Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Din Syamsuddin: KAMI Tak Layani Serangan Buzzer yang Serang Isu Pribadi

Ia menekankan, gerakan yang baru digagasnya itu tak melayani para buzzer bayaran atas reaksi yang tidak substantif.

Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Din Syamsuddin: KAMI Tak Layani Serangan Buzzer yang Serang Isu Pribadi
Tribunnews/Herudin
Massa dari berbagai elemen dan sejumlah tokoh masyarakat menghadiri deklarasi Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) di Tugu Proklamasi, Jakarta Pusat, Selasa (18/8/2020). Koalisi yang digagas oleh Din Syamsuddin dan sejumlah tokoh itu sebagai gerakan moral yang berjuang demi mewujudkan masyarakat Indonesia sejahtera. Tribunnews/Herudin 

Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penggagas Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) Din Syamsuddin heran pada sejumlah pihak yang menyerang dirinya dan gerakan KAMI dengan isu pribadi tanpa mau berdebat isi.

"KAMI mengajukan pikiran-pikiran kritis dan korektif terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara yang menyimpang dari Pancasila dan UUD 1945."

Baca: KAMI : Tak Ada Uang Serupiah Pun dari Gatot dan Din Syamsuddin untuk Acara Deklarasi

"Mengapa mereka tidak mau menanggapi isi tapi berkelit menyerang pribadi, dan mengalihkan opini?" ujar Din dalam keterangan tertulisnya, Kamis (27/8/2020).

Ia menekankan, gerakan yang baru digagasnya itu tak melayani para buzzer bayaran atas reaksi yang tidak substantif.

"KAMI tidak mau melayani karena tidak mencerminkan kecerdasan kehidupan bangsa seperti amanat Konstitusi," tegas dia.

Din berharap, pihak-pihak yang kerap mengkoreksi kesalahan-kesalahan dapat menjawab dan berdebat mengadu pikiran.

Baca: Deklarasi KAMI, Din Syamsuddin: Hari Lahir Pancasila 18 Agustus 1945

BERITA REKOMENDASI

"Seyogyanya mereka menjawab : Satu, tidak benarkah bahwa ada oligarki politik yakni bahwa tidak ada demokrasi sejati dalam partai politik karena keputusan partai ditentukan oleh segelintir bahkan satu orang? Akibatnya DPR dikendalikan oleh oligarki itu sehingga aspirasi rakyat terabaikan?. Dua, tdak benarkah bahwa ada budaya politik dinasti yakni menyiapkan anak-cucu menjadi penguasa dengan menghalangi orang-orang lain yang sebenarnya lebih berkualitas, dan akibatnya demokrasi Indonesia tercederai?," jelas mantan Ketum PP Muhammadiyah ini.

"KAMI menanti tanggapan, bukan pengalihan. KAMI siap berdiskusi bahkan berdebat mengadu pikiran," jelas Din.

Akhir-akhir ini nama Din Syamsuddin diperbincangan publik setelah ia bersama Gatot Nurmantyo dan tokoh lain menggagas deklarasi KAMI.

Di pekan ini misalnya, ia dituntut mundur dari Wali Amanat Institut Teknologi Bandung (ITB).

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas