Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

PTFI dan UNIPA Manfaatkan Lahan Tailing untuk Produksi Variasi Pangan Berkualitas

Hasil penelitian bersama menunjukkan bahwa lahan tailing PTFI dapat dimanfaatkan sebagai lahan tumbuh yang aman bagi berbagai jenis tanaman pangan.

Editor: Content Writer
zoom-in PTFI dan UNIPA Manfaatkan Lahan Tailing untuk Produksi Variasi Pangan Berkualitas
Istimewa
Freeport bersama dengan Fakultas Pertanian Universitas Papua (Faperta UNIPA) telah melaksanakan rangkaian penelitian terkait pemanfaatan lahan tailing PTFI di Mimika sebagai lahan produktif bagi tanaman pangan, Rabu (30/9/2020). 

TRIBUNNEWS.COM - PT Freeport Indonesia (PTFI) bersama dengan Fakultas Pertanian Universitas Papua (Faperta UNIPA) telah melaksanakan rangkaian penelitian terkait pemanfaatan lahan tailing PTFI di Mimika sebagai lahan produktif bagi tanaman pangan.

Hasil penelitian bersama menunjukkan bahwa lahan tailing PTFI dapat dimanfaatkan sebagai lahan tumbuh yang aman bagi berbagai jenis tanaman pangan.

Didukung dengan pemupukan dan pemberantasan hama secara alami, tanaman yang tumbuh pun memiliki kualitas teruji dan aman dikonsumsi, sehingga dapat meningkatkan kemandirian pangan Mimika.

Baca: Rico Sia Dukung Pengelolaan Eks Tambang Freeport Dikelola Negara

“Melalui rangkaian penelitian dan pengujian restorasi lahan tailing, kami telah mampu menanam lebih dari 140 jenis tumbuhan di lebih dari 1.000 hektare lahan tailing yang direklamasi. Hasil uji coba yang kami lakukan menyatakan beberapa jenis tanaman pertanian dan perkebunan dapat dibudidayakan di lahan tailing PTFI, beberapa tanaman buah-buah seperti nenas, melon, buah naga dan mangga, mampu menghasilkan buah dengan rasa yang lebih manis dibandingkan buah sejenis yang tumbuh di media tanam lain” ujar Pratita Puradyatmika, Pengawas Umum Reklamasi Daratan Tinggi PT Freeport Indonesia.

Selain itu, hasil pengujian laboratorium yang dilakukan PTFI dan UNIPA menyatakan bahwa tanaman sayur dan buah yang tumbuh di lahan tailing PTFI memiliki kadar logam tembaga (Cu),seng (Zn), Timbal (Pb), Arsen (As) dan Air raksa (Hg) yang jauh lebih rendah dari ambang batas aman makanan yang ditetapkan pemerintah dalam SK Dirjen POM No. 03725/B/SK/VII/89.

“Kami memastikan bahwa tanaman buah dan sayuran yang tumbuh subur di lahan tailing PTFI aman dan layak untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Kami berharap agar pengelolaan lahan tailing PTFI terus diteliti lebih lanjut sehingga dapat dimanfaatkan sebagai alternatif lahan produktif akan mampu memperkuat kemandirian pangan Mimika,” tambah Pratita.

Untuk mendukung optimalisasi lahan tailing PTFI sebagai lahan produktif bagi tanaman pangan, PTFI bersama UNIPA juga meneliti pemanfaatan pupuk organik untuk menghasilkan tanaman yang lebih baik.

Berita Rekomendasi

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa penggunaan pupuk organik berupa kotoran ayam dan kotoran sapi bagi tanaman di area tailing PTFI memberikan hasil panen tanaman yang lebih tinggi dan lebih produktif dibandingkan hasil panen tanaman yang tidak diberi pupuk organik.

Baca: BPS: September 2020 Terjadi Deflasi 0,05 Persen, Tertinggi di Timika

“Hasil penelitian yang kami lakukan, misalnya pada tanaman kakao, memperlihatkan bahwa pemberian pupuk organik sebagai amelioran dapat menekan serapan logam berat dalam jaringan buah kakao dan memperbaiki kesuburan tanah. Dengan demikian secara alami, lahan tailing sebagai media tanam mampu meningkatkan ketersediaan kandungan unsur hara esensial, sehingga berdampak pada peningkatan kualitas tanaman dan buah kakao yang dihasilkan," kata Sartji Taberima, peneliti jurusan Tanah Faperta UNIPA yang melakukan penelitian penggunaan berbagai jenis pupuk organik.

Tidak hanya itu, Sartji menambahkan pupuk organik yang digunakan pun mampu mengurangi serapan logam besi (Fe), seng (Zn), tembaga (Cu), dan mangan (Mn) pada tanaman.

Selain mengembangkan pemanfaatan pupuk organik untuk meningkatkan produktivitas tanaman, PTFI dan UNIPA juga meneliti potensi pemanfaatan tanaman sebagai pestisida alami.

Dari 277 jenis tumbuhan lokal yang diamati dan diidentifikasi, terdapat 14 jenis tumbuhan yang berpotensi dimanfaatkan sebagai pestisida alami, baik untuk menghambat nafsu makan hama, menolak hama, menghambat perkembangan hama, menghambat aktivitas Hama, dan membunuh hama sebagai organisme pengganggu tanaman.

Baca: Amnesty Sayangkan Respons Indonesia Saat Jawab Tudingan Vanuatu soal Papua di Sidang PBB

“Pemanfaatan pestisida alami sangat baik untuk tanaman karena materinya yang cepat terurai, memiliki toksisitas yang rendah, serta tidak meracuni dan merusak tanaman. Selain itu, Pestisida Alami pun cenderung lebih hemat biaya karena pembuatannya yang mudah,” papar Maria J. Sadsoeitoeboen, M.Si, Pakar Biologi FMIPA UNIPA yang terlibat dalam penelitian ini.

Sejak tahun 1998, PTFI bersama berbagai perguruan tinggi seperti UNIPA, Universitas Cendrawasih, Institut Pertanian Bogor, Institut Teknologi Bandung, Universitas Sriwijaya, dan Universitas Lambung Mangkurat secara berkelanjutan melakukan berbagai penelitian lingkungan.

Penelitian dilakukan sebagai upaya PTFI meminimalisasi dampak operasi perusahaan terhadap lingkungan, mempercepat pemulihan lingkungan di lahan bekas operasi, serta mengoptimalkan nilai tambah perusahaan terhadap lingkungan dan masyarakat melalui upaya pelestarian keanekaragaman hayati dan peningkatan produksi pangan, perikanan, dan perikanan di Mimika. (*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas