Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Mengaku Gugup, Tangan Dokter Abdul Muthalib Gemetaran Saat Suntikkan Vaksin Covid-19 ke Presiden

Tangan Wakil Ketua Dokter Kepresidenan Prof dr Abdul Muthalib Sp.pPD-KHOM tampak gemetar saat menyuntikkan vaksin Covid-19 ke lengan kiri Presiden

Editor: Choirul Arifin
zoom-in Mengaku Gugup, Tangan Dokter Abdul Muthalib Gemetaran Saat Suntikkan Vaksin Covid-19 ke Presiden
Tribunnews/HO/Biro Pers Setpres/Muchlis Jr
Presiden Joko Widodo menjadi orang pertama yang disuntik vaksin Covid-19 dalam program vaksinasi massal secara gratis di Indonesia, di Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Rabu (13/1/2021) pagi. Vaksin yang disuntikkan kepada Presiden Jokowi adalah vaksin CoronaVac buatan Sinovac Life Science Co Ltd yang bekerja sama dengan PT Bio Farma (Persero). Sebelum disuntik vaksin, Presiden Jokowi terlebih dahulu melakukan pendaftaran dan verifikasi data, serta penapisan kesehatan, antara lain pengukuran suhu tubuh dan tekanan darah. Vaksinasi tersebut menjadi titik awal pelaksanaan vaksinasi nasional di Indonesia sebagai salah satu upaya penanganan pandemi Covid-19. Tribunnews/HO/Biro Pers Setpres/Muchlis Jr 

CoronaVac telah melalui sejumlah uji klinis yang melibatkan 1.620 relawan di Bandung. 

Vaksin CoronaVac membutuhkan dua kali penyuntikan, masing-masing sebanyak 0,5 mililiter dengan jarak waktu 14 hari. 

Para penerima vaksin CoronaVac akan mendapat kartu vaksinasi dan diingatkan untuk kembali menerima vaksin untuk kedua kalinya.

Badan POM menerbitkan izin penggunaan darurat vaksin CoronaVac di Indonesia pada Senin (11/1/2021) lalu. Izin diterbitkan karena vaksin CoronaVac diklaim mampu membentuk antibodi mencapai 99 persen. 

Alasan lain izin penggunaan darurat diterbitkan yaitu laporan interim hasil uji klinis terhadap 1.620 relawan di Bandung yang menunjukkan efikasi atau tingkat kemanjuran CoronaVac di Indonesia mencapai 65,3 persen. 

Angka tingkat kemanjuran tersebut sudah melampaui aturan darurat yang diterbitkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yaitu minimal 50 persen. 

Namun demikian, tingkat kemanjuran CoronaVac di Indonesia yang hanya mencapai 65,3 persen terbilang jauh lebih rendah dibanding hasil uji klinis serupa yang dilakukan di Brazil dan Turki.

Pekerja dengan penjagaan petugas kepolisian melakukan bongkar muat Envirotainer berisi vaksin COVID-19 Sinovac setibanya dari Beijing di Terminal Cargo Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Kamis (31/12/2020). Sebanyak 1,8 juta dosis vaksin COVID-19 Sinovac kembali tiba di Indonesia yang selanjutnya dibawa ke Bio Farma Bandung untuk dilakukan uji klinis. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Pekerja dengan penjagaan petugas kepolisian melakukan bongkar muat Envirotainer berisi vaksin COVID-19 Sinovac setibanya dari Beijing di Terminal Cargo Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Kamis (31/12/2020). Sebanyak 1,8 juta dosis vaksin COVID-19 Sinovac kembali tiba di Indonesia yang selanjutnya dibawa ke Bio Farma Bandung untuk dilakukan uji klinis. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)
Berita Rekomendasi

Di Brazil, tingkat kemanjuran CoronaVac mencapai 78 persen. Hasil itu diperoleh setelah Otoritas Brazil melakukan uji klinis yang melibatkan 9.000 orang. 

Sementara di Turki tingkat kemanjuran CoronaVac bahkan mencapai 91,25 persen. Hasil itu diperoleh setelah Otoritas Turki melakukan uji klinis yang melibatkan 13.000 orang.

Hal ini diungkapkan Direktur Registrasi Obat Badan POM, Lucia Rizka Andalusia saat lembaganya menerbitkan izin penggunaan darurat vaksin CoronaVac di Indonesia pada Senin (11/1/2021) lalu. 

"Kami akan tetap memantau perkembangan relawan uji klinis tahap tiga tersebut hingga tiga sampai enam bulan mendatang. Manakala ditemukan kasus infeksi baru, kami akan hitung dan kalkulasi kembali efikasi vaksinnya (CoronaVac)," ucap Lucia.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas