Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Sosok 3 Kapolda di Jawa: Disebut Potensi Naik Pangkat hingga Masuk Syarat Calon Kapolri

Ramai isu calon Kapolri hingga 3 Kapolda di Jawa diisukan naik pangkat Jenderal Bintang 3

Penulis: Facundo Chrysnha Pradipha
Editor: Muhammad Renald Shiftanto
zoom-in Sosok 3 Kapolda di Jawa: Disebut Potensi Naik Pangkat hingga Masuk Syarat Calon Kapolri
Tribunnews/JEPRIMA
Kapolri Jenderal Pol Idham Azis saat memberikan kata sambutan disela-sela Peluncuran tim dan kostum Bhayangkara di Auditorium Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK), Jakarta Selatan, Senin (24/2/2020). Kapolri meresmikan jersey tiga tim binaan Polri yaitu Bhayangkara FC, Bhayangkara Samator dan PGN Popsivo Polwan 2020. Tribunnews/Jeprima 

TRIBUNNEWS.COM - Bursa calon Kapolri pengganti Kapolri Jenderal Polisi Idham Azis menjadi perbincangan belakangan.

Jenderal Pol Idham Azis pun purna tugas pada Januari 2021.

Selain itu timbul isu mutasi besar-besarai di tubuh Korps Bhayangkara lantaran para perwira tinggi (Pati) juga pensiun.

Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW), Neta S Pane menyebut, sedikitnya 30 Pati Polri penisun, termasuk tiga Komisaris Jenderal.

Baca juga: Jelang Pergantian Kapolri: Akan Ada Mutasi, 30 Jenderal Pensiun, hingga 4 Kriteria Kapolri Baru

Dengan adanya tiga Komjen yang pensiun, maka akan ada tiga perwira Polri yang berpangkat Irjen yang akan naik menjadi Komjen.

Ketiga Pati yang disebut akan naik menjadi bintang tiga itu adalah Kapolda Metro Jaya Irjen Nana Sudjana, Kapolda Jawa Tengah Irjen Ahmad Luthfi, dan Kapolda Jawa Timur Irjen M Fadil.

Neta S. Pane juga mengatakan bahwa syarat calon Kapolri yang baru pernah menjadi Kapolda di Jawa atau di daerah rawan agar insting dalam mengantisipasi Kamtibmas mumpuni dan keamanan Indonesia tetap prima.

Berita Rekomendasi

Lalu bagaimana sosok 3 Kapolda yang berdinas di Jawa seperti yang diisyaratkan Neta S Pane?

1. Kapolda Metro Jaya, Irjen Nana Sudjana

Mengutip dari WartakotaLive.com, Nana kelahiran Cirebon, Jawa Barat pada 26 Maret 1969.

Ia perwira tinggi lulusan Akpol pada tahun 1988.

Nana pernah menduduki jabatan di antaranya Kapolresta Solo tahun 2010 yang saat itu Wali Kotanya Joko Widodo.

Kombes Nana Sudjana kemudian digantikan Kombes Listyo Prabowo yang saat ini berpangkat Komjen sebagai Kabareskrim.

Dari Solo, Nana ditarik menjadi Dirintelkam Polda Jateng (2011).

Lalu Analis Utama Tk. I Baintelkam Polri (2012).

Ia juga pernah menduduki jabatan Analis Kebijakan Madya bidang Ekonomi Baintelkam Polri (2013).

Tiga jabatan terakhirnya sebelum menjabat Kapolda NTB adalah Dirintelkam Polda Jawa Timur pada tahun 2014,

Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Nana Sudjana (kedua kanan) bersama Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Yusri Yunus (kedua kiri), Kapolres jakarta Utara Kombes Pol Sudjarwoko dan Direskrimum Kombes Pol Tubagus Ade Hidayat saat menggelar rilis kasus penembakan pengusaha bos ekspedisi di Halaman Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Senin (24/8/2020). Polisi menangkap 12 pelaku penembakan maut di Kelapa Gading, Jakarta Utara, yang menewaskan pengusaha pelayaran Sugianto (51). Penembakan maut tersebut diotaki oleh karyawati korban bernama Nur Lutfiah (34) akibat sakit hati. Tribunnews/Jeprima
Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Nana Sudjana (kedua kanan) bersama Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Yusri Yunus (kedua kiri), Kapolres jakarta Utara Kombes Pol Sudjarwoko dan Direskrimum Kombes Pol Tubagus Ade Hidayat saat menggelar rilis kasus penembakan pengusaha bos ekspedisi di Halaman Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Senin (24/8/2020). Polisi menangkap 12 pelaku penembakan maut di Kelapa Gading, Jakarta Utara, yang menewaskan pengusaha pelayaran Sugianto (51). Penembakan maut tersebut diotaki oleh karyawati korban bernama Nur Lutfiah (34) akibat sakit hati. Tribunnews/Jeprima (Tribunnews/JEPRIMA)

Wakapolda Jambi pada tahun 2015, dan Wakapolda Jawa Barat pada tahun 2016.

Nana menjabat sebagai Kapolda Nusa Tenggara Barat (NTB) sejak Mei 2019.

Hingga berita ini diturunkan, Nana menjabat sebagai Kapolda Metro Jaya sejak Januari 2020 menggantikan Komjen Gatot Eddy Pramono yang bertugas sebagai Wakapolri.

2. Kapolda Jawa Tengah, Irjen Ahmad Luthfi

Sementara diberitakan Tribunlampung.co.id, nama Ahmad Lutfi mencuat di antara nama jenderal lain yang dimutasi Kapolri Jenderal Idham Azis pada 1 Mei 2020. 

Berdasarkan Surat Telegram (ST) yang diterbitkan Kapolri Jenderal Idham Azis, yakni ST/1337/V/KEP/2020  dan ST/1338/V/KEP/2020, tertanggal 1 Mei 2020, Brigjen Ahmad Lutfi promosi jabatan.

Sebelumnya Brigjen Ahmad Lutfi menjabat sebagai Wakapolda Jawa Tengah. 

Dengan keluarnya Skep Kapolri itu, Ahmad Lutfi ditunjuk menjadi Kapolda Jawa Tengah. 

Artinya Ahmad Lutfi akan naik pangkat menjadi bintang dua yaitu Inspektur Jenderal (Irjen). 

Ahmad Lutfi menyita perhatian karena dia adalah satu-satunya jenderal bukan lulusan Akademi Kepolisian (akpol) yang bisa merengkuh jabatan bergengsi Kapolda Jawa Tengah. 

Sampai-sampai Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane mengatakan, pengangkatan Ahmad Lutfi adalah hal yang paling fenomenal dalam mutasi jabatan di tubuh Polri kali ini. 

Jamak diketahui jabatan bergengsi di tubuh Polri dikuasai para alumni Akpol. 

Karena itu penunjukan Ahmad Lutfi sebagai Kapolda Jawa Tengah menjadi sorotan bagi IPW. 

Neta mengatakan, sejak duduk sebagai Kapolresta Solo, karier Luthfi memang begitu cepat menanjak.

Kondisi ini terbilang fenomenal untuk sebuah jenjang karier di Korps Bhayangkara.

Kapolda Jawa Tengah, Irjen. Pol. Drs. Ahmad Luthfi saat melakukan diskusi Tribun Forum
Kapolda Jawa Tengah, Irjen. Pol. Drs. Ahmad Luthfi saat melakukan diskusi Tribun Forum "Mengawal Bangsa Terapkan New Normal" bersama Tribun Jateng via Google Meet di Gedung Kapolda Jawa Tengah, Senin (6/7/2020) (Tribun Jateng/Hermawan Handaka)

Oleh karena itu, IPW menduga Luthfi sudah disiapkan untuk menduduki jabatan tinggi di Polri pada masa yang akan datang.

“Sepertinya yang bersangkutan sedang dipersiapkan Jokowi untuk menjadi calon Kapolri ke depan. Bisa jadi akan dipersiapkan menggantikan Idham Azis,” jelasnya.

Ahmad Lutfi diketahui bukanlah lulusan Akpol. 

Ahmad Lutfi adalah lulusan Sekolah Perwira Militer Sukarela (Sepa Milsuk) angkatan ke-2 tahun 1989.

Sejak polisi berpisah dari TNI, nama Sepa Milsuk kini berganti menjadi Penerimaan Polri Sumber Sarjana (PPSS).

Sepa Milsuk adalah jalur masuk ABRI bagi lulusan perguruan tinggi. 

Di Sepa Milsuk 1989, Ahmad Lutfi satu angkatan dengan Menteri Kesehatan Terawan. 

Terawan adalah seorang dokter tentara berpangkat Mayjen. 

Sepa Milsuk Angkatan ke-2 Tahun 1989 ini dilantik perwira pada tanggal 29 Juni 1989 di Kodikal.

Kodikal merupakan nama lembaga pendidikan TNI Angkatan Laut sebelum berubah menjadi Kodiklatal.

Menurut Neta, perwira non Akpol itu menjadi Wakapolda Jawa Tengah usai mengikuti pendidikan.

Tak seperti biasanya, usai mengikuti pendidikan, perwira Polri menjadi Analis Kebijakan (Anjak) dulu atau menjabat posisi di Mabes Polri dengan pangkat tetap Kombes, baru kemudian mendapat promosi menjadi Brigjen.

Profil Brigjen Ahmad Lutfi

Nama: Brigjen Ahmad Lutfi SH SST MK

TTL: Surabaya, 22 November 1966

Pendidikan

Sepa 1989 
Selapa 2000
Sespim 2005
Lemhanas PPRA 2017

3. Kapolda Jawa Timur, Irjen M Fadil Imran

Surya.co.id mengabarkan, jabatan Kapolda Jatim Irjen Pol Luki Hermawan dipastikan mengalami pergantian.

Dia digantikan Irjen Pol M Fadil Imran yang sebelumnya merupakan staf Ahli Sosial Budaya (Sahli Sosbud) Kapolri.

Kepastian pergantian posisi Kapolda Jatim dari Irjen Pol Luki Hermawan ke Irjen Pol M Fadil Imran tertuang dalam Surat Telegram Kapolri bernomor ST/1377/KEP/2020, Jumat (1/5/2020).

Selanjutnya Irjen Pol Luki Hermawan akan menduduki jabatan baru sebagai Wakil Lembaga Pendidikan dan Pelatihan (Wakalemdiklat) Polri.

Berbeda dengan pendahulunya, Luki Hermawan, yang berpengalaman membidangi intelijen. M Fadil Imran yang merupakan alumni Akademi Polisi (Akpol) 1991 ini merupakan sosok yang berpengalaman membidangi reserse.

Surya.co.id coba menyajikan biodata dan profil M Fadil Imran yang berhasil dikumpulkan dari berbagai sumber.

Kapolda Jatim Irjen Pol M Fadil Imran menegur dan mengusir Kapolsek Gubeng Kompol Naufil yang tidur saat mengikuti rapat koordinasi soal PSBB Surabaya
Kapolda Jatim Irjen Pol M Fadil Imran menegur dan mengusir Kapolsek Gubeng Kompol Naufil yang tidur saat mengikuti rapat koordinasi soal PSBB Surabaya (Humas Polda Jatim)

M Fadil Imran dilahirkan di makassar, Sulawesi Selatan 51 tahun lalu. Dia memiliki rekam jejak menduduki beberapa jabatan penting di Polri.

Mulai dari Polres KP3 Tanjung Priok, Polres Kepulauan Riau, Polres Metro Jakarta, Polda Metro, hingga Mabes Polri.

Pada tahun 2008, Fadil Imran pernah menjabat sebagai Kasat III Ditreskrimum Polda Metro Jaya.

Pada tahun yang sama, ia kemudian menjabat sebagai Kapolres KP3 Tanjung Priok.

Setahun kemudian, tepatnya pada tahun 2009, ia menjabat Wadir Reskrimum Polda Metro Jaya.

Setelah tiga tahun menjabat, pada tahun 2011, Imran dimutasi untuk menduduki jabatan Kasubdit IV Dittipidum Bareskrim Polri.

Masih pada tahun yang sama, ia kemudian menduduki jabatan Direktur Ditreskrimum Polda Kepri.

Lalu, dua tahun kemudian, pada tahun 2013, ia menjabat sebagai Kapolres Metro Jakbar.

Dua tahun kemudian, pada 2015, ia dipindah untuk menduduki jabatan Analis Kebijakan Madya (Anjak Madya) Bidang Pidum Bareskrim Polri.

Setahun kemudian, pada tahun 2016, ia menjabat sebagai Direktur Ditreskrimsus Polda Metro Jaya.

Imran berhasil membongkar kasus pembajakan film Warkop DKI Reborn, dan berhasil membekuk satu orang pelaku, berjenis kelamin wanita berinisial P (31).

Masih pada tahun yang sama, ia bergeser untuk menjabat sebagai Wakil Dirtipideksus Bareskrim Polri.

Setahun kemudian, ia menjabat sebagai Dirtipid Siber Bareskrim Polri (2017) dan berhasil membongkar kasus besar yang berkaitan dengan organisasi siber terorganisir Muslim Cyber Army (MCA) pada Februari 2018 silam.

Dan pada tahun 2019, Imran menjabat sebagai Staf Ahli Sosial Budaya (Sahli Sosbud) Kapolri Jendral Idham Aziz hingga tahun 2020, sebelum akhirnya dimutasi menjadi Kapolda Jatim.

Respon Mabes Polri

Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Pol Awi Setiyono mengatakan pihaknya menghormati banyaknya nama yang beredar dalam bursa calon Kapolri pengganti Jenderal Polisi Idham Azis.

Diketahui Jenderal Polisi Idham Azis akan pensiun pada Januari 2021 mendatang.

Menurutnya, penunjukkan calon pengganti Kapolri tentunya tetap menjadi hak prerogatif Presiden Joko Widodo (Jokowi).

"Terkait bursa calon Kapolri kami sangat menghormati itu pendapat dari rekan-rekan di luar polri eksternal Polri terkait bursa kapolri. Kembali lagi Mabes Polri menghormati terkait dengan keputusan tujukan Kapolri itu adalah hak preogratif dari Presiden RI," kata Brigjen Awi Setiyono di Mabes Polri, Jakarta, Kamis (12/11/2020).

Baca juga: Kompolnas Beberkan Kriteria Calon Kapolri Pengganti Jenderal Idham Azis

Lebih lanjut, Awi meminta masyarakat menunggu rangkaian proses dan mekanisme penunjukkan Kapolri yang akan dijalankan tak kurang dari 2 bulan lagi.

"Mari sama-sama kita tunggu bagaimana keputusannya nanti. Tentunya nanti pada waktunya dari Bapak Presiden akan menentukan itu," ujar Awi.

Diberitakan sebelumnya, mutasi besar akan terjadi di tubuh Polri menjelang pergantian Kapolri Jenderal Idham Azis pada Januari 2020 mendatang.

Baca juga: Jelang Pergantian Kapolri, Korps Bhayangkara Bakal Mutasi Besar-besaran, Bintang Tiga Bertambah

Hal tersebut berdasarkan informasi yang diterima Ind Police Watch (IPW).

"Mutasi itu akan ada dua sampai tiga jenderal bintang dua yang bakal naik menjadi bintang tiga. Para perwira yang naik menjadi bintang tiga itu dipastikan akan masuk dalam bursa calon Kapolri untuk menggantikan Idham Azis," kata Ketua Presidium IPW Neta S Pane dalam keterangannya, Kamis (12/11/2020).

Dari pendataan IPW menjelang pensiunnya Kapolri, akan cukup banyak perwira Polri yang bakal pensiun.

Sedikitnya ada 30 jenderal yang akan pensiun menjelang suksesi Kapolri pada Januari mendatang.

Menurut Neta, jenderal itu pensiun mulai dari bulan November, Desember, dan Januari 2020.

Mereka yang pensiun tersebut terdiri dari tiga komisaris jenderal (Komjen), delapan inspektur jenderal (Irjen), dan 19 brigadir jenderal (Brigjen).

Baca juga: Kapolri Harap Jajaran Humas Polri Jadi Sumber Informasi yang Mudah Diakses

"Yang terbanyak adalah alumni Akpol 86 ada 15 jenderal yang pensiun, terdiri dari empat Irjen dan 11 brigjen. Akpol 85 ada 14 jenderal, tiga Komjen, empat Irjen, dan tujuh Brigjen. Akpol 87 satu jenderal yang pensiun dengan pangkat Brigjen. Begitu juga Akpol 88A teman satu angkatan Idham Azis hanya satu Brigjen yang pensiun, yakni Brigjen Ahmad Fachruzzaman yang pensiun 10 Januari," jelasnya.

Sementara itu, tiga komisaris jenderal yang akan pensiun adalah Kepala BNN Komjen Heru Winarko yang pensiun 1 Desember, Sekjen Kementerian KKP Komjen Antam Novambar, dan Sekretaris Utama Lemhanas Komjen Didid Widjarnardi.

Dengan adanya tiga Komjen yang pensiun, maka akan ada tiga perwira Polri yang berpangkat Irjen yang akan naik menjadi Komjen.

Ketiga Pati yang disebut akan naik menjadi bintang tiga itu adalah Kapolda Metro Jaya Irjen Nana Sudjana, Kapolda Jawa Tengah Irjen Ahmad Lutfhi, dan Kapolda Jawa Timur Irjen M Fadil.

"Selain itu, jika Polri jadi menaikkan pangkat Dankor Brimob dari bintang dua menjadi bintang tiga, peluang Dankor Brimob masuk bursa calon Kapolri pun terbuka lebar," jelasnya.

Dengan bergesernya sejumlah jenderal bintang dua menjadi bintang tiga, Neta menyebutkan bursa calon Kapolri pengganti Idham Azis akan semakin riuh.

"Yang pasti sebelum pensiun 30 Januari 2021, kepimpinan Kapolri Idham Azis masih akan diuji lagi dengan dua even besar, yakni pengamanan Pilkada Serentak 9 Desember dan pengamanan Natal dan Tahun Baru 2021," ucap Neta.

Tak Semua Komjen Ikut Bursa Calon Kapolri

Masih kata Neta S Pane, saat ini jenderal polisi berbintang tiga ada sedikitnya 13 orang.

Namun, tak semua bisa mengikuti bursa calon Kapolri lantaran menjelang masa pensiun.

"Para bintang tiga dari Akpol 87 tentunya sulit untuk masuk bursa calon kapolri, mengingat Kapolri Idham Azis dari Akpol 88."

"Jika Akpol di bawah Akpol 88 dipaksakan menjadi Kapolri, tentu terjadi kemunduran di institusi kepolisian."

"Sehingga yang bisa masuk bursa calon Kapolri adalah dari Akpol 88A, Akpol 88B, Akpol 90, dan Akpol 91," jelasnya.

Namun demikian, IPW masih belum bisa membeberkan lebih lanjut daftar nama kandidat terkuat yang akan menjadi Kapolri pengganti Idham Azis.

Dia hanya menyebut, dari sekian banyak figur, Dewan Kebijakan Tinggi (Wanjakti) Polri hanya akan memilih lima figur sebagai bakal calon Kapolri.

Daftar bakal calon itu akan diserahkan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk dipilih.

Kriteria Calon Kapolri yang Baru

Kapolri Jenderal Idham Aziz tampil dengan seragam berbeda di hadapan publik, Sabtu (14/11/2020), bertepatan dengan HUT ke-75 Korps Brigade Mobil Kepolisian Republik Indonesia (Korps Brimob Polri).
Kapolri Jenderal Idham Aziz tampil dengan seragam berbeda di hadapan publik, Sabtu (14/11/2020), bertepatan dengan HUT ke-75 Korps Brigade Mobil Kepolisian Republik Indonesia (Korps Brimob Polri). (screenshot)

Neta S Pane juga membeberkan apa saja kriteria atau syarat utama yang harus diperhatikan Jokowi dalam memilih calon Kapolri pengganti Idham Azis.

Syarat pertama, calon Kapolri yang baru pernah menjadi Kapolda di Jawa atau di daerah rawan agar agar insting dalam mengantisipasi Kamtibmas mumpuni dan keamanan Indonesia tetap prima.

Kedua, calon Kapolri yang dipilih harus paham dengan manajemen dan organisasi Polri secara utuh.

Sebab persoalan besar di Polri saat ini adalah penumpukan personil di jajaran tengah dan atas.

"Mulai dari AKBP, Kombes hingga jenderal yang nganggur dan tidak jelas kerjanya."

"Penumpukan ini membuat anggaran polri habis tersedot untuk fasilitas para Kombes dan jenderal tersebut."

"Pemberian pangkat jenderal jangan hanya karena perkawanan tapi harus berorientasi pada kebutuhan Polri," kata Neta dalam keterangannya, Senin (16/11/2020).

Ketiga, calon Kapolri juga harus memahami kebutuhan fasilitas, sarana, dan prasarana Polri.

Sehingga proyek pengadaan di Polri tepat guna dan tepat sasaran bagi kepentingan kepolisian dalam menjaga kamtibmas.

"Sehingga orang orang baru yang tidak mengerti tentang kepolisian jangan diberikan menangani proyek proyek pengadaan di Polri."

"Jangan hanya gara-gara kenal dengan Kapolri kemudian diberi proyek pengadaan sehingga proyek tersebut tidak bermanfaat bagi kepentingan Polri," ungkapnya.

Keempat, figur calon Kapolri harus paham mengenai sistem karier untuk mengembangkan tugas profesional kepolisian.

Tujuannya agar jangan sampai ada seorang pejabat kepolisian yang bertahun tahun bertugas di satu tempat.

"Dengan keempat kriteria ini tentunya calon Kapolri bisa juga diambil dari bintang dua."

"Kebetulan dalam waktu dekat ada dua jenderal bintang tiga yang pensiun, sehingga jenderal bintang dua itu bisa didorong atau digeser ke sana untuk kemudian masuk ke dalam bursa calon Kapolri."

"Peluangnya masih terbuka dan semua tergantung presiden," ungkapnya.

(Tribunnews.com/ Chrysnha, Igman Ibrahim. Sri Juliati)(Surya.co.id/Luhur Pambudi)(Tribunlampung.co.id/Wakos Reza Gautama)(Wartakotalive/Budi Sam Law Malau)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas