Sering Pakai Masker Scuba dan Buff saat Keluar Rumah? Hati-hati, Ternyata Tak Bisa Tangkal Covid-19
Di masa pandemi Covid-19 ini, masker scuba sempat ngetren digunakan oleh masyarakat karena bentuknya yang elastis.
Penulis: Nanda Lusiana Saputri
Editor: Muhammad Renald Shiftanto
TRIBUNNEWS.COM - Di masa pandemi Covid-19 ini, masker scuba sempat ngetren digunakan oleh masyarakat karena bentuknya yang elastis.
Namun, tahukah Anda jika ternyata masker jenis scuba tidak efektif melindungi diri dari virus corona?
Juri Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito mengatakan, masker scuba dan buff terlalu tipis karena hanya terdiri dari satu lapis.
Hal itu diungkapkan Wiku dalam konferensi pers secara virtual yang diunggah di kanal YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (15/9/2020).
"Masker scuba atau buff ini adalah masker dengan satu lapis saja dan terlalu tipis, sehingga kemungkinan untuk tembus tidak bisa menyaring lebih besar."
"Maka dari itu disarankan untuk menggunakan masker yang berkualitas untuk bisa menjaga," kata Wiku.
Baca: Padahal Banyak Disukai, Satgas Penanganan Covid-19 Malah Sebut Masker Scuba Tak Bisa Tangkal Corona
Wiku menjelaskan, pemakaian masker scuba kerap kali disalahgunakan.
Maka dari itu, pemerintah mengimbau agar masyarakat menggunakan masker dengan cara yang benar.
"Masker scuba sering mudah untuk ditarik ke bawah di dagu sehingga fungsi masker jadi tidak ada."
"Maka dari itu gunakanlah masker dengan cara yang tepat untuk bisa melindungi, menutup area batang hidung sampai dengan mulut dan dagu serta rapat di pipi," papar Wiku.
Menurut Wiku, makser adalah satu di antara cara untuk mencegah penularan Covid-19.
Penggunaan masker sangat penting ketika orang berada di aera publik dan berinteraksi dengan banyak orang.
Untuk orang sehat, diwajibkan menggunakan masker kain saat sedang di luar rumah.
Wiku menegaskan, masker kain yang bagus adalah berbahan katun tiga lapis.
"Mengapa hal itu penting? karena kemampuan memfiltrasi atau menyaring partikel virus akan lebih baik dengan jumlah lapisan yang lebih banyak, dalam hal ini tiga lapisan berbahan katun," terangnya.
Kualitas Buff dan Masker Scuba
Dalam penelitan yang dilakukan ilmuwan Duke University, buff tak dapat mencegah droplet keluar dari mulut saat berbicara.
Seperti diketahui, droplet yang keluar saat berbicara, batuk, dan bersin adalah jalur masuk penularan Covid-19.
Pimpinan studi sekaligus spesialis pencitraan molekuler Martin Fischer memastikan, ketika orang berbicara dan droplet keluar dari mulut, artinya risiko penularan penyakit tetap tinggi.
Hasil riset yang terbit di jurnal Science Advances edisi 7 Agustus 2020 menunjukkan, buff adalah jenis masker yang paling tidak efektif mencegah transmisi.
Bahkan dalam riset itu disebutkan, orang yang memakai buff jauh lebih buruk dibanding orang yang tidak memakai masker sama sekali.
Baca: DPR Minta KCI Masifkan Sosialisasi Larangan Masker Scuba dan Buff di KRL
Baca: Komisi IX DPR Dukung Larangan Penggunaan Masker Scuba dan Buff di Transportasi Umum
Menurut para peneliti, buff membuat droplet semakin berkembang biak di udara.
"Mungkin banyak orang berpikir, menggunakan masker jenis apa saja lebih baik dibanding tidak memakainya sama sekali, akan tetapi hal itu salah," kata Fischer, sebagaimana dikutip dari Kompas.com.
"Kami mengamati bahwa jumlah droplet meningkat saat orang memakai buff, kami yakin bahan yang digunakan buff dapat memecah droplet menjadi partikel berukuran lebih kecil."
"Hal ini membuat penggunaan buff menjadi kontraproduktif, karena tetesan yang lebih kecil lebih mudah terbawa udara dan membahayakan orang di sekitar," paparnya.
Penelitian ini membuktikan, bahwa tidak semua masker memiliki tingkat keefektifan yang sama.
Sementara untuk masker scuba, Peneliti Loka Penelitian Teknologi Bersih (LPTB) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Dr Eng Muhamad Nasir menjelaskan, dasar pengujuan kinerja utama masker.
Setidaknya ada tiga tahapan dalam pengujian kinerja makser, yaitu:
- Uji fiktrasi bakteri (bactrial filtration efficiency)
- Uji filtrasi partikulate (particulate filtration efficiency)
- Uji permeabilitas udara dan preasure differential (breathability dari masker)
Baca: Penumpang KRL Tidak Boleh Lagi Gunakan Masker Scuba dan Buff: Tak Efektif Cegah Corona
Menurur dia, makser kain dengan bahan yang lentur seperti scuba akan melar atau merenggang saat dipakai.
Hal ini membuat kerapatan pori kain membesar serta membuka yang mengakibatkan permeabilitas udara menjadi tinggi.
Akibatnya, peluang partikular virus untuk menembus masker pun disebutnya semakin besar.
"Jika pori kain makin besar maka peluang virus masuk akan besar," ungkapnya.
KRL Larang Penumpang Pakai Masker Scuba dan Buff
Sebelumnya, PT Kereta Commuter Indonesia (PT KCI) telah menerapkan protokol kesehatan dengan mewajibkan penumpang mengenakan masker selama naik kereta rel listrik (KRL).
Vice President Corporate Communications PT KCI Anne Purba mengatakan, calon penumpang dianjurkan menggunakan masker yang efektif menahan droplet atau tetesan air.
"Hindari penggunaan jenis scuba maupun hanya menggunakan buff atau kain untuk menutupi mulut dan hidung," kata Anne dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Selasa (15/9/2020).
Selain itu, PT KCI juga meminta penumpang KRL untuk menggunakan masker dengan benar, yakni menutupi hidung dan mulut secara sempurna.
"Gunakan setidaknya masker kain yang terdiri dari minimal dua lapisan," kata dia.
(Tribunnews.com/Nanda Lusiana, Kompas.com/Gloria Setyvani Putri/Muhammad Isa Bustomi)