Ambulans yang Viral Ditembaki Gas Air Mata Ternyata Pasok Batu untuk Perusuh
Yusri menjelaskan, kendaraan pribadi hingga ambulans itu tidak hanya menyiapkan makanan bagi para pendemo.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Polda Metro Jaya menangkap sedikitnya 1.377 orang dalam aksi unjuk rasayang berujung kericuhan menolak Omnibus Law UU Cipta Kerja, Selasa (13/10/2020) lalu.
Dari pemeriksaan sementara, polisi menemukan modus baru yang dipakai para
perusuh, yakni dengan memanfaatkan mobil ambulans untuk mengantar dukungan
logistik untuk para pendemo.
”Semua masih kita dalami. Tetapi memang dropping makanannya ada. Ada kendaraan-kendaraan yang sudah kita deteksi," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Yusri Yunus kepada wartawan, Rabu (14/10).
"Ini modus baru lagi sekarang, ada yang menggunakan ambulans yang bebas bergerak, ada juga kendaraan pribadi sudah kita deteksi semua, kita dalami," ucap Yusri.
Yusri menjelaskan, kendaraan pribadi hingga ambulans itu tidak hanya menyiapkan
makanan bagi para pendemo.
Baca juga: Dibawa Pakai Pesawat Ambulans, Cristiano Ronaldo Dipindahkan ke Turin Sehari Seusai Positif Covid-19
Sejumlah kendaraan bahkan terlihat mempersiapkan alat seperti batu untuk massa rusuh saat demonstrasi kemarin.
"Mereka menyiapkan makanan semuanya. Bahkan ada indikasi menyiapkan alat-alat batu untuk demonstrasi, pelemparan-pelemparan," ujar Yusri.
Salah satu ambulans yang terindikasi membawa batu dan logistik untuk pedemo itu
ditemukan di daerah Menteng, Jakarta Pusat.
Video penangkapan ambulans itu bahkan sempat viral di media sosial.
Dalam video berdurasi 23 detik itu terlihat sebuah mobil ambulans yang berada di lokasi unjuk rasa penolakan UU Ciptaker ditembaki oleh anggota polisi dengan menggunakan gas air mata.
Baca juga: Kronologi Lengkap Ambulans Dikejar dan Ditembaki Polisi, Polda Metro Jaya: Nyaris Nabrak Petugas
Ambulans itu tampak berjalan mundur dengan pintu depan dan pintu belakang terbuka. Ambulans itu kemudian tancap gas untuk menghindari tembakan gas
air mata.
”Ada dugaan ambulans tersebut bukan untuk kesehatan, tapi untuk mengirim
logistik dan indikasi batu untuk para pedemo," kata Yusri.
Ia menjelaskan, penangkapan ambulans itu bermula ketika polisi memeriksa tiga
rangkaian kendaraan yang melintas di lokasi itu, yakni sepeda motor dan dua ambulans.
Saat dilakukan razia, dua rangkaian awal, mulai sepeda motor hingga ambulans
pertama berhenti dan bersedia diperiksa oleh petugas. Namun ambulans yang berada
pada rangkaian terakhir mencoba melarikan diri saat hendak diperiksa.
Baca juga: Polisi Harus Tindak Tegas Pihak yang Gunakan Ambulans sebagai Angkutan Logistik Demo Anarkis
"Rangkaian ketiga, yakni satu ambulans, pada saat diberhentikan mencoba melarikan diri. Kita ketahui ada empat orang di ambulans itu dan coba melarikan diri dengan mundur dan nyaris menabrak petugas," terang Yusri.
Yusri menambahkan, ambulans tersebut dua kali memacu kecepatan tinggi untuk
melarikan diri dan sempat hampir menabrak petugas keamanan yang mencoba
memeriksa ambulans tersebut.
"Ambulans itu mundur, terus diberhentikan lagi. Berhenti sejenak dan tiba-tiba maju lagi, hampir menabrak petugas. Ini masih didalami oleh petugas penyidik," ujar Yusri.
Saat ambulans tersebut kabur dari kejaran petugas, seorang penumpang berinisial N
melompat keluar. N pun diamankan petugas.
Kemudian, polisi melakukan pencarian terhadap ambulans tersebut. Tak lama kemudian, ambulans beserta tiga penumpangnya bisa diamankan.
"Malam kita temukan ambulans dan orangnya di Taman Ismail Marzuki. Kita amankan sekarang ke Polda, yang 1 loncat dan sisanya 3. Jadi ada 4 (orang diamankan)," kata Yusri.
Polisi pun menginterogasi para penumpang itu untuk penyelidikan lebih lanjut.
Penumpang yang berinisial N itu kemudian mengaku bahwa ambulans itu bukan untuk keperluan medis.
Saat ini empat orang penumpang ambulans tersebut masih menjalani proses
pemeriksaan di Polda Metro Jaya. Namun, Yusri belum mengungkapkan keterkaitan
empat orang tersebut dalam kelompok atau ormas tertentu.
Pihak kepolisian juga masih terus mendalami temuan-temuan yang didapatkan di
lapangan untuk dikembangkan.
Menurut Yusri, tak menutup kemungkinan hasil pendalaman terhadap pelajar yang diamankan saat kerusuhan juga akan berujung pada temuan bukti kuat dan penetapan tersangka.(tribun network/dng/dod)