Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

KITA Beri Anugerah Kosala Jayakarta Kepada Bang Yos

KITA memberikan penghargaan Kosala Jayakarta, kepada mantan gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso.

Editor: Adi Suhendi
zoom-in KITA Beri Anugerah Kosala Jayakarta Kepada Bang Yos
Istimewa
Ketua Badan Kebijakan KITA, Maman Imanulhaq dalam acara KITA RUPA 2020 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kerapatan Indonesia Tanah Air (KITA) pameran seni rupa di Gembrong Seni, Jakarta, Kamis (10/12/2020).

Acara yang digagas Majelis Hikmah KITA tersebut diberi nama KITA RUPA.

Delam kesempatan tersebut, KITA memberikan penghargaan Kosala Jayakarta, kepada mantan gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso.

Kosala Jayakarta merupakan penghormatan yang diberikan kepada seseorang atau lembaga karena keteguhan, kebijaksanaan, dan pengaruh kekuasaan yang ditimbulkannya.

"Kosala Jayakarta 2020 untuk pertama kalinya diberikan pada Bang Yos, yakni Letjen (Purn) Dr (HC) Sutiyoso. Gubernur Jakarta 1997-2007 yang mengantarkan Kota ini melewati pergantian milenium," ujar Ketua Majelis Hikmah KITA, Taufik Razen dalam keterangan yang diterima, Kamis (10/12/2020).

Baca juga: Jakarta Jadi Kota dengan Transportasi Terbaik, Politikus PDI Ungkit Jasa Jokowi dan Sutiyoso

Taufik mengatakan, satu dekade bersejarah yang dilewati bersama Bang Yos, pada tahun 1997-2007 merupakan era transformasi besar dalam berbagai sendi kehidupan.

Pada masa-masa itu, Jakarta memiliki beban berat akibat krisis politik yang diikuti transformasi sosial dan krisis ekonomi yang merobek ketahanan budaya serta mengguncang sendi-sendi kerapatan Tanah Air.
Kekuasaan pusat yang jatuh bangun, membuat ibukota terancam kosong kekuasaan.

Berita Rekomendasi

Namun, berkat kepemimpinan yang mumpuni justru masa itu dapat dilewati secara damai, manusiawi, dan beradab.

Baca juga: Sutiyoso Ungkap di Mana Letak Kesalahan Anies Baswedan soal Banjir, Reaksi Karni Ilyas Tak Terduga!

"Kita mungkin mengenal beliau sebagai gubernur yang memperkenalkan Busway mengatasi kemacetan, atau pengerukan kanal melewati banjir, atau penghijauan dan penutupan Monas, atau melarang kita merokok di tempat umum, atau mengusir unggas dari pemukiman."

"Kita mungkin mengingat, saat warga begitu gairahnya berdemo tentang apa saja dan di mana saja. Yang merusak fasilitas umum sebagai kegagahan dan meresahkan warga sebagai gaya protes. Semuanya telah kita lewati dengan anggun, kepercayaan diri dan martabat kebersamaan," kata Taufik Rahzen

Taufik menegaskan, apa yang sesungguhnya Bang Yos lakukan adalah melakukan Revolusi Jiwa, untuk mengantarkan masyarakat dari sebuah Kampung Metropolitan menjadi warga kota Megapolitan.

Sebuah lompatan peradaban, meniti masa depan.

"Atas Jasa itulah dengan kerendahan hati, KITA Kerapatan Indonesia Tanah Air melalui Gelaran KITARUPA 2020 ini, menyerahkan Kosala Jayakarta," ujar Taufik.

Risalah Kemanusiaan KITA

Sementara itu, Ketua Badan Kebijakan KITA, Maman Imanulhaq dalam orasi kebudayaannya menjelaskan soal 4 poin risalah kemanusiaan KITA.

pertama, rasa simpati dan empati yang mulai terkikis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Apalagi di masa krisis saat ini nilai simpati dan empati perlu ditingkatkan untuk membantu sesama.

Kedua, rasa malu.

Menurut Kang Maman, begitu biasa ia disapa, pada dasarnya rasa malu adalah sumber kebenaran dan keadilan.

Rasa malu akan menuntun manusia untuk berjalan sesuai dengan kaidah dan norma-norma agama dan bernegara.

Ketiga, kerendahan hati.

Menurut Pengasuh Ponpes Almizan Majalengka ini, menjalani masa krisis akibat pandemi, perlu kerelaan.

Kerelaan menjadi modal untuk menumbuhkan moral kesusilaan dan nilai-nilai keadaban.

Baca juga: Sikapi Soal Kerumunan Massa, Maman Imanulhaq Tegaskan Pentingnya Penegakan Protokol Kesehatan

Jangan sampai hidup didasari rasa egois, memikirkan kepentingan pribadi dan kelompoknya saja.

Keempat adalah poin tentang rasa bersalah.

Manusia harus dididik untuk memiliki rasa bersalah.

Menurut Anggota DPR RI dari Fraksi PKB ini, orang yang tidak memiliki rasa bersalah artinya ia yang bermasalah.

"Jangan sampai ada orang yang merasa nyaman meski ia bersalah. Rasa bersalah ini yang kemudian menuntun manusia untuk tidak melakukan aktivitas yang melanggar norma-norma sosial dan hukum," ujar Kang Maman.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas