'Manuver' Gatot Nurmantyo di KAMI Justru Bikin Elektabilitasnya Jeblok? Berikut Perbandingan Datanya
IPI membuat simulasi tertutup terhadap 15 nama. Salah satunya yakni Mantan Panglima TNI Jenderal (purn) Gatot Nurmantyo.
Penulis: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Lembaga Indikator Politik Indonesia (IPI) merilis hasil survei tentang pilihan politik.
Survei yang dilakukan kepada 1.200 responden memberi pertanyaan siapa yang dipilih oleh responden jika Pilpres diadakan sekarang.
IPI membuat simulasi tertutup terhadap 15 nama. Salah satunya yakni Mantan Panglima TNI Jenderal (purn) Gatot Nurmantyo.
Baca juga: Kerap Jadi Sorotan, Mengapa Survei Gatot Nurmantyo Sangat Rendah, Bahkan Kalah dari Khofifah?
Hasil survei menyatakan 1,4 persen responden memilih Gatot menjadi presiden.
Hasil yang didapat Gatot masih jauh di bawah Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto dan Anies Baswedan di urutan tiga teratas. Bahkan keterpilihan Gatot masih kalah dari Khofifah Indar Parawansa.
Presidium Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) ini duduk di posisi 8. Di bawah Gatot secara berurutan ada nama Mahfud MD, Airlangga Hartarto, Puan Maharani, Erick Thohir, Tito Karnavian, Muhaimin Iskandar, Budi Gunawan.
Survei yang digelar Indikator Politik Indonesia (IPI) menunjukkan, jika pemilihan presiden digelar tahun 2020 ini, maka tokoh yang memiliki elektabilitas paling tinggi adalah Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Baca juga: Gatot Nurmantyo Evaluasi 1 Tahun Pemerintahan Jokowi - Maruf Amin, Bahas Kemiskinan hingga Utang
Berdasarkan tabel yang dipaparkan Direktur Eksekutif IPI Burhanuddin Muhtadi dalam konferensi pers virtual, Minggu (25/10/2020), tren elektabilitas Ganjar mengalami kenaikan berdasarkan survei yang digelar bertahap, mulai dari Februari, Mei, Juli dan September.
Tokoh yang memiliki elektabilitas tertinggi kedua, yakni Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.
Berdasarkan tabel yang sama, elektabilitas Prabowo sebenarnya masih tinggi pada survei IPI yang digelar Februari.
Namun, pada survei yang digelar Mei, elektabilitas Prabowo turun meski perlahan naik kembali pada survei Juli dan September.
"( Elektabilitas) Ganjar konsisten di tiga survei terakhir. Sementara, (elektabilitas) Pak Prabowo naik di September ini," ujar Burhanuddin Muhtadi di dalam pemaparan hasil survei, Minggu.
Urutan ketiga diisi oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dilanjutkan oleh politikus Gerindra sekaligus mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Salahuddin Uno.
Pada urutan kelima diisi oleh Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dan dilanjutkan oleh Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Berikut rincian survei IPI terhadap elektabilitas sejumlah tokoh. Diketahui, IPI memberikan jawaban tertutup dengan 15 nama. Kompas.com hanya mengutip 10 tokoh di antaranya.
1. Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo
Februari: 9,1 persen
Mei: 11,8 persen
Juli: 16,2 persen
September: 18,7 persen
2. Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto
Februari: 22,2 persen
Mei: 14,1 persen
Juli: 13,5 persen
September: 16,8 persen
3. Gubernur DKI Jakarta Anies Bawedan
Februari: 12,1 persen
Mei: 10,4 persen
Juli: 15 persen
September: 14,4 persen
4. Politisi Gerindra Sandiaga Salahuddin Uno
Februari: 9,5 persen
Mei: 6 persen
Juli: 9,2 persen
September: 8,8 persen
5. Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil
Februari: 3,8 persen
Mei: 7,7 persen
Juli: 8,6 persen
September: 7,6 persen
6. Ketua Umum Partai Demokrat
Februari: 6,5 persen
Mei: 4,8 persen
Juli: 6,8 persen
September: 4,2 persen
7. Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa
Februari: 5,7 persen
Mei: 4,3 persen
Juli: 3,6 persen
September:4 persen
8. Mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo
Februari: 2,2 persen
Mei: 1,7 persen
Juli: 1,4 persen
September: 1,4 persen
9. Menko Polhukam Mahfud MD
Februari: 3,8 persen
Mei: 3,3 persen
Juli: 0,8 persen
September: 1,3 persen
10. Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto
Februari: -
Mei: -
Juli: 0,3 persen
September: 1,2 persen
Dari data di atas, elektabilitas Gatot yang sebelumnya 2,2 persen pada Februari 2020 turun hingga 1,4 persen pada survei di bulan Juli. Bulan September, angka tersebut stagnan di 1,4 persen.
Diketahui, survei ini dilakukan terhadap 1.200 orang responden yang dipilih secara acak dan tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia.
Metode survei dilaksanakan melalui wawancara telepon dengan margin of error sebesar 2,9 persen dan tingkat kepercayaan survei sebesar kurang lebih 95 persen.
Kritik Gatot terhadap kinerja pemerintah
Mantan Panglima TNI, Gatot Nurmantyo memberikan evaluasi dengan menggunakan data terkait kinerja satu tahun Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin.
Hal tersebut seperti yang disampaikannya saat hadir dalam acara Indonesia Lawyer Club (ILC), Selasa (20/10/2020).
"Setahun pemerintahan Jokowi tentunya kami harus menyampaikan dengan jernih bahwa kelebihan pemerintahan saat ini adalah optimis meskipun hal itu perlu perhitungan yang lebih matang," ujar Deklarator dari Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) tersebut.
"Sehingga tidak terkesan melampaui kemampuan seperti yang dikatakan Pak Moeldoko," lanjutnya.
Pihaknya mengatakan sebuah fakta bahwa negara Indonesia sedang mengalami kondisi luar biasa lantaran adanya pandemi virus corona (covid-19).
Gatot mengatakan adanya hal itu, membuat suatu permasalahan kompleks.
Baca juga: Kasus Penganiayaan Polisi Saat Demo, Tiga Relawan KAMI Jabar Jadi Tersangka
Baca juga: 1 Tahun Pemerintahan Jokowi, Isu Reshuffle Kabinet Menyeruak Lagi
Oleh karenanya pihaknya melakukan analisa data komprehensif guna melakukan kontruksi untuk menyelamatkan Indonesia.
Satu di antaranya terkait data pertumbuhan ekonomi, dari 2014 flat, dan 2019 hingga 2020 itu mengalami penurunan, terlebih lagi dengan adanya Pandemi Covid-19.
"Dan saya perkirakan di tahun 2021 akan lebih turun lagi, maka benar-benar harus mempunyai kiat untuk menanganinya dengan sungguh-sungguh karena ini mencemaskan," lanjutnya lagi.
Selanjutnya tentang kemiskinan, di mana pihaknya mengatakan sejak tahun 1996 mengalami penurunan, namun dua tahun terakhir bahkan sebelum pandemi covid-19 kemiskinan meningkat.
Dan dirinya memperkirakan kemungkinan terburuk bahwa tingkat kemiskinan akan semakin meningkat dengan adanya Covid-19.
Sesuai data yang dibacakannya, jumlah orang miskin di Indonesia pada 2019 sebelum wabah, mencapai 91,90 juta orang.
"Selanjutnya masalah fiskal, analisa kami terhadap APBN terkait defisit anggaran sejak tahun 2015 sebenarnya sudah terjadi defisit yang sangat besar saya mengetahui sendiri."
Selain itu Gatot juga membahas soal utang, di mana sejak tahun 2015 ada peningkatan utang hingga hingga 2 kali lipat dari akumulasi seluruh presiden yang ada dari sejak Bung Karno sampai dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Totalnya ada Rp 2.400 Triliun, sedangkan sekarang sudah mencapai hampir Rp 6.000 Triliun.
"Utang sudah 4 kali lebih jumlahnya dari pendapatan negara ini, dan ini benar-benar memerlukan perhatian yang sangat serius, karena dibalik utang yang sangat tinggi ternyata cadangan devisa tidak meningkat jadi kurs rupiah akan tertekan," ujarnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.