Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Hari Pers Nasional 9 Februari, Ini Sejarah hingga Tema Hari Pers Nasional 2021

Hari Pers Nasional diperingati setiap 9 Februari, momen tersebut bersamaan dengan terbentuknya organisasi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).

Penulis: Suci Bangun Dwi Setyaningsih
Editor: Muhammad Renald Shiftanto
zoom-in Hari Pers Nasional 9 Februari, Ini Sejarah hingga Tema Hari Pers Nasional 2021
ist
Hari Pers Nasional 2021. Hari Pers Nasional 9 Februari, Ini Sejarah hingga Tema Hari Pers Nasional 2021. 

TRIBUNNEWS.COM - Hari Pers Nasional diperingati setiap tanggal 9 Februari.

Peringatan Hari Pers Nasional tahun ini, jatuh pada hari Selasa (9/2/2021).

Setiap tahunnya, Hari Pers Nasional (HPN) mengusung tema yang berbeda.

Nah, kali ini tema yang diangkat pada HPN 2021 adalah Bangkit dari Pandemi, Jakarta Gerbang Pemulihan Ekonomi, Pers sebagai Akselerator Perubahan.

Dalam sejarahnya, pada tanggal 9 Februari 1946, perjuangan wartawan dan pers Indonesia memperoleh wadah dan wahana yang berlingkup nasional dengan terbentuknya organisasi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).

Setelah melalui proses panjang, Presiden Soeharto melalui Keputusan Presiden Nomot 5 Tahun 1985 menetapkan tanggal 9 Februari sebagai Hari Pers Nasional.

Jokowi saat menyampaikan sambutan dalam Hari Peringatan Pers 2020, Jumat (8/1/2020).
Jokowi saat menyampaikan sambutan dalam Hari Peringatan Pers 2020, Jumat (8/1/2020). Hari Pers Nasional 9 Februari, Ini Sejarah hingga Tema Hari Pers Nasional 2021. (Tangkap Layar Youtube Sekretaris Presiden)

Berikut ini sejarah hingga tema HPN 2021:

Berita Rekomendasi

Tema Hari Pers Nasional 2021

Hari Pers Nasional 9 Februari 2021 mengangkat tema Bangkit dari Pandemi, Jakarta Gerbang Pemulihan Ekonomi, Pers sebagai Akselerator Perubahan.

Sejarah Hari Pers Nasional

Berikut sejarah Hari Pers Nasional yang Tribunnews.com kutip dari tulisan Tribuana Said di laman Persatuan Wartawan Indonesia, pwi.or.id:

Dalam sejarahnya, wartawan Indonesia tercatat sebagai patriot bangsa bersama para perintis pergerakan di berbagai pelosok tanah air yang berjuang untuk menghapus penjajahan.

Di masa pergerakan wartawan bahkan menyandang dua peran sekaligus, sebagai aktivis pers yang melaksanakan tugas-tugas pemberitaan dan penerangan.

Dimaksudkan untuk membangkitkan kesadaran nasional dan sebagai aktivis politik yang melibatkan diri secara langsung dalam kegiatan membangun perlawanan rakyat terhadap penjajahan.

Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, wartawan Indonesia masih melakukan peran ganda sebagai aktivis pers dan aktivis politik.

Pada tanggal 9 Februari 1946, perjuangan wartawan dan pers Indonesia memperoleh wadah dan wahana yang berlingkup nasional dengan terbentuknya organisasi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).

Kelahiran PWI di tengah kancah perjuangan mempertahankan Republik Indonesia dari ancaman kembalinya penjajahan, melambangkan kebersamaan dan kesatuan wartawan Indonesia dalam tekad dan semangat patriotiknya untuk membela kedaulatan, kehormatan serta integritas bangsa dan negara.

Bahkan, wartawan Indonesia menjadi semakin teguh dalam menampilkan dirinya sebagai ujung tombak perjuangan nasional menentang kembalinya kolonialisme dan dalam menggagalkan negara-negara yang hendak meruntuhkan Republik Indonesia.

Pada tanggal 8 Juni 1946 tokoh-tokoh surat kabar, tokoh-tokoh pers nasional berkumpul di Yogyakarta untuk mengikrarkan berdirinya Serikat Penerbit Suratkabar (SPS).

Sebenarnya SPS telah lahir jauh sebelum tanggal 6 Juni 1946, yaitu tepatnya empat bulan sebelumnya bersamaan dengan lahirnya PWI di Surakarta pada tanggal 9 Februari 1946.

Di balai pertemuan "Sono Suko" di Surakarta pada tanggal 9-10 Februari, wartawan dari seluruh Indonesia berkumpul dan bertemu.

Pertemuan besar yang pertama itu memutuskan:

a. Disetujui membentuk organisasi wartawan Indonesia dengan nama Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), diketuai Mr. Sumanang Surjowinoto dengan sekretaris Sudarjo Tjokrosisworo.

b. Disetujui membentuk sebuah komisi beranggotakan:

1. Sjamsuddin Sutan Makmur (harian Rakjat, Jakarta),

2. B.M. Diah (Merdeka, Jakarta),

3. Abdul Rachmat Nasution (kantor berita Antara, Jakarta),

4. Ronggodanukusumo (Suara Rakjat, Modjokerto),

5. Mohammad Kurdie (Suara Merdeka, Tasikmalaya),

6. Bambang Suprapto (Penghela Rakjat, Magelang),

7. Sudjono (Berdjuang, Malang),

8. Suprijo Djojosupadmo (Kedaulatan Rakjat,Yogyakarta).

Kedelapan orang tersebut dibantu oleh Mr. Sumanang dan Sudarjo Tjokrosisworo.

Tugas mereka adalah merumuskan hal-ihwal persuratkabaran nasional waktu itu dan usaha mengkoordinasinya ke dalam satu barisan pers nasional di mana ratusan jumlah penerbitan harian dan majalah semuanya terbit dengan hanya satu tujuan.

Tujuannya yaitu "Menghancurkan sisa-sisa kekuasaan Belanda, mengobarkan nyala revolusi, dengan mengobori semangat perlawanan seluruh rakyat terhadap bahaya penjajahan, menempa persatuan nasional, untuk keabadian kemerdekaan bangsa dan penegakan kedaulatan rakyat."

Kemudian, komisi sepuluh orang tersebut dinamakan juga "Panitia Usaha" yang dibentuk oleh Kongres PWI di Surakarta tanggal 9-10 Februari 1946.

Barulah, 26 tahun kemudian menyusul lahir Serikat Grafika Pers (SGP), antara lain karena pengalaman pers nasional menghadapi kesulitan di bidang percetakan pada pertengahan tahun 1960-an.

Kesulitan tersebut meningkat sekitar tahun 1965 sampai 1968 berhubung makin merosotnya peralatan cetak di dalam negeri.

Sementara di luar Indonesia sudah digunakan teknologi grafika mutakhir, yaitu sistem cetak offset menggantikan sistem cetak letter-press atau proses ‘timah panas’.

Pada Januari 1968 sebuah nota permohonan, yang mendapat dukungan SPS dan PWI, dilayangkan kepada Presiden Soeharto waktu itu, agar pemerintah turut membantu memperbaiki keadaan pers nasional, terutama dalam mengatasi pengadaan peralatan cetak dan bahan baku pers.

Undang-undang penanaman modal dalam negeri yang menyediakan fasilitas keringanan pajak dan bea masuk serta dimasukkannya grafika pers dalam skala prioritas telah memacu berdirinya usaha-usaha percetakan baru.

Berlangsung Seminar Grafika Pers Nasional ke-1 pada bulan Maret 1974 di Jakarta.

Keinginan untuk membentuk wadah grafika pers SGP terwujud pada 13 April 1974.

Pengurus pertamanya terdiri ketua H.G. Rorimpandey, bendahara M.S.L. Tobing, dan anggota-anggota Soekarno Hadi Wibowo dan P.K. Ojong.

Kelahiran SGP dikukuhkan dalam kongres pertamanya di Jakarta, 4-6 Juli 1974.

Berdasarkan UU pers tahun 1982, organisasi periklanan dinyatakan sebagai komponen keluarga pers nasional.

Ditetapkan juga bahwa bidang usaha (aspek komersial) periklanan berada di bawah pembinaan Departemen Perdagangan & Koperasi sedangkan bidang operasionalnya (aspek idiilnya) ditempatkan dalam pembinaan Departemen Penerangan.

Mengingat sejarah pers nasional sebagai pers perjuangan dan pers pembangunan, Presiden Soeharto tanggal 23 Januari 1985 menetapkan tanggal 9 Februari sebagai Hari Pers Nasional.

Baca juga: 40 Ucapan Selamat Hari Pers Nasional 9 Februari 2021, Kirim atau Jadi Status di WA, FB, IG, Twitter

Baca juga: Ini Sejarah Hari Pers Nasional yang Jatuh pada 9 Februari, Lengkap dengan Ucapan HPN 2021

Ucapan HPN 2021:

1. Selamat Hari Pers Nasional 9 Februari 2021.

Kebebasan pers adalah sesuatu yang harus diperjuangkan.

2. Selamat Hari Pers Nasional 9 Februari 2021.

Semoga rekan pers semakin berjaya untuk memberikan berita kepada masyarakat.

3. Selamat Hari Pers Nasional 9 Februari 2021 kepada segenap insan pers tanah air.

Tetaplah independen dan semoga produk-produk jurnalistik yang dihasilkan semakin berkualitas.

4. Selamat Hari Pers Nasional 9 Februari 2021 kepada seluruh insan pers di tanah air.

Terus maju Pers Indonesia, semoga tetap menjunjung tinggi idealisme dan profesionalisme.

5. Selamat Hari Pers Nasional 9 Februari 2021.

Semoga pers tumbuh semakin sehat, kritis, dan bersama memperkuat kesejahteraan rakyat.

6. Selamat Hari Pers Nasional 9 Februari 2021.

Terima kasih untuk insan pers yang selalu menjadi jendela informasi, penyebar wawasan bagi keluarga Indonesia.

7. Selamat Hari Pers Nasional 9 Februari 2021.

Terus unggul dalam merawat kredibilitas untuk mewujudkan insan pers yang berkualitas.

8. Selamat Hari Pers Nasional 9 Februari 2021.

Semoga pers Indonesia terus maju dan semakin kuat dalam memberikan berita yang akurat, tepat, dan berkualitas.

9. Selamat Hari Pers Nasional 9 Februari 2021.

Kebebasan pers adalah ruang demokrasi partisipatif dari setiap warga negara.

Karena itu, kebebasan pers dan berpendapat, harus menjadi penyangga agenda institusionalisasi demokrasi di Indonesia.

10. Selamat Hari Pers Nasional 9 Februari 2021.

Kebebasan pers, jika itu berarti apa saja, berarti kebebasan untuk mengkritik dan menentang - George Orwell.

(Tribunnews.com/Suci Bangun DS/Fajar/Sri Juliati)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas