Mengujungi Sekolah Para Teknisi Senjata dan Tank TNI AD di Gedung Peninggalan Belanda
Gedung Pusdikpal didirikan pada masa penjajahan Belanda tahun 1920-an. Di era Jepang, gedung itu digunakan untuk pabrik kecap, taucho, dan bir.
Penulis: Gita Irawan
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pusat Pendidikan Peralatan (Pusdikpal) Komando Pendidikan dan Pelatihan Angkatan Darat (Kodiklatad) adalah sekolah para prajurit teknisi senjata dan alat utama sistem senjata (alutsista) TNI Angkatan Darat (TNI AD).
Gedung Pusdikpal didirikan pada masa penjajahan Belanda tahun 1920-an.
Setelah Belanda menyerah kepada Jepang pada 1942, gedung tersebut diambil alih Jepang dan dipergunakan sebagai pabrik kecap, taucho, dan bir.
Kemudian pada 1945, Jepang menyerah kepada Sekutu dan gedung tersebut diserahkan kembali kepada Belanda.
Baca juga: Panglima TNI Perintahkan Vaksinasi 130 Ribu Prajurit Pakai AstraZeneca
Selanjutnya gedung tersebut digunakan sebagai tempat Pendidikan Teknik atau Techniche Opleiding Institut (TOI) Dinas Angkutan Militer atau Leger Transport Diens (LTD).
Seiring beejalannya waktu melalui forum perundingan pada 18 Januari 1950 antara Dinas Teknik Tentara (DTT) dengan pihak Belanda, maka pada 12 Maret 1950 sebanyak 39 orang prajurit TNI AD diterima sebagai peserta didik di TOI.
Selanjutnya para perintis tersebutlah yang menjadi kader-kader Instruktur dan ahli teknik di jajaran Dinas Teknik Tentara (DTT) serta Dinas Peralatan Tentara (DPLT).
Kemudian, sebagai tindak lanjut penyerahan kedaulatan pada 1 Juni 1950 Tentara Kerajaan Belanda yang diwakili Mayor Art Woerfbain menyerahkan TOI/LTD kepada TNI AD yang diwakili oleh Mayor S Goenadi dan digunakan sebagai Pusat Pendidikan Bintara yang merupakan bawahan DPLAD.
Selanjutnya institusi pendidikan tersebut dimaksud diubah namanya menjadi Pusat Pendidikan Teknik Tentara dan Mayor S Goenadi menjabat sebagai Komandannya.
Baca juga: Kepala BNPT: Perpres Pelibatan TNI Tangani Terorisme Dalam Tahap Harmonisasi
Seiring berjalannya waktu Pusdikpal mengalami perubahan status kedinasan dan validasi organisasi hingga pada 20 Juni 1997 Pusdikpal Ditpalad berubah menjadi Pusdikpal TNI Angkatan Darat.
Kemudian pada 14 Agustus 1998 Pusdikpal TNI Angkatan Darat diorganisasikan di bawah Kodiklat Angkatan Darat berdasarkan Sprin Kasad Nomor: Sprin/1104/VI11/1998 tanggal 14 Agustus 1998 hingga kini.
Memasuki kompleks sekolah tersebut, para pengunjung akan disuguhi bangunan-bangunan dengan arsitektur bernuansa zaman Belanda.
Nuansa tersebut tampak dari tampilan muka (fasad) sejumlah bangunan yang cenderung berbentuk simetris dan atap-atap dengan gentimg tanah liat.
Nuansa tersebut juga tampak pada bangunan Markas Komando Pusdikpal yang memiliki pintu masuk di bagian tengah.
Pada fasad gedung tersebut tampak juga banyak jendela berjejer seperti yang ada di bangunan-bangunan tua peninggalan zaman penjajahan Belanda lainnya di Indonesia.
Baca juga: Kepala BNPT: Perpres Pelibatan TNI Tangani Terorisme Dalam Tahap Harmonisasi
Komandan Pusdikpal Kolonel CPL Taufan Tjandra Kusuma mengatakan Markas Komando tersebut merupakan pusat cuci baju seluruh tentara Hindia Belanda.
Tidak hanya itu, gedung tersebut juga sebelumnya pernah menjadi pabrik kecap saat pemerintahan Jepang.
Hal tersebut disampaikan Taufan saat Press Tour Dispenad ke Pusdikpal Kodiklat Angkatan Darat pada Kamis (25/3/2021).
"Sejarahnya telah dipakai untuk pabrik kecap, untuk laundry cuci baju seluruh tentara Hindia Belanda. Pada saat pemerintahan Jepang dipakai untuk pabrik kecap. Selanjutnya dipakai oleh kita AD untuk melaksanakan pendidikan peralatan, mendidik putra putri kita menjadi prajurit peralatan, tenaga-tenaga montir ahli membidangi alutsista," kata Taufan.
Taufan mengungkapkan Pemerintah Kota Cimahi bekerja sama dengan TNI AD sedang merencanakan untuk membuat wisata military heritage.
Rencananya, kata Taufan, para wisatawan yang datang ke Kota Cimahi bisa masuk ke Pusat-Pusat Pendidikan TNI AD.
Nantinya, kata Taufan, para wisatawan dapat melihat langsung bangunan-bangunan bersejarah peninggalan zaman kolonial Belanda sekaligus melihat proses pembelajaran para personel di sekolah-sekolah tersebut.
"Kita harapkan mudah-mudahan ke depan industri pariwisata khususnya di Kota Cimahi ini makin berkembang, kita semuanya Pusdik mendukung terciptanya industri pariwisata," kata Taufan.
Tidak hanya itu, di dalam kompleks tersebut juga tampak sejumlah gedung-gedung lain tempat para siswa TNI AD belajar di antaranya Departemen Teknologi Munisi, Departemen Teknologi Mekanik, dan departemen lain yang berkaitan dengan peralatan perang.
Tampak juga sejumlah tank, panser, meriam, dan alutsista TNI AD lain di dalam kompleks.
Para siswa tampak menyimak materi yang disampaikan para instruktur di antaranya penggunaan mesin bubut Computer Numerical Control (CNC), bongkar pasang meriam 76 mm Gunung, pengujian mesin tank, hingga mengganti roda rantai.