Jadi Kontroversi, Berikut Penjelasan Kementan Soal Kalung Antivirus Corona
Kalung antivirus Corona merupakan produk inovasi antivirus berbasis eucalyptus yang dikembangkan oleh Kementerian Pertanian.
Penulis: Arif Fajar Nasucha
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Pertanian akan memproduksi kalung antivirus corona (Covid-19).
Kalung ini merupakan satu dari beberapa produk inovasi antivirus berbasis eucalyptus yang dikembangkan oleh Kementan.
Antivirus buatan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementan saat ini telah mendapatkan hak patennya.
Tidak hanya mematenkan produk, Kementan juga menggandeng PT Eagle Indo Pharma untuk pengembangan dan produksi antivirus berbasis eucalyptus.
Baca: Kementan Luncurkan Kalung Antivirus Corona, Menko PMK: Perlu Ada Kajian yang Lebih Mendalam
Kepala Badan Litbang Pertanian, Fadjry Djufry, menjelaskan ini merupakan bagian dari ikhtiar pemerintah dan masyarakat Indonesia dalam menyikapi wabah Covid-19.
Selain itu, Fadjry mengatakan langkah ini juga sebagai upaya pemerintah menghargai dan mendukung karya anak bangsa.
"Para peneliti di Balitbangtan ini juga bagian dari anak bangsa, mereka berupaya keras menghasilkan sesuatu yang bermanfaat untuk bangsanya, semoga hal ini mampu menjadi penemuan baik yang berguna bagi kita semua," jelas Fadjry, dikutip dari pertanian.go.id.
Eucalyptus dikenal mampu melegakan saluran pernapasan, menghilangkan lendir, pengusir serangga, disinfektan luka, penghilang nyeri, mengurangi mual, dan mencegah penyakit mulut.
Fadjry menjelaskan, minyak atsiri eucalyptus citridora bisa menjadi antivirus terhadap virus avian influenza (flu burung) subtipe H5N1, gammacorona virus, dan betacoronavirus.
Baca: Dikenakan Menteri Syahrul Yasin Limpo, Kalung Antivirus Corona Bikin Heboh, Ini Fakta-faktanya
Hal tersebut berdasar hasil uji molecular docking dan uji in vitro di Laboratorium Balitbangtan.
Laboratorium yang digunakan sebagai tempat penelitian eucalyptus telah mengantongi sertifikat level keselamatan biologi atau biosavety level 3 (BSL 3) milik Balai Besar Penelitian Veteriner.
Fadjry mengatakan, Virologi Kementan pun sudah melakukan penelitan sejak 10 tahun lalu dan tak asing dalam menguji golongan virus corona seperti influenza, beta corona, dan gamma corona.
"Setelah kita uji ternyata Eucalyptus sp. yang kita uji bisa membunuh 80-100 persen virus mulai dari avian influenza hingga virus corona."
"Setelah hasilnya kita lihat bagus, kita lanjutkan ke penggunaan nanoteknologi agar kualitas hasil produknya lebih bagus," jelasnya.
Berbagai studi mengungkapkan, obat ini hanya cukup 5-15 menit diinhalasi akan efektif bekerja sampai ke alveolus.
Artinya dengan konsentrasi 1 persen saja sudah cukup membunuh virus 80-100 persen.
Bahan aktif utamanya, terdapat pada cineol-1,8 yang memiliki manfaat sebagai antimikroba dan antivirus melalui mekanisme M pro.
Baca: Kalung Anticorona Disebut Sebagai Antivirus Covid-19, Pakai Bahan Dasar Eucalyptus, Ini Manfaatnya
M pro merupakan main protease (3CLPro) dari virus corona yang menjadi target potensial dalam penghambatan replikasi virus corona.
Eucalyptol ini berpotensi mengikat protein Mpro sehingga menghambat replikasi virus.
Hal ini dapat terjadi karena 1,8 cineol dari eucalyptus disebut eucalyptol dapat berinteraksi dengan transient receptor potential ion chanel yang terletak di saluran pernapasan.
Tingginya angka keraguan terkait antivirus ini, Fadjry mengatakan hingga saat ini, banyak negara yang berlomba-lomba menemukan antivirus corona.
Indonesia, melalui Kementerian dan Lembaga (K/L) terus mencoba mencari cara dan menemukan obat untuk mencegah serta menangani virus corona (Covid-19).
Fadjry mengatakan, antivirus ini dapat dibuktikan secara ilmiah.
"Ini bukan obat oral, ini bukan vaksin, tapi kita sudah lakukan uji efektivitas, secara laboratorium secara ilmiah kita bisa buktikan, paling tidak ini bagian dari upaya kita, minyak eucalyptus ini juga sudah turun menurun digunakan orang dan sampai sekarang tidak ada masalah, sudah puluhan tahun lalu orang mengenal eucalyptus atau minyak kayu putih, meskipun berbeda sebenarnya, tetapi masih satu famili hanya beda genus di taksonomi," paparnya.
Dikenalkan oleh Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo
Diwartakan Tribunnews.com sebelumnya, munculnya kalung antivirus ini bermula dari penjelasan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo.
Mentan Syahrul Yasin Limpo menjelaskan perihal kalung antivirus ini sela-sela jumpa pers setelah bertemu dengan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Jumat (3/7/2020), di Kantor Kementerian PUPR.
Dikutip dari Kontan.co.id, Kementerian Pertanian menyatakan akan memproduksi massal kalung dan minyak antivirus corona pada Agustus 2020.
"Ini antivirus corona, dari hasil penelitian dari litbang Kementerian Pertanian, berasal dari pohon kayu putih, dari 700 jenis pohon kayu putih satu yang bisa mematikan virus corona."
"Ini hasil laboratorium kita, dan bulan depan akan kami produksi," kata Syahrul.
Selain berbentuk aromatik dari tanaman kayu putih yang dijadikan kalung, Syahrul juga memamerkan ekstak minyak kayu putih berbentuk roll.
"Ada roll berbentuk minyak, kalau berdarah kalau kena ini bisa sembuh, reumatik juga bisa," katanya.
Penelitian sejak Januari 2020
Kepala Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Kementan, Dr. Ir. Evi Savitri Iriani, MSi, menyampaikan penelitian tentang eucalyptus sebenarnya sudah dilakukan sejak Januari 2020.
"Pada awal Januari, ketika mendengar ada Covid-19 di China, kita langsung nih 'ayo temen-temen coba dikumpulkan hasil penelitiannya. Mana sih yang berpotensi sebagai antivirus maupun juga untuk meningkatkan imunitas'," kata Evi kepada Kompas.com saat dihubungi melalui sambungan telepon, Minggu (5/7/2020).
Ada sekitar 50 tanaman yang dianggap potensial berdasarkan empiris dan literatur setelah diinventaris oleh Balai Penelitian Tanaman rempah dan Obat Kementan.
"Selanjutnya kami ekstraksi bahan aktif tanaman tersebut dan kami uji kandungan bahan aktif serta kami uji juga kemampuan terhadap virus dengan bekerjasama dengan BB Veteriner," ungkap Evi.
BB Veteriner merupakan lembaga penelitian dalam bidang penyakit hewan yang sudah berusia lebih dari 50 tahun.
Evi menyebut, BB Veteriner memiliki pengalaman saat pandemi flu burung dan SARS.
Lembaga tersebut pun memiliki banyak koleksi virus yang dapat dimanfaatkan untuk uji coba, termasuk virus corona umum.
Dalam penelitian ini, Evi mengatakan pihaknya tidak melakukan uji coba secara spesifik ke SARS-CoV-2 yang bertanggung jawab atas pandemi Covid-19.
Mereka melakukan pengujian ke virus corona secara umum.
"Karena SARS-CoV-2 belum dapat ditumbuhkan di lab, jadi kami ngujinya ke model virus corona, saudara yang paling dekat dengan si (virus penyebab) Covid-19 ini," ungkap Evi.
"Sebagai pembanding, kita juga uji coba ke virus influenza. Di antaranya kalau (virus) influenza yang paling parah itu H5N1 atau flu burung," imbuh dia.
Dalam melakukan penelitian ini, Evi dan tim menggunakan beberapa tanaman yang potensial yang diujikan ke virus yang tersedia.
Pada saat diuji, ternyata eucalyptus memiliki daya bunuh virus cukup tinggi.
"Minyak eucalyptus mampu membunuh 80-100 persen virus influenza dan virus model beta dan gama corona," paparnya.
(Tribunnews.com/Fajar, Daryono)(Kontan.co.id/Syamsul Ashar)(Kompas.com/Gloria Setyvani Putri)