakukan uji klinis, kita sudah komunikasi juga dengan Badan POM, itu ketua pengujinya harus dokter paru. Kami kementerian pertanian enggak punya (dokter), jadi hasil ini yang kita publish ke masyarakat," terangnya.
Baca: 2 Balita di Tanjung Priok Jadi Korban Penjambretan, Kalung Emas Raib Disabet Pelaku
Oleh karena itu, Evi berharap para dokter dan laboratorium yang kompeten untuk mengujikan eucalyptus dengan virus SARS-CoV-2 untuk melanjutkan riset ini.
Pasalnya, hingga saat ini SARS-CoV-2 pun tidak dapat ditumbuhkan di laboratorium.
"Mungkin karena saking spesifiknya (SARS-CoV-2), kalau tidak ditumbuhkan di inang yang sesuai, dia tidak tumbuh. Dia hanya bisa ditumbuhkan di embrio ayam, di kelelawar, atau di manusia," jelas Evi.
Sementara untuk menumbuhkan virus penyebab Covid-19 di kultur jaringan dalam laboratorium, virus ini gagal tumbuh.
"Mudah-mudahan kalau Airlangga (Unair) atau Eijkman bisa, nanti kita bawa eucalyptus kita ke mereka. Tapi sampai saat ini, kita belum ketemu lab yang mampu menumbuhkan si SARS-CoV-2," ujarnya.
"Oleh sebab itu, temuan ini tolong ditindaklanjuti oleh laboratorium yang kompeten. Entah itu Litbang kesehatan atau perguruan tinggi yang punya Fakultas Kedokteran, bisa melakukan pengujiannya. Entah menumbuhkan SARS-CoV-2 nya, entah langsung ke uji klinisnya," ujar dia.
5. Ilmuwan Sarankan Tidak Buru-buru Menyebut sebagai Antivirus
Apa kata ilmuwan soal kalung antivirus Corona ini?
Ilmuwan dari Departemen Biologi IPB serta anggota Indonesian Young Scientist Forum, Dr Berry Juliandi S.Si, M.Si, membenarkan kayu putih bisa menghambat masuknya virus.
“Kayu putih punya senyawa 1,8 cineole yang bisa menghambat atau membunuh virus,” tutur Berry kepada Kompas.com, Minggu (5/7/2020).
Kemampuan kayu putih untuk membunuh virus, lanjutnya, tidak diragukan lagi.
Senyawa 1,8 cineole merupakan senyawa yang bisa menguap (volatile) maka dari itulah digunakan dalam bentuk kalung.
Namun sejauh ini, penelitian yang dilakukan oleh Kementan belum diaplikasikan pada virus SARS-CoV-2 penyebab penyakit Covid-19.
“Eksperimen in vitro sudah dilakukan namun bukan dengan virus SARS-CoV-2, melainkan virus corona lain. Itulah kelemahannya, belum ada eksperimen in vivo yang dilakukan terhadap SARS-CoV-2,” paparnya.
Dengan eksperimen in vitro saja, menurut Berry, banyak senyawa lain yang bisa membunuh virus.
Herbal lainnya seperti kunyit dan jahe pun bisa membunuh virus.
“Kalau salah dikomunikasikan ke publik, ini bahaya. Publik bisa menyangka kalung aromaterapi itu membunuh secara ilmiah virus di saluran pernapasan,” tambahnya.
Terkait hal itu, Berry menyebutkan Kementan atau pihak yang berkepentingan harus bisa mengkomunikasikan produk kalung aromaterapi dengan benar.
“Kalau komunikasinya salah, bisa bahaya untuk publik. Komunikasinya harus benar, bahwa kalung aromaterapi itu bisa membantu untuk mencegah penularan virus termasuk SARS-CoV-2. Jangan disebut sebagai obat corona, atau anticorona,” paparnya.
Berbagai senyawa termasuk aneka herbal Indonesia memang terbukti ampuh membunuh virus, dan meningkatkan daya tahan tubuh.
“Tapi ketika obat herbal itu diklaim sebagai obat, padahal belum sampai situ eksperimennya, ini yang bahaya,” tutup Berry.
(Tribunnews.com/Daryono) (Kompas.com/Sri Anindiati Nursastri/ Yohana Artha Uly/Gloria Setyvani Putri)