Apa Itu Hari Rabu Abu? Berikut Penjelasannya Dalam Gereja Katolik
Berikut ini penjelasan mengenai Hari Rabu Abu dan penjelasannya dalam Gereja Katolik.
Penulis: Adya Ninggar P
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Berikut ini merupakan penjelasan tentang Hari Rabu Abu dalam Gereja Katolik.
Hari Rabu Abu yang diperingati oleh umat Katolik jatuh pada hari ini Rabu (17/2/2021).
Rabu Abu selalu diperingati pada 46 hari sebelum Hari Raya Paskah.
Dalam misa Rabu Abu, umat Katolik diberikan abu pada dahinya.
Simak penjelasan mengenai apa itu Hari Rabu Abu yang dikutip dari berbagai sumber.
Baca juga: LIVE Misa Minggu 14 Februari 2021, Link Gereja Katedral Palembang sampai Surabaya
Apa Itu Hari Rabu Abu?
Dikutip dari iKatolik.com, Hari Rabu Abu dalam Gereja Katolik adalah hari pertama dimulainya masa pra-Paskah.
Masa pra-Paskah merupakan masa persiapan menyambut hari raya Paskah atau hari Kebangkitan Yesus Kristus pada hari Minggu Paskah.
Hari Rabu Abu selalu diperingati pada 46 hari sebelum Paskah.
Karena Hari Raya Paskah selalu jatuh pada tanggal yang berbeda setiap tahunnya, maka begitu juga dengan Hari Rabu Abu.
Walaupun Hari Rabu Abu bukanlah hari raya yang wajib bagi umat Katolik, namun Gereja Katolik sangat mendorong umatnya untuk mau menghadiri misa pada hari Rabu Abu agar menandai dimulainya pekan suci pra-Paskah.
Mengapa Hari Rabu?
Dikutip dari katolisitas.org, Gereja Katolik menerapkan puasa ini selama 6 hari dalam seminggu karena hari Minggu tidak dihitung dan dianggap sebagai peringatan Kebangkitan Yesus, maka masa Puasa berlangsung selama 6 minggu ditambah 4 hari, sehingga genap 40 hari.
Dengan demikian, hari pertama puasa jatuh pada hari Rabu.
(Paskah terjadi hari Minggu, dikurangi 36 hari (6 minggu), lalu dikurangi lagi 4 hari, dihitung mundur, jatuh pada hari Rabu).
Jadi penentuan awal masa Prapaska pada hari Rabu disebabkan karena penghitungan 40 hari sebelum hari Minggu Paska, tanpa menghitung hari Minggu.
Mengapa Menggunakan Abu?
Abu adalah tanda pertobatan.
Kitab Suci mengisahkan abu sebagai tanda pertobatan, misalnya pada pertobatan Niniwe (lih. Yun 3:6).
Di atas semua itu, kita diingatkan bahwa kita ini diciptakan dari debu tanah (Lih. Kej 2:7), dan suatu saat nanti kita akan mati dan kembali menjadi debu.
Olah karena itu, pada saat menerima abu di gereja, kita mendengar ucapan dari Romo, “Bertobatlah, dan percayalah kepada Injil” atau, “Kamu adalah debu dan akan kembali menjadi debu” (you are dust, and to dust you shall return).”
Pemberian Abu
Dalam misa Rabu Abu, abu diberikan kepada umat.
Abu yang diberikan, diperoleh dari hasil pembakaran daun palem yang telah diberkati dan dibagikan pada minggu palma pada 1 tahun sebelumnya pada Hari Minggu Palma.
Banyak Gereja Katolik yang tersebar di seluruh dunia meminta umatnya untuk mengembalikan daun palem yang dibawa pulang ke rumah, daun palem yang sudah mengering agar dapat dibakar dan dijadikan Abu.
Abu itu pada misa Rabu Abu setelah diberkati oleh Pastor dan diperciki dengan air suci, para umat diperbolehkan untuk maju menerima Abu.
Hari Tobat
Pemberian Abu mengingatkan kita akan mortalitas (hidup duniawi yang akan berakhir nanti) kita, dan mengajak kita untuk bertobat.
Pada masa Gereja awal, Rabu Abu adalah hari yang diperuntukkan bagi para pendosa dan orang-orang yang ingin kembali ke pangkuan Gereja, untuk memulai pertapaan sebagai wujud penyesalan dan tanda tobat.
Abu yang kita terima merupakan pengingat akan kedosaan kita, dan banyak umat Katolik yang membiarkan tanda salib dari Abu di dahi kepala mereka sebagai tanda kerendahan hati.
Berpuasa dan Berpantang
Gereja Katolik menekankan bahwa pentingnya bentuk penyesalan akan dosa kita nyatakan juga dengan puasa dan berpantang memakan daging.
Umat Katolik yang berumur 18 tahun hingga 60 diminta untuk berpuasa, yaitu mereka hanya boleh makan malam dengan lengkap (minus daging) dan hanya 2 porsi yang sedikit pada pagi dan siang hari; dan tidak boleh ada makanan lain selain dari pada itu.
Dan bagi umat di atas umur 14 tahun untuk menahan diri untuk memakan daging, atau makanan yang mengandung daging pada hari Rabu Abu.
(Tribunnews.com/Nadya)