Siti Rumende, Lansia Tertua Berusia 99 Tahun Percaya Vaksinasi Cara untuk Bisa ke Luar dari Pandemi
Siti mempercayai vaksinasi adalah cara untuk bisa keluar dari pandemi, selain tetap disiplin menjaga protokol kesehatan.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Siti Rumende Harahap menjadi orang lanjut usia (lansia) tertua yang menerima vaksin corona.
Perempuan kelahiran Pahae, Tapanuli Utara, 24 November 1921 itu mendapatkan suntikan pertama vaksin corona di usianya yang ke-99 tahun.
"Lansia tertua yang divaksinasi,” demikian laporan Dinas Kesehatan Jakarta yang dilaporkan kepada Menkes Budi Gunadi Sadikin, Sabtu (6/3/2021).
Siti Rumende divaksin di Puskesmas Cilandak, Jakarta Selatan.
Kepala Puskesmas Cilandak dr Maryati mengatakan, Siti Rumende divaksin pada 26 Februari silam.
"Beliau (Siti Rumende) itu divaksin sudah dari tanggal 26 Februari 2021," kata Maryati kepada TribunJakarta.com, Minggu (7/3/2021).
Tahun ini Siti Rumende genap berumur 100 tahun.
Maryati menjelaskan, Siti Rumende merupakan perempuan kelahiran Pahae, Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Namun, ia sudah lama menetap di Jakarta.
"Dia dari Medan dulu, kemudian pindah ke DKI. Di KTP-nya lahir tahun 1923. Tapi saya konfirmasi ke keluarganya, usia beliau memang 99 tahun," ujar Maryati.
Sama seperti lansia lainnya, Siti Rumende juga mendaftar di link Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI untuk bisa mendapat vaksin Covid-19.
Ia kemudian diantar dan ditemani oleh anaknya, Arnold Harahap saat vaksinasi Covid-19 di Puskesmas Cilandak.
Arnold diketahui merupakan dokter spesialis penyakit dalam yang bekerja di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati, Cilandak, Jakarta Selatan.
Dari foto yang diterima Tribunnews.com, terlihat Siti Rumende mengikuti prosedur vaksin secara bertahap.
Setelah melakukan pendaftaran ulang, Siti Rumende dicek kondisi kesehatannya oleh petugas puskesmas.
Hingga akhirnya Siti menerima suntikan vaksin Sinovac di lengan kirinya.
"Kami untuk detailnya pasti ada wawancara. Kalau sudah lewat screening, artinya sudah lolos (pemeriksaan)," tutur Maryati.
Maryati menjelaskan, Siti Rumende juga tidak diperkenankan langsung pulang setelah vaksinasi.
Ia diminta untuk menunggu selama 30 menit di ruang observasi guna mengetahui gejala-gejala yang muncul seusai divaksin.
"Nggak ada gejala, kalau dia sudah boleh pulang berarti nggak ada gejala," ujar Maryati.
Sementara itu dalam wawancara dengan Kemenkes, Siti Rumende mengaku tak merasakan keluhan apapun setelah suntikan vaksin.
Baca juga: Dukung Program Percepatan Vaksinasi Covid-19 Bagi Lansia
Baca juga: Pemerintah Memberikan Prioritas Vaksinasi Lebih Awal kepada Para Lansia, Ini kata Ketua Umum IndoHCF
Ia pun mengajak lansia lain yang memiliki penyakit bawaan yang terkontrol agar segera mengikuti vaksinasi.
Siti mengatakan ia mempercayai vaksinasi adalah cara untuk bisa keluar dari pandemi, selain tetap disiplin menjaga protokol kesehatan.
"Saya sangat percaya bahwa vaksin yang digunakan telah melalui penelitian dan uji klinik terlebih dulu sebelum mendapat izin penggunaan di Indonesia," kata Siti.
Selain Siti Rumende, lansia yang juga sudah menerima vaksin adalah mantan Menteri Kependudukan dan Lingkungan Hidup yang juga ekonom senior, Emil Salim; serta mantan Menteri Pertambangan dan Energi era 1978-1988, Prof Subroto.
Sama seperti Siti Rumende, mereka juga tidak merasakan apa-apa saat disuntik.
Prof Soebroto yang kini berusia 93 tahun itu mengaku tidak merasakan sakit saat disuntik. Malah ia bertambah semangat setelah divaksin.
"Tidak sakit, terasa normal, tidak terasa sakit rasanya sekarang tambah semangat," ungkap Soebroto.
Hal senada dikatakan Emil Salim, mantan Ketua Dewan Pertimbangan Presiden RI ke-3 pada 2010-2014 yang berusia 91 tahun.
"Saya tidak berasa apa-apa. Baru saja menggulung tangan baju sudah disuruh turunkan lagi," ucap Emil Salim.
Terkait vaksinasi terhadap lansia, memang termasuk pelaksanaan vaksinasi tahap II.
Lansia, menjadi sasaran penerima vaksin selain dari tenaga pendidik, pedagang, tokoh agama, pejabat publik, petugas pelayanan publik, atlet, hingga jurnalis.
Sekretaris Badan PPSDM Kesehatan Trisa Wahjuni Putri, mengatakan vaksinasi Covid-19 massal untuk lansia akan berlangsung selama 4 bulan.
"Target vaksinasi lansia tiap hari ditargetkan 1000. Ini (vaksinasi massal) dimulai hari Senin tanggal 1 Maret 2021. Hari ini hari kelima Insya Allah akan berlangsung sampai 4 bulan kedepan," kata Trisa.
Pemerintah menargetkan, 21,5 juta orang lansia akan menerima vaksin Covid-19 Coronavac dengan interval waktu 28 hari.
Dalam pelaksanaan vaksinasi pada kelompok lansia ini terdapat prosedur berbeda dan spesifik dalam melakukan vaksinasi.
Baca juga: Vaksinasi Covid-19 Bagi PTK Pendidikan Tinggi Bantu Akselerasi Persiapan Perkuliahan Tatap Muka
Baca juga: AP II Mulai Program Vaksinasi Covid-19 bagi 20.000 Karyawan dan Staf di 20 Bandara
Selain interval penyuntikan, ada tahapan lain yang diberlakukan, yakni tekanan darah dan suhu, sama dengan kategori lain, yaitu suhunya mesti 37,5 derajat celcius ke bawah dan tekanan darahnya tidak boleh lebih dari 180/110 mmHg.
Kemudian, ditambah dengan wawancara sebelum dilakukan penyuntikan kepada lansia, sebagai wujud kehati-hatian.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah:
Apakah mengalami kesulitan untuk naik 10 anak tangga?
Apakah sering merasa kelelahan?
Apakah memiliki paling sedikit 5 dari 11 penyakit (Hipertensi, diabetes, kanker, penyakit paru kronis, serangan jantung, gagal jantung kongestif, nyeri dada, asma, nyeri sendi, stroke dan penyakit ginjal)?
Apakah mengalami kesulitan berjalan kira-kira 100 - 200 meter?
Apakah mengalami penurunan berat badan yang bermakna dalam setahun terakhir?
Jika ada tiga atau lebih yang dijawab ‘iya’ oleh calon penerima vaksin lansia, maka vaksin tidak dapat diberikan.
Calon penerima vaksinasi diharapkan memberikan keterangan sesuai dengan kondisi sebenarnya, agar efek vaksin yang maksimal dan memperkecil risiko terjadinya Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi atau KIPI yang serius.
Trisa mengungkapkan sejauh ini tidak banyak lansia yang batal divaksinasi, tidak sampai 5 persen dari total lansia yang divaksinasi.
Ada juga yang ditunda karena alasan tensi darah tinggi. Namun demikian, kata Trisa, pihaknya sudah menyiapkan mini ICU bagi lansia yang tensinya tinggi.
Mereka diminta istirahat terlebih dahulu 30 menit nanti setelah itu ditensi ulang.
"Kita belum tahu tanda tekanan darah tinggi pada penerima vaksinasi kenapa. Makanya kalau ada yang tensinya tinggi kita tunda sebentar, istirahat 30 menit kemudian setelah itu ditensi lagi. Kalau memang sudah baik dilanjutkan prosedurnya ke vaksinasi," ucap Trisa.(tribun network/nas/rin/dod)