Kerupuk Indonesia Laris Manis di China
Buktinya masyarakat negeri Tirai Bambu China juga memesan kerupuk asal Indonesia, khususnya kerupuk udang.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Johnson Simanjuntak

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Kerupuk tidak hanya populer dan digemari oleh orang Indonesia saja.
Buktinya masyarakat negeri Tirai Bambu China juga memesan kerupuk asal Indonesia, khususnya kerupuk udang.
Hal itu disampaikan Duta Besar Indonesia untuk China Djauhari Oratmangun secara virtual dalam acara "Dialog Gerakan Ekspor Nasional: Target Ekspor Negara Sahabat" yang digelar Tribun Network, Selasa (6/4/2021).
“Kerupuk Indonesia (shrimp crackers) punya pasar signifikan di China,” ujar Dubes RI untuk China ini.
Dia menjelaskan ekspor kerupuk dari Indonesia ke China datang dari perusahaan-perusahaan besar maupun UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah).
Untuk semakin menggencarkan eskpor produk kerupuk Indonesia di China, Kedutaan Besar Indonesia memanfaatkan platform digital untuk menjualnya.
“Kita sudah memiliki audiens store. Kita sekarang membutuhkan App. Tadi ada saya lihat teman-teman UMKM yang menjual melalui Alibaba dan lain-lain. Teman-teman di Indonesia sudah memanfaatkan platform-platform digital ini untuk memasarkan produk-produk Indonesia,” jelasnya.
Dia juga menjelaskan bentuk-bentuk promosi produk-produk Indonesia termasuk kerupukl dilakukan di media sosial dan menggunakan jasa influencer.
“Promosi di media sosial dan influencer sangat signifikan dampaknya untuk memasarkan produk-produk Indonesia,” jelasnya.
Bahkan KBRI pernah mencoba menggunakan influencer dalam memasarkan kerupuk di China.
“Untuk kerupuk, kita di sini pakai influencer, dalam waktu delapan menit kita bisa menjual hingga Rp12 miliar,” jelasnya.
Asosiasi Furniture dari China Akan Kunjungi Indonesia
Duta Besar Indonesia untuk China Djauhari Oratmangun mengungkapkan, Asosiasi Furniture dari China akan mengunjungi Indonesia untuk investasi di pertengahan April 2021.
Baca juga: Dubes Djauhari : Trade Defisit Perdagangan China-Indonesia Alami Penurunan Signifikan
Djauhari mengatakan, selain itu, hasil kunjungan tiga menteri sebelumnya cukup bagus dari China untuk komitmen ekspor dengan adanya penandatanganan untuk pembelian produk-produk pertanian dan furniture dari Indonesia.
"Nilainya sejumlah 1,38 miliar dolar Amerika Serikat (AS). Lalu, komitmen investasi juga untuk sektor furniture dari Asosiasi Furniture di sini, tanggal 16 April mereka ke Indonesia," ujarnya secara virtual dalam acara "Dialog Gerakan Ekspor Nasional: Target Ekspor Negara Sahabat" yang digelar Tribun Network, Selasa (6/4/2021).
Asosiasi Furniture itu, lanjut dia, akan berinvestasi di industrial park sekira 1,3 miliar dolar AS serta ada juga komitmen investasi untuk kendaraan listrik (electric vehicle/EV).
"Investasi EV dengan CATL dan lain-lain konsorsium sekira 5 miliar dolar AS dengan Pak Erick menyaksikan
"Jadi lumayan hasil positif dari sini dan khusus mengenai perdagangan Indonesia dengan China, waktu saya pertama masuk ke sini, kita peringkat 5 di ASEAN. Jadi, saya juga tidak terlalu senang karena sebagai strategic comprehensive partnership mestinya kita di urutan pertama di perdagangan," katanya.
Sementara, kalau di investasi, Indonesia di urutan pertama serta pariwisata di urutan keempat dan akan terus didorong agar perdagangan dengan China meningkat signifikan dari urutan keempat sekarang.
Menurut data yang pihaknya peroleh volume perdagangan antara kedua negara sebesar 78,5 miliar dolar AS dan akan ditingkatkan menjadi 100 miliar dolar AS di 2024.
Dari volume perdagangan tersebut, ekspor Indonesia itu 37,4 miliar dolar AS atau naik 10,10 persen dibanding 2019 dengan volume impor masih sekira 41 miliar dolar AS.
"Jadi, defisit perdagangan kita sekarang itu sekira 3,6 miliar dolar AS atau menurun 60 persen dari angka 7 miliar dolar AS defisit perdagangan tahun sebelumnya (2019). Ini bisa ditutup dengan investasi yang masuk ke Indonesia, kita coba menyeimbangkan dalam konteks (defisit perdagangan) ini," pungkas Djauhari.