Fakta Terbaru Seaglider yang Viral karena Disebut Drone Mata-mata, Kata Pakar dan Menhan Prabowo
Penemuan seaglider, benda ditemukan nelayan di Perairan Pulau Bonerate pada Sabtu (26/12/2020) lalu masih hangat diperbincangkan
Penulis: Facundo Chrysnha Pradipha
Editor: Muhammad Renald Shiftanto
TRIBUNNEWS.COM - Penemuan seaglider, benda ditemukan nelayan di Perairan Pulau Bonerate pada Sabtu (26/12/2020) lalu masih hangat diperbincangkan.
Sebelumnya diberitakan Tribunnews.com, Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL), Laksamana TNI Yudo Margono, menyebut benda mirip rudal itu aalah seaglider.
Seaglider merupakan alat yang umumnya digunakan untuk penelitian kelautan.
Lantas dari isu yang berkembang, benda itu disebut sebagai drone mata-mata.
Berbagai pihak pun menyuarakan pendapat dari isu yang beredar, termasuk anggota dewan hingga pakar.
Selain KSAL, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menyampaikan pesan kepada masyarakat atas polemik penemuan seaglider.
Baca juga: Pensiunan TNI Tewas Ditikam di Sebuah Kafe saat Bersama 2 Wanita, Korban Sempat Terlibat Cekcok
Inilah rangkuman Tribunnews.com fakta-fakta terbaru atas penemuan seglider di Perairan Pulau Bonerate:
Pakar Duga Perangkat Mata-mata
Tribunnews.com mengabarkan, Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia (UI) Hikmahanto Juwana mengatakan tambah kuat dugaan Seaglider yang ditemukan nelayan di Selayar merupakan perangkat mata-mata dan bukan dimiliki oleh swasta.
Hikmahanto merujuk pada pernyataan Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Yudo Margono yang menyampaikan bahwa benda yang ditemukan oleh nelayan di Selayar bukanlah drone melainkan Seaglider.
KSAL juga menyampaikan Seaglider dilengkapi dengan sejumlah sensor yang dapat merekam antara lain kedalaman laut, arah arus, suhu, kadar oksigen, kesuburan laut, hingga suara ikan.
KSAL menyatakan bahwa tidak dapat dipastikan siapa pemilik dari Seaglider tersebut.
“Ini menambah kuat dugaan Seaglider merupakan perangkat mata-mata dan bukan dimiliki oleh swasta,” ujar Hikmahanto ketika dihubungi Tribunnews.com, Senin (4/1/2021).
Dalam dunia intelijen, dia menjelaskan, berbagai instrumen yang digunakan, bahkan para agen intelijen bekerja secara senyap dan apapun atribut terutama yang terkait dengan negara sengaja dihilangkan.
Tujuannya satu, kata dia, agar bila terkuak tidak mudah negara yang dimata-matai dengan mudah menuding.
“Bahkan bila agen intelijen yang terkuak melakukan tindakan mata-mata maka Negara si agen tersebut tidak akan mengakui tindakan agen tersebut,” jelas Hikmahanto.
Oleh karenanya, dia mengatakan perlu kesabaran dan kecerdasan untuk mengungkap siapa pemilik Seaglider.
Untuk mengetahuinya, imbuh dia, bila kemampuan di dalam negeri tidak memadai, Indonesia tentu bisa menghubungi berbagai pakar dunia yang mendalami hal ini melalui perwakilan Indonesia di seluruh dunia.
“Dalam konteks saat ini, maka ada baiknya sambil menunggu kepastian, Kementerian Luar Negeri membuat pernyataan keras yang ditujukan kepada siapapun negara, bila saatnya nanti terkuak memata-matai Indonesia. Bahwa Indonesia tidak akan segan-segan melakukan tindakan yang keras dan tegas,” kata Hikmahanto.
Indonesia di saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dia menjelaskan, pernah melakukan tindakan tegas saat diduga ada penyadapan oleh intelijen Australia.
Saat itu, dia mengingatkan kembali, bahwa Dubes Indonesia untuk Australia dipanggil pulang untuk beberapa waktu dan sejumlah kerjasama Indonesia dan Australia dibekukkan.
Desakan Dewan
Artikel lain Tribunnews.com memberitakan, Anggota Komisi I DPR Sukamta mendesak pemerintah segera ungkap indentitas seaglider yang ditemukan di perairan Pulau Bonerate, Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan pada Sabtu (26/12/2020).
"Pemerintah dalam hal ini lembaga-lembaga pertahanan yang terkait, segera bisa mengungkapkan identitas dan asal usul drone (seaglider) tersebut, supaya bisa segera diambil tindakan lanjutan yang memadai. Jangan sampai kelamaan," papar Sukamta saat dihubungi, Senin (4/1/2021).
Menurutnya, publik perlu mengetahui data dan rekaman apa saja yang ada di dalam seaglider karena alat tersebut ditemukan di perairan Indonesia.
"Apakah ini sekedar orang iseng? atau nelayan yang mau cari ikan?, atau Pertamina yang sedang mencari ladang minyak baru, atau itu mata mata negara asing. Sekali lagi, ini perlu segera diungkap," ucap politikus PKS itu.
Ajakan Prabowo
Tribunnews.com menuliskan, Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto mengajak publik untuk tidak terjebak polemik kontraproduktif terkait dengan temuan benda mirip rudal berkamera di Perairan Pulau Bonerate yang belakangan diketahui sebagai seaglider.
Juru Bicara Menteri Pertahanan RI, Dahnil Anzar Simanjuntak memastikan Kementerian Pertahanan dan Mabes TNI khususnya TNI Angkatan Laut akan menangani terkait hal tersebut.
"Terkait dengan penemuan drone di laut Selayar Sulawesi Selatan, Menteri Pertahan Prabowo Subianto mengajak publik tidak terjebak pada polemik yang kontraproduktif. Pihak TNI Angkatan Laut, Mabes TNI dan Kemhan sudah melakukan penyelidikan lebih lanjut," kata Dahnil dalam keterangan video pada Senin (4/1/2021).
Dahnil mengatakan saat ini TNI AL sudah menyatakan bahwa drone yang ditemukan tersebut adalah seaglider yang biasa digunakan untuk survei data oseanografi.
Untuk lebih rinci, kata Dahnil, pihak TNI AL melalui Pusat Hidrografi dan Oseanografi akan menyelidiki lebih lanjut.
"Menteri Pertahanan Prabowo mengajak semua pihak memperkuat dan mendukung TNI agar bisa terus menjaga lebih baik pertahanan Indonesia, menjaga NKRI, dan tentunya Menteri Pertahanan terus mengajak untuk terus menghidupkan pertahanan rakyat semesta," kata Dahnil.
Selain itu, kata Dahnil, sejak awal Prabowo bersama Mabes TNI dan tiga angkatan berkomitmen untuk memperkuat pertahanan Indonesia.
Menurut Dahnil itulah sebabnya Prabowo banyak melakukan kunjungan ke banyak negara produsen alutsista terbaik.
"Untuk mendapatkan alutsista terbaik pula untuk memperkuat pertahanan Indonesia, baik Laut, udara dan darat, dan juga untuk kepentingan memperkuat diplomasi pertahanan tentunya," kata Dahnil.
Penjelasan KSAL
Masih dari Tribunnews.com, Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Yudo Margono memastikan benda mirip rudal yang ditemukan nelayan di Perairan Pulau Bonerate pada Sabtu (26/12/2020) lalu adalah sea glider.
Yudo menjelaskan sea glider merupakan alat yang umumnya digunakan untuk penelitian kelautan.
Pada umumnya, kata Yudo, alat tersebut membawa sejumlah sensor yang dapat merekam antara lain kedalaman laut, arah arus, suhu, kadar oksigen, kesuburan laut, hingga suara ikan.
Hal tersebut disampaikan Yudo saat konferensi pers di Markas Pushidrosal Ancol Jakarta Utara pada Senin (4/1/2021).
"Seaglider ini dapat bertahan sampai dua tahun beroperasi di laut."
"Jadi alat ini juga bisa berjalan mengikuti arah arus karena di sini ada kemudinya, yang bisa mengikuti arah arus. Jadi bisa tenggelam, mengumpulkan data, data altimetri tentunya, kemudian arah arus, juga kedalaman, data-data tentang altimetri laut," kata Yudo.
Alat tersebut, kata Yudo, biasanya diluncurkan dari kapal atas permukaan dan dapat menyelam ke dasar laut untuk mengumpulkan data kelautan.
Setelah mengumpulkan data kelautan di dasar laut alat tersebut, kata Yudo, bisa bergerak ke permukaan untuk mengirimkan data ke satelit.
Kemudian pengendali di darat bisa mengambil data dari satelit tersebut.
"Bisa melayang, muncul, ini bisa berjalan lama. Bisa sampai dua tahun. Tapi setiap saat mereka muncul memberikan data, kemuidan diisi lagi. Ini datanya langsung masuk ke satelit lalu ke satuan pengendali di darat," kata Yudo.
Yudo Margono memberi waktu satu bulan kepada Pusat Hidrologi dan Oseanografi TNI AL (Pushidrosal) mengungkap data dan pemilik seaglider yang ditemukan nelayan di Selayar pada Sabtu (26/12/2020) lalu.
Yudo berharap sejumlah informasi dapat diungkap di antaranya ke mana saja alat tersebut telah bergerak dan data lain di dalamnya.
Untuk itu, ia juga berharap pihaknya bekerja sama dengan kementerian dan lembaga terkait untuk mengungkap hal tersebut.
Hal tersebut disampaikan Yudo saat konferensi pers di Markas Pushidrosal Ancol Jakarta Utara pada Senin (4/1/2021).
"Saya beri waktu satu bulan Pak Kapushidrosal untuk bisa menentukan atau membuka hasilnya biar ada kepastian," kata Yudo seperti diberitakan Tribunnews.com.
Meski hingga saat ini pihaknya belum membuka komunikasi dengan negara lain terkait dengan temuan seaglider tersebut, namun demikian, Yudo yakin negara lain telah mengetahui pemilik alat yang pada umumnya digunakan untuk riset kelautan dan hidro-oseanografi tersebut karena publikasi yang masif.
Selain itu ia pun mengungkapkan pihaknya masih menunggu pihak yang mengakui sebagai pemilik dari seaglider tersebut.
"Tentunya nanti kita tunggu, apakah ada melalui Kemlu yang mengklaim ini. Tapi karena ini berada dan kita temukan di perairan teritorial kita, sehingga menjadi tanggungjawab kita. Kita kembangkan untuk riset atau kita hancurkan, ini kewenangannya kita karena berada di laut teritorial kita," kata Yudo.
(Tribunnews.com/ Chrysnha, Srihandriatmo Malau, Seno Tri, Gita Irawan)