Mengenal Sosok Kiai Haji Miftachul Akhyar, Ketua Umum MUI Periode 2020-2025
Kiai Miftah dikenal memiliki penguasaan ilmu agama yang luas dan hal itu sempat membuat kagum Syekh Masduki Lasem.
Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Dewi Agustina
HASIL Munas X Majelis Ulama Indonesia (MUI) menetapkan Kiai Haji Miftachul Akhyar sebagai Ketua Umum MUI periode 2020-2025.
Ia menggantikan Kiai Haji Ma’ruf Amin yang kini menjadi Ketua Dewan Pertimbangan MUI periode 2020-2025.
Di kalangan kalangan Nahdlatul Ulama (NU) dan kalangan pesantren Jawa Timur, Kiai Miftah - sapaan akrabnya - bukanlah sosok baru.
Miftah saat ini mengemban puncak kepemimpinan NU sebagai Penjabat Rais Aam.
Mengabdi di NU sejak usia muda, Miftah adalah Pengasuh Pondok Pesantren Miftachus Sunnah Surabaya.
Baca juga: Ketua Umum MUI Miftachul Akhyar Ingatkan Para Ulama Agar Berdakwah Tanpa Mengejek
Miftah merupakan putra kesembilan dari tiga belas bersaudara dari Kiai Abdul Ghoni, seorang pengasuh Pesantren Tahsinul Akhlaq Rangkah.
Kiai Miftah dikenal memiliki penguasaan ilmu agama yang luas dan hal itu sempat membuat kagum Syekh Masduki Lasem.
Sehingga Kiai Miftah kemudian diambil menantu oleh gurunya yang terhitung sebagai mutakharrijin (alumnus) istimewa di Pondok Pesantren Tremas, Pacitan, Jawa Timur.
Jika Kiai Ma'ruf Amin pernah meraih gelar sarjana di bidang Filsafat Islam Universitas Ibnu Khaldun di Bogor, maka Kiai Miftah tercatat pernah ‘nyantri’ di beberapa pesantren ternama di Indonesia, di antaranya Pondok Pesantren Tambak Beras, Jombang, Pondok Pesantren Sidogiri, Pasuruan; Pondok Pesantren Al-Anwar Lasem, hingga Sarang Jawa Tengah.
Ia juga mengikuti Majelis Ta’lim Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Makki Al- Maliki di Malang, tepatnya ketika Sayyid Muhammad masih mengajar di Indonesia.
Kiai Miftah juga tercatat sebagai pendiri Pondok Miftachus Sunnah di Kedung Tarukan.
Ia disebut-sebut mulai mendirikan pesantren tersebut mulai dari nol.
Awalnya ia hanya berniat mendiami rumah sang kakek.
Tetapi setelah melihat fenomena pentingnya nilai religius di tengah masyarakat setempat, maka mulailah beliau membuka pengajian.
Padahal konon, kampung Kedung Tarukan terkenal sejak lama menjadi daerah yang tidak ramah pada dakwah para ulama.
Baca juga: MUI Membolehkan Setoran Awal Dana Haji Bersumber dari Utang dan Pembiayaan, Tapi Ada Syaratnya
Namun berkat akhlak dan ketinggian ilmu yang dimiliki Kiai Miftah, beliau berhasil mengubah kesan negatif kampung tersebut dalam waktu yang relatif singkat.
Kiai Miftah sendiri lahir dari tradisi dan melakukan pengabdian di NU.
Maka tak heran kemudian hari ini mengemban puncak kepemimpinan NU, sebagai Penjabat Rais Aam.
Di NU ia pernah menjabat sebagai Rais Syuriyah PCNU Surabaya 2000-2005, Rais Syuriyah PWNU Jawa Timur 2007-2013, 2013-2018 dan Wakil Rais Aam PBNU 2015-2020 yang selanjutnya didaulat sebagai Pj. Rais Aam PBNU 2018-2020.(tribun network/fah/dod)
Biodata
Nama: Miftachul Akhyar
Lahir: Surabaya, 1 Januari 1953
Pendidikan: Pondok Pesantren Tambak Beras, Jombang; Pondok Pesantren Sidogiri, Pasuruan; Pondok Pesantren Al-Anwar Lasem, Sarang, Jawa Tengah;
Pekerjaan : Pengasuh Ponpes Miftachus Sunnah, Surabaya