Pasek Sebut SBY Sempat Tawarkan Ani Ketua Umum Demokrat: Parah Masak Bapak Ibu Anak, Bisa Masuk MURI
Penawaran itu dilontarkan SBY kepada Gede Pasek Suardika yang merupakan loyalis Anas Urbaningrum. Sebab GPS, begitu ia disapa, mengusulkan SBY maju
Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) disebut sempat menawarkan agar istrinya almarhumah Ani Yudhoyono bisa menjadi ketua umum Partai Demokrat jelang kongres luar biasa (KLB) Partai Demokrat di Bali, pada 2013 silam.
Penawaran itu dilontarkan SBY kepada Gede Pasek Suardika yang merupakan loyalis Anas Urbaningrum. Sebab GPS, begitu ia disapa, mengusulkan SBY maju kembali menjadi ketua umum.
Diketahui, Anas Urbaningrum mundur dari jabatan ketua umum setelah ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK.
Loyalis Anas kemudian sepakat mengusulkan SBY mengisi posisi Anas.
"Ditanya lah. 'Kamu (GPS) kenapa mau minta saya (SBY) jadi ketua umum?' (SBY) Sempat menawarkan kenapa nggak bu Ani saja (yang jadi ketua umum)," ujar GPS, saat berbincang dengan Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra, Jumat (19/3/2021).
GPS sendiri menolak usulan agar Ani Yudhoyono dapat menjadi ketua umum partai berlambang mercy tersebut.
Menurutnya akan lebih baik SBY yang mengisi posisi itu. Dengan demikian, otoritas Partai Demokrat dipegang oleh satu orang saja.
Sebab saat itu SBY diketahui menjabat posisi di majelis tinggi dan dewan pembina Partai Demokrat.
Baca juga: Pasek Bongkar Skenario SBY Agar Hanya Dirinya yang Penuhi Syarat Maju Jadi Ketum di Kongres 2015
"Karena posisi ini yang langsung in charge itu kan pak SBY. Ketua Majelis Tinggi, Ketua Dewan Pembina, sehingga biar langsung itu disatukan saja otoritasnya itu. Tidak lagi tiga kekuatan, langsung satu lagi," jelas GPS.
Selain itu, GPS menilai Demokrat akan menjadi pembicaraan di masyarakat jika Ani Yudhoyono menjadi ketua umum. Karena hal itu membuat keluarga SBY seolah menguasai partai.
"Kan lucu nanti. Ketua Dewan Pembina, Ketua Majelis Tinggi ini bapaknya (SBY), ketua umum ibu (Ani), sekretaris jenderal anak (Ibas)," kata Gede Pasek.
"Kan tambah parah lagi, kita nggak bisa jualan di masyarakat. Wong ini aja sudah menyatu bapak sama anak, masa mau kita rekor MURI lagi ada bapak ibu anak," imbuhnya.
Hanya saja, GPS mengatakan tak bisa mengungkap alasan tersebut kepada SBY saat bertemu empat mata di Istana Negara kala itu. Dia takut SBY akan tersinggung.
"Tapi kita nggak bilang begitu, kita tetap bilang simbol bapak kita perlukan untuk menyatukan semua. Kalau kita bilang begitu, tersinggung pasti. Karena logika politik saya kan 'aduh malu kan masa bapak ibu anak (di posisi penting semua), ini apa ini. Walaupun sekarang muncul ya," tandasnya.