POPULER NASIONAL Marzuki Alie Sebut AHY Cengeng | Moeldoko Ungkap Pertemuannya dengan Kader Demokrat
Berita populer nasional Tribunnews, Marzuki Alie sebut AHY cengeng, Moeldoko ungkap pertemuannya dengan Kader Demokrat.
Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Daryono
TRIBUNNEWS.COM - Berikut ini berita populer Tribunnews dari kanal nasional selama 24 jam terakhir.
Isu kudeta terhadap Partai Demokrat semakin memanas.
Nama Marzuki Alie disebut-sebut sebagai orang yang terlibat dalam rencana kudeta.
Terkait hal itu, Marzuki pun buka suara.
Sementara itu, Kepala Staf Presiden, Moeldoko, yang juga dituding terlibat rencana kudeta Demokrat, mengaku memang pernah bertemu kader partai.
Baca juga: Politikus PDIP: Presiden Jokowi Tak Perlu Balas Surat AHY soal Dugaan Kudeta Demokrat
Baca juga: Dituding Bikin Posko Kudeta, Moeldoko Peringatkan Demokrat Tidak Tembak Kanan-kiri
Dirangkum Tribunnews, inilah berita populer nasional yang dapat Anda simak:
1. Profil Jhoni Allen Marbun
Berikut profil Jhoni Allen Marbun, kader aktif Partai Demokrat yang disebut terlibat dalam upaya menggulingkan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Ketua Umum DPP Partai Demokrat, AHY, mengatakan ada lima orang yang hendak mengambil alih partainya secara paksa.
Di antara lima orang itu terdapat satu kader partai yang masih aktif.
Satu kader yang masih aktif itu disebut-sebut adalah Jhoni Allen Marbun.
Saat dikonfirmasi perihal nama Jhoni Allen Marbun menjadi sebagai salah satu orang yang ikut gerakan menggulingkan AHY, Politikus Partai Demokrat, Rachland Nashidik, tidak membantahnya, Selasa (2/2/2021).
Sementara, dikutip dari Kompas.com, Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP Partai Demokrat, Herzaki Mahendra Putra, juga membenarkan Jhoni terlibat upaya mengambil alih Demokrat.
"Jhoni Allen, iya. Jhoni Allen salah satu yang masuk. Jhoni Allen salah satu nama yang disebut dalam BAP," kata dia.
Hingga berita ini ditulis, Tribunnews.com belum mendapat tanggapan dari Jhoni Allen Marbun soal tudingan terlibat dala upaya gulingkan AHY.
Baca juga: Moeldoko Tidak Menolak Bila Dicalonkan Partai Demokrat Maju Pilpres 2024
Baca juga: Ruhut ke AHY: Pak Jokowi Itu Presiden, Jangan Tambahi Bebannya Urusan Rumah Tangga Partai Demokrat
2. Marzuki Alie Sebut AHY Cengeng dan Tak Punya Etika
Sejumlah nama disebut-sebut terlibat dalam rencana tersebut.
Satu di antaranya adalah Marzuki Alie yang merupakan politikus senior Demokrat.
Mendengar namanya disebut sebagai satu diantara sosok yang merencakan kudeta terhadap Demokrat, Marzuki Alie pun buka suara.
Ia menilai, seharusnya Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai Ketua Umum Partai Demokrat tak menjadi pemimpin yang cengeng.
Menurutnya, seorang pemimpin harus bisa mengkonsolidasikan kekuatan di bawahnya.
"Seorang pemimpin harus mampu mengkonsolidasikan kekuatan di bawahnya."
"Tidak usah cengeng, mau surati Pak Jokowi, jangan cengeng lah," ujar mantan Ketua DPR RI ini, Selasa (2/2/2021), dilansir Tribunnews.
"Artinya, pimpin secara profesional, tegaskan aturan partai, mekanisme partai diikuti," imbuh dia.
Tak hanya itu, Marzuki juga menilai AHY tak memiliki etika karena mengirim surat kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait masalah partai.
Baca juga: Dikaitkan dengan Gerakan Kudeta Partai Demokrat, Moeldoko: Jangan Berlebihanlah
Baca juga: DPC Demokrat Dijanjikan Uang Rp 100 Juta Untuk Gerakan Kudeta AHY, Beberapa Sudah Menerima
3. Kata Mantan Kader Demokrat soal Anas Urbaningrum Dituding Terlibat Kudeta
Mantan kader Partai Demokrat, Gede Pasek Suardika, membantah keterlibatan Anas Urbaningrum dalam isu kudeta Partai Demokrat.
Sekjen Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI) itu menegaskan, tidak ada hubungan apapun Anas Urbaningrum (AU) dengan kelompok yang akan merebut paksa Partai Demokrat.
"Mas Anas tidak ada urusannya dengan perebutan kepemimpinan di Partai Demokrat, itu urusan yang lainnya," kata Gede Pasek saat dihubungi Tribunnews, Rabu (3/2/2021).
Gede Pasek mengatakan, yang menjadi fokus Anas Urbaningrum saat ini adalah menjalani sisa masa tahanan.
Sebelumnya, Mantan Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat, Yus Sudarso, menyebut ada empat faksi di dalam partai berlambang mercy, ingin adanya perubahan kepemimpinan.
"Setidaknya saya amati dan saya tahu ada empat faksi dalam pertemuan ini," ujar Yus di kawasan Mega Kuningan, Jakarta, Selasa (2/2/2021).
Faksi pertama, kata Yus, orang-orang yang bermuara kepada pendiri dan mantan ketua umum Partai Demokrat yaitu Subur Budi Santoso.
4. Aturan SKB 3 Menteri soal Seragam Sekolah
Baca juga: Moeldoko Sebut Tudingan Partai Demokrat Dagelan dan Lucu-lucuan
Baca juga: Tak Ada Ajakan Kudeta, DPD Demokrat Aceh Akan Habis-habisan Dukung AHY
Tiga menteri mengeluarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) tentang penggunaan pakaian seragam dan atribut sekolah negeri di Indonesia, Rabu (3/2/2021).
Pejabat pemerintah yang mengesahkan SKB ini diantaranya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim; Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian; dan Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas.
SKB ini disahkan oleh 3 menteri secara pertemuan daring.
Keputusan ini berlaku untuk semua sekolah negeri di jenjang pendidikan dasar dan menengah di Indonesia yang diadakan oleh pemerintah
Tak memandang agama,ras, etnis, dan diversivitas apapun.
"Sekolah yang diselenggrakan pemerintah untuk semua masyarakat Indonesia dengan agama apapun, etnisitas apapun, dengan diversivitas apapun," ucap Nadiem, dikutip dari YouTube Kemendikbud RI, Rabu (3/2/2021).
Berikut keputusan SKB Tiga Menteri tentang Penggunaan Pakaian Seragam dan Atribut bagi Peserta Dididik, Pendidik, dan Tenaga Kependididkan di Lingkungan Sekolah yang Diselenggarakan Pemerintah Daerah pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, dikutip dari tayangan YouTube Kemendikbud RI.
5. Kata Moeldoko soal Pertemuannya dengan Kader Demokrat
Kepala Staf Presiden, Moeldoko, mengakui dirinya sempat bertemu dengan anggota dan mantan anggota Partai Demokrat seperti yang dituduhkan sejumlah pengurus partai berlambang bintang mercy tersebut.
Selain di hotel, Moeldoko mengatakan pertemuan dilakukan beberapa kali termasuk di rumahnya.
Hal itu diakui Moeldoko saat konferensi pers di kediamannya, Jalan Lembang, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu, (3/2/2021).
"Beberapa kali loh masanya. Ya ada di hotel ada di mana-mana. Engga terlalu penting lah," kata Moeldoko.
Hanya saja menurut Moeldoko, dalam pertemuan tersebut dia posisinya pasif.
Dia diajak untuk melakukan pertemuan, bukan dia yang mengajak.
"Intinya aku datang diajak ketemu wong saya biasa di kantor saya itu setiap hari menerima orang, menerima berbagai kelompok di kantor saya," katanya.
Moeldoko heran mengapa pertemuan tersebut menjadi masalah.
Termasuk lokasi pertemuan yang digelar di hotel.
(Tribunnews.com)