Stella Stefany Ungkap Tingkat Plagiarisme di UPH Turun Signifikan setelah Gunakan Plagiarism Checker
Stella Stefany, menyampaikan, tingkat plagiarisme di kampusnya turun cukup signifikan.
Penulis: Nuryanti
Editor: Pravitri Retno W

TRIBUNNEWS.COM - Head of Applied Communication Sciences Online Learning, Universitas Pelita Harapan (UPH), Stella Stefany, menyampaikan tingkat plagiarisme di kampusnya turun cukup signifikan.
Data tersebut didapat setelah pihaknya menggunakan plagiarism checker bernama Turnitin.
Teknologi tersebut digunakan pihak UPH untuk membantu menjaga integritas akademik.
"Di awal September 2018, saat masa percobaan, masih di tingkat 48 persen."
"Namun di akhir tahun lalu berkurang hingga di angka 5 persen," ujarnya melalui pesan singkat kepada Tribunnews.com, Kamis (3/12/2020).
Baca juga: Kampus Boleh Gelar Kuliah Tatap Muka Mulai Januari 2021, Ini Syarat yang Harus Dipenuhi
Temui Aksi Plagiarisme saat Gunakan Plagiarism Checker
Dalam acara Virtual Media Briefing, Stella Stefany berbicara soal plagiarisme yang dilakukan mahasiswa pada kuliah online.
Stella menjadi orang yang ikut mengembangkan online learning atau pembelajaran online di UPH.
"Online learning ini bukan hanya soal memanfaatkan teknologi di dalam kelas online."
"Tapi mengenai keterbatasan jarak ada pemisahan fisik antara dosen dengan mahasiswa," ujarnya, Rabu (25/11/2020).
Baca juga: VIRAL Kisah Pemuda Bayar Kuliah hingga Wisuda dari Pekerjaan Menarik Odong-odong, Ini Perjuangannya
Menurutnya, awalnya banyak pihak yang belum siap saat pembelajaran online diterapkan.
"Ketika awalnya distance learning, kita melihat semua pihak sebenarnya belum ada yang siap."
"Materi yang kami berikan dalam bentuk audio yang direkam," kata dia.

Saat mahasiswa mengumpulkan tugas online, Stella awalnya penasaran dengan keaslian tugas tersebut.
Dirinya lalu menggunakan plagiarism checker untuk mengevaluasi tugas yang dikumpulkan mahasiswa.
"Saya coba-coba, ini jawaban mahasiswa bagus banget."
"Saya coba salin jawaban mereka, saya coba gunakan free plagiarism checker."
"Akhirnya saya dapatkan, 80 persen dari mahasiswa saya melakukan plagiarisme," jelasnya.
Baca juga: Kerja Menarik Odong-odong, Pemuda asal Jayapura Ini Bisa Bayar Kuliah hingga Wisuda, Kisahnya Viral
Stella akhirnya mencari cara agar plagiarisme tidak kembali terjadi saat kuliah online.
"Satu temuan itu ternyata kalau dengan online learning kita tidak me-manage dengan baik, akan terjadi hal seperti ini," kata dia.
"Ini menjadi satu temuan yang akhirnya saya bicarakan dengan pimpinan."
"Saya akhirnya minta dicari plagiarism checker, di situ saya temukan Turnitin," terangnya.
"Ketika saya punya 100 mahasiswa, kita cek satu-satu."
"Setelah berganti tahun akhirnya dengan integrasi yang muncul, bisa mengontrol tingkat plagiarisme dari mahasiswa," lanjut dia.

Ia menambahkan, mencegah adanya plagiarisme ini juga sebagai langkah meningkatkan integritas dari pendidik.
"Sebenarnya yang sedang kami bangun di sini, bukan hanya pada mahasiswa, tapi juga pada edukator bagaimana meningkatkan integritas."
"Meningkatkan skill mereka dalam kajian-kajian akademis yang secara online pun masih bisa dipertahankan kualitasnya."
"Jadi itu pertemuan pertama saya dengan Turnitin," pungkas Stella Stefany.
Baca juga: Gelar Hybrid Learning, Mahasiswa Wajib Pulang Usai Kuliah
Diketahui, Turnitin adalah teknologi pendeteksi karya plagiarisme yang berlokasi di Amerika Serikat.
Pembelajaran online telah menjadi kunci utama sistem pendidikan di Indonesia selama masa pandemi Covid-19.
Banyak institusi pendidikan dan lembaga negara diharapkan lebih terbiasa dengan pembelajaran campuran offline dan online.
Untuk mendukung hal ini, banyak institusi secara alami mengembangkan infrastruktur untuk kurikulum pendidikan dengan mendorong umpan balik formatif, penilaian, dan evaluasi kemampuan siswa yang semuanya berlangsung sepenuhnya secara online.
(Tribunnews.com/Nuryanti)