Atasi Stunting, Kementan Tanam 50.000 Ha Padi Inpari IR Nutrizinc Tahun 2021
Kementan melepas Varietas Padi Inpari IR Nutrizinc, yang mempunyai banyak kelebihan dibanding beberapa varietas lain dalam hal kandungan Zn.
Editor: Content Writer
TRIBUNNEWS.COM – Gaya hidup sehat yang terus berkembang mendorong kian tingginya kebutuhan masyarakat akan pangan sehat. Berkembangnya ilmu dan teknologi, membuat fungsi nasi pun bergeser, bukan hanya sumber karbohidrat namun sekaligus fungsi kesehatan.
Melihat hal ini Kementerian Pertanian mulai melakukan inovasi baru, salah satunya denga melepas Varietas Padi Inpari IR Nutrizinc. Inpari IR Nutri Zinc mempunyai banyak kelebihan dibanding beberapa varietas lain dalam hal kandungan Zn.
Berdasarkan data deskripsi yang dikeluarkan melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian tahun 2019, bahwa potensi kandungan Zn pada varietas tersebut sebesar 34,51 ppm sementara varietas lain seperti Ciherang memeiliki kandungan 24.06 ppm. Varietas ini baik ditanam untuk lahan sawah irigasi pada dataran rendah-dataran menengah < 600 mdpl.
Direktur Serealia Ismail Wahab menyebut penyiapan benih dasar padi Inpari Nutrizinc diproduksi oleh Balai Besar Penelitian Padi (BBPadi) Sukamandi sebagai pemulia benih dan dikembangkan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Provinsi untuk kemudian ditanam sebagai benih sebar untuk kebutuhan beras konsumsi.
"Keunggulan kandungan Zn itulah diharapkan dapat turut mensukseskan program pemerintah dalam mengatasi kekurangan gizi Zinc dan meminimalisir stunting di Indonesia," papar Ismail.
Kekurangan Zn dalam tubuh selain berakibat menurunnya daya tahan tubuh, produktifitas, dan kualitas hidup manusia, kekurangan gizi Zn juga menjadi salah satu faktor kekerdilan atau stunting dan cocok dikonsumsi oleh ibu hamil dan anak-anak. Biofortifikasi pada Inpari IR Nutri Zinc diharapkan dapat membantu peningkatan nilai gizi sekaligus mengatasi kekurangan gizi besi pada masyarakat.
Karena budidaya Padi Inpari IR Nutrizinc hampir sama dengan budidaya, harga berasnya juga tidak jauh beda dengan beras konsumsi biasa. Untuk diketahui, angka stunting di Indonesia (data Riset Kesehatan Dasar, Riskesdas 2019) mencapai 30,8 persen (tersebar di 100 kabupaten/kota prioritas dan 34 provinsi). Sementara target WHO, angka stunting tidak boleh lebih dari 20 persen.
Sebagai langkah penyediaan pangan berkaitan dengan kesehatan, Ismail mengatakan bahwa Kementan pada 2020 telah menanam padi inpari IR Nutrizinc seluas 4.378 ha tersebar di 22 kab wilayah rawan stunting dan rawan pangan diantaranya di Lampung Tengah 125 ha, Indramayu 200 ha, Pemalang 1.223 ha, Lombok Timur 50 ha, dan Boalemo 70 ha.
Sebagian gabah yg diproduksi pada tahun 2020 ini diproses untuk konsumsi dan sudah disiapkan 1.250 ton benih Inpari IR NutriZinc untuk ditanam pada 2021 bisa mencapai lebih dari 50.000 ha baik melalui program pemerintah, swadaya petani dan kelompoktani.
Bahkan, menurut Ismail, Kementan pada tahun 2021, rencana akan menanam mininal 50.000 ha padi ini pada 22 provinsi dan 63 kabupaten, diantaranya Kabupaten Bireuen (Aceh), Toba Samosir (Sumut), Solok Selatan (Sumbar), Tanah Laut (Kalsel), Minahasa Tenggara (Sulut), Belu (NTT), Kepulauan Sula (Malut), Teluk Wondama (Pabar). "Ini sebagai stimulan dan pengenalan jenis padi bagi petani dan selanjutnya petani secara swadaya akan menanam jenis padi secara masif," paparnya.
Terpisah Direktur Jenderal Tanaman Pangan Suwandi menyebut bahwa Kementan perlu memperhatikan ketersediaan benih sumber, terlebih hingga saat ini baru ada satu varietas padi yang tersedia untuk mendukung penurunan angka stunting, yaitu varietas Inpari IR Nutri Zinc. "Sesuai arahan Mentan Syahrul Yasin Limpo bahwa model seperti ini perlu dikembangkan dan direplikasi ke banyak wilayah," pungkasnya. (*)