PROFIL Muchtar Pakpahan, Tokoh Buruh Peraih Penghargaan Internasional, Tak Gentar Walau Kerap Dibui
Profil dan sepak terjang tokoh buruh nasional, Muchtar Pakpahan. Sosoknya peraih penghargaan internasional yang tak gentar meski masuk bui.
Penulis: Inza Maliana
Editor: Sri Juliati
Berikut Tribunnews.com rangkum rekam jejak dari tokoh buruh nasional, Muchtar Pakpahan:
Muchtar Pakpahan lahir di Bah Jambi II, Tanah Jawa, Simalungun, Sumatra Utara pada 21 Desember 1953 silam.
Muchtar merupakan Pendiri sekaligus Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI) periode 1992-2003.
Tokoh lain yang terlibat pendirian SBSI antara lain Abdurrahman Wahid atau Gusdur, Sabam Sirait, dan Sukowaluyo.
Baca juga: Kabar Duka, Tokoh Gerakan Buruh Muchtar Pakpahan Meninggal Dunia
Mereka merupakan tokoh di antara 107 deklarator yang terlibat dalam pendirian SBSI.
Muchtar Pakpahan merupakan sosok aktivis yang aktif mengkritik rezim Orde Baru.
Ketika meraih gelar doktor hukum di Universitas Indonesia (UI) pada 1993, ia terpaksa harus berurusan dengan hukum.
Hal itu lantaran disertasinya yang berjudul "Pelaksanaan Tugas dan Hak DPR Masa Kerja 1982-1987".
Inti dari disertasi itu adalah pemerintahan Orde Baru melanggar Undang-Undang Dasar (UUD) 1945.
Dilansir dari dokumentasi Harian Kompas, dalam disertasi itu, Muchtar Pakpahan menyorot sistem politik dan hukum, tata tertib DPR, dan kondisi anggota DPR.
Muchtar Pakpahan juga mengkritik budaya politik yang ada tidak mendukung demokratisasi, justru menghambatnya.
"Kepentingan rakyat seperti tercermin dalam kasus nyata masalah tanah atau buruh, tidak terartikulasikan efektif oleh DPR," kata Muchtar Pakpahan saat mempertahankan disertasinya.
"Akibatnya munculah pelbagai media baru LSM (lembaga swadaya masyarakat) yang berhubungan erat dengan lembaga sosial dan hak asasi di luar negeri."
"Karena aspirasi rakyat baru terartikulasikan dan diperhatikan begitu muncul campur tangan dan tekanan dari luar negeri," kata Muchtar Pakpahan.
Dua hari setelah menerbitkan disertasi itu, pria yang biasa disapa Bang Muchtar ini dibawa ke Badan Intelijen ABRI (BIA).