Masih Berduka, Susi dan Dahnil Anzar Bagikan Kenangan dengan Tokoh Muhammadiyah Abdul Malik Fadjar
Meninggalnya tokoh Muhammadiyah, Prof Abdul Malik Fadjar masih menyisakan duka bagi sejumlah orang, termasuk Susi Pudjiastuti hingga Dahnil Anzar
Penulis: Facundo Chrysnha Pradipha
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Meninggalnya tokoh Muhammadiyah, Prof Abdul Malik Fadjar masih menyisakan duka bagi sejumlah orang.
Termasuk mantan Menteri KKP, Susi Pudjiastuti hingga politikus Partai Gerindra Dahnil A Simanjuntak.
Keduanya mengaku memiliki kenangan masing-masing terhadao sosok Abdul Malik Fadjar sebagai tokoh bangsa.
Seperti dikabarkan, mantan Menteri Pendidikan Nasional tersebut menghembuskan napas terakhirnya pada Senin (7/9/2020) malam pukul 19.00 WIB di Rumah Sakit Mayapada, Jakarta.
Baca: M. Nuh Kenang Sosok Mendiang Malik Fadjar: Selama Jadi Menteri Tak Pernah Buat Statement Kontroversi
Abdul Malik Fadjar merupakan tokoh Muhammadiyah yang juga mantan Anggota Wantimpres periode pertama Presiden Jokowi.
Adapun inilah kenangan yang dibagikan Susi dan Dahnil Anzar dalam cuitan mereka.
Susi : Tokoh Luar Biasa
Mantan Menteri KKP, Susi Pudjiastuti dalam cuitannya Selasa (8/9/2020) pagi menyampaikan duka atas meninggalnya Malik Fadjar.
Ia pun menyampaikan doa dan harapan.
Selain itu, Susi juga menyebut, Abdul Malik Fadjar adalah tokoh luar biasa.
Dirinya mengaku memiliki kenangan yang tak terlupakan bersama almarhum.
Dahnil Anzar
Sementara, Dahnil Anzar dalam cuitannya Selasa siang menyebut sosok Abdul Malik Fadjar sebagai guru.
Dia pun menuliskan cerita kenangan yang pernah dilakukan Malik Fadjar.
Baca: Sampaikan Duka Cita, Mendikbud Nadiem Nilai Malik Fadjar Beri Inspirasi di Dunia Pendidikan
Seperti ini cuitannya:
Kenangan Lainnya:
Menag Sebut Tokoh Pengembangan Pendidikan Islam
Menteri Agama Fachrul Razi mengungkapkan rasa duka cita mendalam atas berpulangnya Menteri Agama era Presiden BJ Habibie, Prof Abdul Malik Fadjar, Senin (7/9/2020) malam.
Fachrul Razi mengatakan kepergian Abdul Malik Fadjar merupakan kehilangan besar bagi Kementerian Agama.
"Innalillahi wa innailaihi raji'un. Saya menyampaikan duka cita mendalam atas berpulangnya Prof. A. Malik Fadjar pada Senin malam ini," ujar Fachrul melalui keterangan tertulis, Selasa (8/9/2020).
"Ini menjadi kehilangan besar bagi kami Keluarga Kementerian Agama. Bukan saja pernah menjabat sebagai Menteri Agama, tapi beliau juga merupakan tokoh pengembangan pendidikan Islam," tambah Fachrul.
Menurut Fachrul Razi, Malik Fadjar memiliki kiprah besar dalam pendidikan Islam sejak muda.
Malik muda menamatkan gelar Doktorandus (Drs) dari Fakultas Tarbiyah Cabang Sunan Ampel Surabaya pada 1972 (saat ini telah menjadi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang).
"Yang menarik, beliau telah membangun karir mulai menjadi guru pada Sekolah Rakyat Negeri (SRN), hingga kemudian menjadi Dirjen pada Ditjen Bimbaga Islam Kemenag di tahun 1995an," kata Fachrul.
"Saat menjadi Dirjen, lalu Menteri Agama, beliau banyak melakukan pembenahan dan inovasi, antara lain pengembangan manajemen berbasis sekolah, serta Madrasah Aliyah Model dan Madrasah Aliyah Keterampilan."
"Beliau ikut berjasa dalam pengembangan pendidikan Islam," tambah Fachrul.
Atas jasa besar yang luar biasa terhadap Negara dan Bangsa Indonesia, Almarhum mendapat tanda kehormatan yang tinggi, yaitu Tanda Kehormatan Bintang Mahaputera Adipradana dari Presiden BJ Habibie.
Tanda kehormatan ini tertuang dalam Keppres Nomor 076/TK/TH 1999 tanggal 13 Agustus 1999.
Baca: PROFIL Abdul Malik Fadjar: Tokoh Muhammadiyah, Mantan Menteri Pendidikan Nasional di Era Gus Dur
Wamenag Ungkap Sejumlah Keistimewaan
Wakil Menteri Agama RI, Zainut Tauhid Sa'adi menyatakan, sosok Profesor Malik Fadjar termasuk orang baik yang memiliki sejumlah keistimewaan.
Selain sebagai tokoh pendidikan, ia juga sebagai tokoh agama dan pemerintahan.
Meski, ujar Wakil Ketua Umum MUI ini, ia tidak memiliki kedekatan secara personal.
"Beliau adalah sedikit dari tokoh bangsa yang sukses mengemban tiga bidang yang sangat mulia tersebut," ujar dia diketerangannya, Selasa (8/9/2020).
Zainut menuturkan, bangsa Indonesia kehilangan putra terbaiknya. Tokoh cendekiawan muslim yang senyumnya khas dengan pembawaan yang kalem dan sederhana itu kini tiada.
Diketahui, kiprah Malik Fadjar dibidang pendidikan beliau dimulai sejak menjadi guru SD sampai menjadi rektor pada dua perguruan tinggi Muhammadiyah yang ternama, yaitu Universitas Muhammadiyah Surakarta dan Universitas Muhammadiyah Malang.
Pada bidang akademis, ia mendapatkan posisi tertinggi sebagai guru besar pada Fakultas Tarbiyah di IAIN Sunan Ampel Surabaya pada tahun 1995.
Ia juga dikenal sebagai seorang aktivis organisasi.
Abdul Malik Fadjar berkecimpung di organisasi, seperti ICMI, HIPIIS dan beliau adalah tokoh penting di Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang memiliki kontribusi besar bagi pengembangan pendidikan di lingkungan Muhammadiyah.
Ia seorang tokoh agama yang memiliki pemahaman agama yang inklusif dan inspiratif, sehingga sering menjadi rujukan dan tempat bertanya dari berbagai kalangan.
Ia juga seorang birokrat yang pernah menjabat di berbagai posisi kabinet.
Abdul Malik Fadjar menjabat sebagai Kabinet Reformasi sebagai Menteri Agama tahun 1998 - 1999 serta anggota Kabinet Gotong Royong sebagai Menteri Pendidikan pada 2001 - 2004.
Beliau juga pernah menjabat sebagai Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) ad-interim menggantikan Jusuf Kalla, dan terakhir beliau menjabat sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden RI.
Baca: Sekjen MUI Kenang Almarhum Malik Fadjar Sebagai Sosok yang Gigih
Din Syamsuddin : Pejuang Muhammadiyah
Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin menyebut sosok almarhum A Malik Fadjar sebagai pejuang Muhammadiyah.
"Almarhum adalah pejuang Muhammadiyah. Sebagian besar hidupnya diabdikan dalam Persyarikatan Muhammadiyah, mulai dari bawah hingga menjadi salah seorang Ketua PP Muhammadiyah," kata Din dalam keterangannya, Jakarta, Senin (7/9/2020).
Menurut Din, selama berada dalam Pengurus Pusat Muhammadiyah, Malik sangat aktif dan pikirannya banyak mewarnai langkah Muhammadiyah, khususnya dalam bidang pendidikan.
"Almarhum adalah pribadi akrab, walaupun usianya di atas rata-rata anggota pimpinan yang lain, namun beliau menaruh takzim kepada yang lain, termasuk cukup menyantuni para aktifis muda," ucap Din.
"Almarhum mewakili Muhammadiyah dalam banyak jabatan politik kenegaraan, sejak dari menjadi Menteri Agama, Mendiknas, Menko Kesra, dan terakhir sebagai Anggota Wantimpres," sambung Din.
Din pun menyebut kepergian Malik ke khadirat Sang Pencipta adalah kehilangan besar bagi Muhammadiyah serta umat Islam dan Bangsa Indonesia.
"Semoga segala kiprah dan perannya menjadi amal jariah bagi almarhum," ucapnya.
(Tribunnews.com/ Chrysnha, Fahdi Fahlevi, Rina Ayu, Seno Tri Sulistiyono)