Dubes Tantowi: Inilah Saatnya Pasifik Bersinar dan Indonesia ada Didalamnya
Tantowi menjelaskan bahwa Indonesia berkeinginan untuk meningkatkan hubungan berbasis budaya selama ini ke jenjang yang lebih tinggi yakni kerjasama
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM - Indonesia adalah bagian dari Pasifik. Wajar jika Indonesia ingin ikut serta dalam dinamika yang terjadi di kawasan ini. Hal ini disampaikan Tantowi Yahya, Dubes LBBP RI untuk Selandia Baru, Samoa, Kerajaan Tonga, Kepulauan Cook dan Nieu dihadapan akademisi, mahasiswa, pengamat, politisi dan diplomat di Wellington Selasa (23/3) waktu setempat.
Tantowi yang juga Dubes RI Keliling pertama untuk Pasifik diundang oleh NZ Institute of International Affairs untuk bicara soal prioritas Indonesia untuk kawasan Pasifik di Universitas Victoria kemaren sore.
Kesempatan ini dimanfaatkan dengan baik oleh Tantowi untuk menjelaskan dan menjabarkan hubungan Indonesia dengan Pasifik dalam perspektif geografis, sejarah, sosial dan budaya. Data-data yang ditampilkan Tantowi berhasil meyakinkan semua yang hadir bahwa Indonesia adalah bagian dari Pasifik.
"Indonesia adalah negara kepulauan yang diapit oleh dua samudra besar, Hindia dan Pasifik .5 provinsi di timur Indonesia terletak di Samudra Pasifik dengan penduduk mayoritas dari ras Melanesia dan Polinesia. Secara budaya kami mempunyai banyak kesamaan dengan masyarakat di Pasifik" jelas Tantowi Yahya.
Dalam pertemuan akademis ini, Tantowi menjelaskan bahwa Indonesia berkeinginan untuk meningkatkan hubungan berbasis budaya selama ini ke jenjang yang lebih tinggi yakni kerjasama ekonomi dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia.
Pasifik adalah pasar potensial buat banyak produk Indonesia dan tujuan investasi bagi investor Indonesia. Dan sebaliknya Indonesia adalah pasar besar bagi produk-produk dari Pasifik.
Baca juga: Cerita Wow Tantowi Yahya Perkenalkan Produk Indonesia di Negara-negara Pasifik
Dubes yang mantan anggota DPR RI dari Partai Golkar ini secara eksplisit menjabarkan berbagai program di bidang ekonomi, pendidikan dan mitigasi bencana yang telah dan akan terus dilakukan dengan sejumlah negara di Pasifik.
Negara-negara di Pasifik mempunyai sejumlah tantangan seperti ; perubahan iklim, konektivitas, akses pasar dan SDM.
Indonesia ingin menjadi solusi atas permasalahan-permasalahan tersebut melalui komitmen yang terangkum dalam Pacific Elevation. Beberapa dari komitmen Indonesia telah terlaksana seperti bantuan buat Fiji, Salomon Islands, PNG dan lain-lain.
Indonesia juga menyelenggarakan eksibisi perdagangan, investasi dan pariwisata terbesar dan terlengkap, Pacific Exposition yang dilaksanakan setiap dua tahun sekali. Ini kontribusi nyata Indonesia dalam menciptakan pasar bagi negara-negara di kawasan ini.
Pacific Elevation adalah komitmen bantuan Indonesia untuk negara-negara di Pasifik yang merupakan penyempurnaan dari Pacific Engagement yang sebelumnya kita pergunakan.
Melalui program payung ini, Indonesia berkomitmen untuk membantu pembangunan ekonomi yang akan berimplikasi pada peningkatan kesejahteraan dan tarap hidup masyarakat di Pasifik.
Menlu Retno Marsudi yang meluncurkan Pacific Elevation di Auckland, Selandia Baru Juli dua tahun lalu mengatakan bahwa program ini bukan untuk bersaing dengan inisiatif serupa dari beberapa negara yang sudah ada, tapi ingin melengkapi.
Seperti yang diketahui inisiatif yang sudah ada adalah Pacific Step Up (Australia), Pacific Reset (Selandia Baru), Pacific Lift Up (Inggris), Pacific Pledge (AS) dll. Sejumlah komitmen negara-negara besar ini jelas akan berimplikasi positif pada pembangunan negara-negara di kawasan ini, jelas Tantowi.
Paparan komprehensif Tantowi Yahya, mendapat respon dan antusias oleh para peserta. Sejumlah pertanyaan diajukan baik disekitar bahan paparan maupun isu-isu aktual menyangkut Indonesia lainnya.
Semua bisa dijelaskan dengan sangat memuaskan oleh Tantowi. "This is Pacific Time to Shine and Indonesia in it" inilah saatnya Pasifik bersinar dan Indonesia ada didalamnya" pungkas Tantowi Yahya yang mendapat aplaus dari seluruh peserta.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.