Jokowi Sindir Kepala Daerah: Kalau Ekonomi Ingin Cepat Pulih Belanja Dipercepat, Jangan Nge-rem
Jokowi sindir kepala daerah, ingatkan bila ekonomi ingin cepat pulih belanja dipercepat dan jangan ada yang mengerem anggaran.
Penulis: Inza Maliana
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Joko Widodo (Jokoiwi) mengingatkan seluruh pemerintah daerah untuk segera membelanjakan anggaran.
Pasalnya, di masa krisis akibat pandemi Covid-19, ekonomi Indonesia tengah dilanda keterpukuran.
Adapun, menurut Presiden, belanja pemerintah bisa diandalkan untuk menggerakkan perekonomian.
Hal itu ia sampaikan dalam rapat bersama para gubernur di Istana Bogor, Rabu (15/7/2020).
"Yang bisa diharapkan sekarang ini, semua negara hanya satu yang diharapkan."
"Yaitu belanja pemerintah, spending kita, belanja pemerintah," kata Jokowi dikutip Tribunnews dari Setkab.go.id.
Baca: Ini 5 Provinsi Terbaik dalam Penanganan Covid-19 Menurut Presiden Jokowi, Mana Saja?
Untuk itu, pihaknya menyindir agar kepala daerah tidak mengendapkan anggaran belanjanya.
Sebab, pembelanjaan tersebut bisa membuat ekonomi di daerah masing-masing menjadi lebih cepat pulih.
"Oleh sebab itu, jangan sampai ada nge-rem."
"Kalau ekonomi di provinsi Bapak Ibu semuanya ingin cepat pulih, belanjanya semuanya harus dipercepat," sambung Jokowi.
Selain itu, Jokowi menegaskan, terkait pembelanjaan merupakan buntut masih besarnya anggaran yang belum diserap pemda.
Baca: Pengamat: Presiden Jokowi Sesekali Marah Juga Tidak Jadi Masalah
"Perlu saya ingatkan, uang Pemda yang ada di bank itu masih Rp 170 triliun, 'guede' sekali ini," kata Presiden.
Jokowi mengatakan, bila dalam situasi normal, pemerintah daerah bisa berharap adanya investasi swasta untuk menggerakkan perekonomian.
Namun, Jokowi menuturkan, cara tersebut tidak bisa lagi diterapkan dalam kondisi pandemi seperti sekarang.
"Enggak bisa lagi kita mengharapkan investasi, swasta, enggak."
"Karena ini munculnya memang harus dari belanja pemerintah," imbuhnya.
Baca: Jokowi Siapkan Inpres untuk Payung Hukum Kepala Daerah Berikan Sanksi: Agar Masyarakat Taat
Jokowi mengatakan, pada kuartal pertama 2020, ekonomi RI masih tumbuh di angka 2,97 persen, turun dari kisaran 5 persen.
Pada kuartal kedua ini, Jokowi mengaku sudah menerima prediksi, ekonomi akan minus 4,3 persen.
Untuk itu, pada kuartal ketiga bulan Juli, Agustus, dan September, Jokowi menyebut merupakan momentum yang tepat untuk menggenjot perekonomian.
"Kalau kita enggak bisa mengungkit di kuartal ketiga, jangan berharap kuartal keempat akan bisa, sudah."
"Harapan kita hanya ada di kuartal ketiga, Juli, Agustus, dan September," kata Jokowi.
Prediksi Jokowi soal puncak Covid-19
Sebelumnya, Presiden memprediksi puncak penyebaran virus corona atau Covid-19 di Indonesia.
Pihaknya menuturkan, puncak pandemi akan terjadi pada Agustus dan September 2020.
Hal itu disampaikan Jokowi di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin, (13/7/2020).
"Kalau melihat angka-angka memang nanti perkiraan puncaknya ada di Agustus atau September, perkiraan terakhir," kata Presiden.
Namun menurutnya, prediksi tersebut bisa saja berubah.
Terlebih, bila tidak ada langkah antisipasi yang tepat dalam penanggulangan Covid-19.
Baca: Presiden Jokowi Minta Semua Kepala Daerah Ganti Budaya Kerja Bertele-tele
Pasalnya, di beberapa daerah, angka kenaikan Covid-19 yang sudah mulai melandai justru kembali melonjak.
Seperti yang dialami oleh DKI Jakarta dan Jawa Barat.
Oleh sebab itu, pengendalian kasus Covid-19 bergantung pada kinerja jajarannya.
Jokowi menuturkan, pihaknya terus mengingatkan agar para menteri lebih bekerja keras.
"Tapi kalau kita tidak melakukan sesuatu, ya bisa angkanya berbeda."
"Oleh sebab itu saya minta pada para menteri untuk bekerja keras," katanya.
(Tribunnews.com/Maliana)