Andi Arief Jelaskan Proses AHY Jadi Ketum Partai Demokrat, Singgung Moeldoko: Mudah-mudahan Tobat
Ketua Bappilu Demokrat Andi Arief jelaskan proses AHY jadi Ketum Demokrat, singgung KSP Moeldoko: Mudah-mudahan Tobat.
Penulis: Shella Latifa A
Editor: Whiesa Daniswara
TRIBUNNEWS.COM - Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Partai Demokrat, Andi Arief jelaskan proses pengangkatan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menjadi Ketua Umum Demokrat.
Ia juga menyinggung Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko, yang kini menjadi Ketum Demokrat versi Kongres Luar Biasa (KLB).
Pada cuitan akun Twitternya @AndiArief_ID, Kamis (11/3/2021), ia menyebut KLB Demokrat itu dengan julukan 'Kudeta Keblinger'.
Andi berharap Moeldoko agar bertobat dan mengetahui KLB itu akan gagal.
Baca juga: Kubu Moeldoko Berencana Laporkan AHY ke Polisi, Demokrat: Sedikit-sedikit Bawa ke Ranah Hukum
Baca juga: Intel Polisi Diduga Datangi DPC-DPD Demokrat, Rachland Nashidik: Tak Usah Beri Apapun yang Diminta
"Mudah-mudahan Pak Moeldoko memahami gagalnya kudeta keblinger dan bertobat."
"Partai Demokrat bukan partai yang pragmatis akibat perbuatan beberapa kader."
"Joni Alen dan Nazarudin serta Marzuki ali memang pernah sukses gunakan pragmatisme dalam kongres 2010. Sekarang zaman sudah beda," tulisnya.
Selain itu, Andi membeberkan bagaimana proses pemilihan AHY sebagai Ketum Demokrat.
Menurutnya, proses itu berbeda dengan pemilihan Moeldoko jadi Ketum Demokrat versi KLB.
Berawal dari momen Ani Yuhoyono sedang sakit, Demokrat menugaskan AHY pada Pilkada DKI Jakarta 2018 dan Pemilihan legislatif (Pileg) 2019.
"AHY masuk daftar ke Demokrat th 2016 saat Pilkada DKI. Karena Ibu Ani sakit dan AHY harus menjaga, Partai menugaskan padanya sekaligus menguji dalam tugas pemenangan Pilkada 2018 dan Kogasma saat Pileg 2019."
"Diuji dulu sebagai kader, tidak ujug-ujug. Ini beda dengan Pak Moeldoko," tulis Andi.
Baca juga: Moeldoko Belum Muncul Usai Jadi Ketum Demorkat KLB, Jhoni Allen: Beliau Utamakan Tugas Kenegaraan
Baca juga: Moeldoko Cs Anggap AD/ART 2020 Tidak Sah, Kubu AHY Sebut Mereka Sama Saja Menghina Menkumham
Saat Pileg 2019, Demokrat berhasil mendapat suara 7,8 persen padahal banyak lembaga survei mengklaim partainya hanya bisa menang 4-5%.
Ia menyebut, AHY terjun ke banyak daerah untuk menaikkan suara Pileg.
"Meski sulit, pileg 2019 Demokrat dapat 7,8 persen. AHY turun ke banyak dapil pemilihan naikkan suara."
"Sebelum pileg semua lembaga survey sebut elektabilitas Demokrat kisaran 4 sampai 5 %. Darmijal, Pak @marzukialie_MA apalagi Moeldoko tak pernah mau tahu situasi partai saat itu," ujarnya.
Sesudah itu, AHY terpilih menjadi Wakil Ketum, dimana susunan kepengurusan ini disetujui oleh Kemenkumham.
Baca juga: Demokrat Versi KLB Tegaskan Tak Pernah Ajak Gatot Nurmantyo Kudeta AHY
Baca juga: Jika Konflik Berkepanjangan, Partai Demokrat Terancam Tak Bisa Ikut Pemilu 2024
"Setelah Pileg 2019, AHY dalam perubahan susunan pengurus menjadi waketum Partai, Mengisi kekosongan jabatan wakil ketua umum karena mengundurkan diri."
"Susunan pengurus baru itu disetujui juga dengan SK menteri Kumham."
"Jadi AHY beda lagi dengan Moeldoko yang tak berkeringat di Demokrat," lanjut tulisnya.
Lebih lanjut, ketua Bappilu ini juga menjelaskan prosesi pemilihan SBY menjadi ketua majelis tinggi.
Ia mengatakan, jabatan Majelis Tinggi SBY ini sudah ada sejak 2010, dimana mantan Kader Marzuki Alie ikut mengamanatkan.
"SBY Ketua majelis tinggi, bukan jabatan baru. (amanat yg sudah didapat sejak kongres 2010, 2015 dan kini). "
"Kongres 2010, kongres hasilkan 3 calon Ketum termasuk @marzukialie_MA sudah amanatkan SBY ketua majelis tinggi."
"Jadi bukan 2020, di situ marzuki ali dan Joni alen bohong," ungkap Andi.
Baca juga: Gatot Nurmantyo Bocorkan Sosok yang Tawarinya Jadi Ketum Demokrat Versi KLB: Eks Kader Demokrat
Baca juga: Desakan Mundur KSP Moeldoko Bermunculan, Agus Abdullah: Itu Tidak Objektif
Pada Kongres 2010, menghasilkan 3 kader bertarung menjadi Ketum Demokrat.
Andi menyebut, Marzuki Alie ikut mencalonkan diri sebagai Ketum.
"Kongres 2010 di bandung hasilkan 3 kader bertarung, dapat persetujuan SBY karena posisinya ketua majelis tinggi."
"Marzuki Ali yang saat ditunjuk menjadi ketua DPR berjanji tak akan calonkan ketum, ingkar janjinya sendiri."
"Tetap diizinkan maju karena ada surat dukungan pemilik suara," lanjutnya.
Mendekati kongres partai tahun 2020, SBY mendapat 3 aspirasi dari semua ketua DPD/DPC Demorkat.
Satu diantaranya, mencalonkan AHY menjadi Ketum Demokrat.
Baca juga: Andi Arief sebut Demokrat Kubu Moeldoko Gagal Didaftarkan ke Kemenkumham
Andi menegaskan, kongres itu awalnya tak dibuat aklamasi.
"Jelang kongres 2020, SBY ketua majelis tinggi dpt aspirasi tertulis dari semua ketua DPD/DPC."
"Ada 3 aspirasi, calonkan kembali SBY,ikut arahan SBY, mencalonkan AHY."
"Kongres Tidak didisain aklamasi, dibuka bagi kader ingin calonkan diri. Saat pendaftaran AHY didukung 95% dpd/dpc," tulisnya.
Namun, hanya AHY yang mendaftarkan sebagai calon Ketum Demokrat.
Sehingga, semua peserta kongres tersebut mendukung AHY secara aklamasi.
Baca juga: Kubu AHY Bantah Pecat 200 Ketua DPC Partai Demokrat
Baca juga: Demokrat Kubu AHY Pastikan Gugat KLB di Deli Serdang
"Karena hanya AHY yang mendaftar saat kongres dan angka dukungan menurut tatib aklamasi (dalam tatib bisa mencalonkan diri 25 %)."
"Maka seluruh peserta kongres mendukung AHY secara aklamasi," jelas Andi.
Sementara, jabatan SBY sebagai Ketua Majelis Tinggi Demokrat masih berlaku.
"Sedangkan jabatan ketua majelis tinggi tetap SBY karena amanat kongres 2015 Surabaya," lanjutnya.
Politisi Demokrat ini menuturkan, setiap anggaran dasar (AD/ART) disesuaikan dengan dinamika organisasi.
Baca juga: Kubu AHY Disarankan Tidak Reaksioner Hadapi Kubu KLB Sumut
Ia juga menyebut, Marzuki Alie dan Darmizal menghilang saat SBY tak lagi menjabat sebagai presiden.
"Perubahan AD/ART setiap kongres disesuaikan dinamika organisasi, dinamika politik hasil diskusi yg panjang dan ilmiah."
"Bahkan untuk mencari ketum yang bisa mengangkat suara partai dihitung matang sebagai strategi."
"Sejak SBY tidak jabat Presiden, Marzuki ali, darmijal dkk menghilang," pungkas Andi.
(Tribunnews.com/Shella)