Ridwan Kamil Dinilai Rugi jika Terlibat Konflik Demokrat, Pengamat Sebut Buang-buang Waktu
Pengamat menilai adalah sebuah kerugian jika Ridwan Kamil terlibat konflik internal Partai Demokrat.
Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Daryono
TRIBUNNEWS.COM - Bukan kader Partai Demokrat, nama Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, disebut-sebut masuk bursa calon ketua umum menggantikan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Hal ini diungkapkan mantan kader Partai Demokrat, Darmizal.
Dikutip Tribunnews.com dari Kompas.com, Darmizal membeberkan sejumlah nama yang rencananya akan menggantikan AHY.
Diantaranya adalah Ridwan Kamil, Moeldoko, Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas), hingga Isran Noor yang saat ini menjabat sebagai Gubernur Kalimantan Timur.
"Beberapa nama muncul diwacanakan para kader pemilik suara, antara lain Edhie Baskoro Yudhoyono, Ridwal Kamil Gubernur Jabar, Pak Isran Noor, Gubernur Kaltim."
Baca juga: Nama Ridwan Kamil Terseret Konflik Demokrat, Disebut-sebut Jadi Calon Ketum Gantikan AHY
Baca juga: Konflik Demokrat Makin Panas, Pengamat: Kekuatan SBY Sedang Diuji
"Ada juga Hasnaeni yang sudah jadi Ketum Partai Emas," ujar Darmizal.
Munculnya nama Ridwan Kamil ini membuat pengamat politik dari Universitas Padjajaran, Muradi, memberikan tanggapannya.
Muradi menilai pria yang akrab disapa Kang Emil ini akan rugi jika terlibat pusaran konflik internal Partai Demokrat.
Pasalnya, kata Muradi, Ridwan Kamil akan membuang waktunya jika terlibat, karena ia bukan kader lama.
"Kolam politiknya makin kecil dan dia (Ridwan Kamil) akan terjebak dalam konflik internal. Itu wasting time, karena dia bukan kader lama."
"Peluang untuk fighting tak terlalu kuat dibandingkan kader lama," ujar Muradi, Rabu (3/3/2021), dilansir Kompas.com.
Lebih lanjut, Muradi menganggap adalah hal wajar jika ada partai tertarik pada Ridwan Kamil.
Terlebih saat ini sejumlah partai mulai kehilangan figur untuk bertarung pada Pilpres 2024.
Muradi pun mengatakan bahwa dalam pemilu mendatang, partai butuh figur.
"Dalam praktik elektoral itu butuh figur. Mungkin model Pak SBY, Pak Amien Rais, Bu Mega momentumnya sudah habis."
Baca juga: Marzuki Alie Bakal Laporkan Kader Demokrat ke Polisi, Syarief Hasan : Pasti Kami Hadapi
Baca juga: Konflik Partai Demokrat: Merasa Difitnah, Marzuki Alie Ancam Laporkan AHY ke Polisi
"Jadi butuh darah segar yang punya elektoral tinggi yang bisa meningkatkan kapasitas kader dan sebagainya," jelasnya.
"Wajar saja dan Kang Emil punya peluang itu (masuk Demokrat) dan sama seperti peluang dia memimpin partai di Golkar."
"Oke saja karena partai yang siap secara regenerasi maksimal sampai 2022, maka dia akan mampu kompetitif di 2024," imbuhnya.
Meski begitu, Muradi menyarankan agar Ridwan Kamil tak terburu-buru masuk partai.
Ia menilai jika Ridwan Kamil fokus pada tugasnya sebagai Gubernur Jawa Barat, akan memiliki efek elektoral yang baik.
"Santai saja, menjadi anggota atau pengurus partai adalah last option."
"Kalaupun menarik, pertimbangannya harus belakangan, terakhir sekali," tandasnya.
Kata Andi Mallarangeng
Munculnya nama Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, sebagai calon ketum Demokrat, dinilai Sekretaris Majelis Tinggi Partai Demokrat, Andi Mallarangeng, sebagai pengalihan isu.
Pasalnya, menurut Andi, Ridwan Kamil selama ini belum pernah menjadi anggota Partai Demokrat.
Baca juga: Pengamat Soroti Perang Tagar di Media Sosial Terkait Gejolak di Partai Demokrat
Baca juga: Pengamat: SBY Benteng Terakhir Amankan AHY dari Kursi Ketua Umum Partai Demokrat
"Hehehe, setahu saya beliau belum pernah menjadi anggota Partai Demokrat."
"Ini hanyalah pengalihan isu dari tokoh-tokoh sebenarnya yang mau mengambil alih kepemimpinan Partai Demokrat," kata Andi, Rabu (3/3/2021), dilansir Kompas.com.
Lebih lanjut, Andi mengaku kasihan pada nama-nama yang dicatut kubu KLB untuk menjadi calon ketum Partai Demokrat.
Lantaran, orang-orang tersebut kemungkinan tak tahu dirinya dicalonkan sebagai ketum.
"Kasihan orang-orang yang namanya dipakai untuk pengalihan isu. Itu hanya pengalihan isu."
"Nama orang-orang itu cuma disebut-sebut. Barangkali, Pak RK sendiri tidak tahu kalau namanya disebut," pungkasnya.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W, Kompas.com/Dendi Ramdhani/Nicholas Ryan Aditya)