Rizal Ramli: Buzzer Pemecah-Belah, Jadi Ancaman Non-Militer Bagi Keutuhan Indonesia
"Bayangkan ini Pancasila mau diubah, menjadi Trisila dan Ekasila, ini akan menimbulkan konflik horizontal dan konflik vertikal," ujar Deddy.
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Para purnawirawan TNI-Polri, yang tergabung dalam Forum Komunikasi Patriot Peduli Bangsa menemui mantan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Rizal Ramli. Mereka curhat soal ancaman non-militer terhadap Indonesia.
Beberapa purnawirawan yang menemui Rizal Ramli di antaranya, Letjen Purnawirawan Yayat Sudrajat, Mayjen Purnawiran Deddy Setia Budiman, Mayjen Purnawiran Robby Win Kadir, dan sejumlah purnawirawan lainnya.
Deddy menyampaikan keresahan para purnawiran, tentang adanya ancaman non-militer terhadap Indonesia. Yakni, di bidang ekonomi dan politik.
"Kita ketahui bersama ancaman non-militer sudah jelas sekali, di bidang ekonomi, di bidang politik," tutur Deddy.
Baca: Rizal Ramli Sebut Pemerintah Indonesia Serba Tanggung Sikapi Penyebaran Covid-19.
Terutama, kata dia, mengenai Rancangan Undang-Undang (RUU) Haluan Ideologi Pancasila (HIP) dan Rancangan Undang-undang (RUU) Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).
Baca: Rizal Ramli: Jika Luhut dan Tim Kabinet Ekonomi Jokowi Kalah, Mereka Harus Mundur
"Bayangkan ini Pancasila mau diubah, menjadi Trisila dan Ekasila, ini akan menimbulkan konflik horizontal dan konflik vertikal," imbuh Deddy.
Sementara Rizal Ramli mengaku sepaham dengan para purnawiran, bahwa ancaman Indonesia saat ini adalah ancaman non-militer. Seperti persoalan ekonomi, misal masih tingginya tingkat pengangguran.
"Masalah pengangguran, kemudian masalah kebangsaan. Karena beberapa tahun terakhir ini kita dipecah terus oleh buzzer, influencer, diadu bangsa kita," kata Rizal Ramli.
Istilah Buzzer sering dipakai dalam aktivitas media sosial. Dalam konteks media sosial, arti buzzer adalah orang yang mempromosikan, mengkampanyekan, atau mendengungkan sesuatu, baik itu produk atau isu tertentu melalui postingan di akun media sosialnya. Buzzer, menurut Rizal Ramli, juga menjadi ancaman non-militer, lantaran bisa menjadi 'alat' pemecah bangsa.
"Buzzer ini fungsinya dia memuja-memuja yang bayar dia kayak dewa, lawan-lawannya yang berbeda pendapat dihancurkan. Nah, demikian juga hukum. Hukum tidak adil. Kalau ada yang bandel-bandel, kritik sedikit ditangkap," ujar Rizal.
Menurut Rizal Ramli, hukum seharusnya tidak boleh berat sebelah. Apalagi mendiskriminasikan agama tertentu terkait hukum. "Kalau ada yang melakukan kejahatan, hoaks atau apa, ya tangkap. Tidak perlu ditanya sukunya, ini hal-hal yang perlu dibenahi," ucap Rizal Ramli.