Cegah Radikal Sasar Milenial, BNPT Libatkan Pemuka Agama
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) melibatkan pemuka agama demi mencegah radikalisme yang saat ini menyasar kalangan milenial.
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) melibatkan pemuka agama demi mencegah radikalisme yang saat ini menyasar kalangan milenial.
Kepala BNPT Komjen Boy Rafli Amar mengatakan pemuka agama merupakan guru dan pencerah untuk menghindarkan kalangan milenial terpapar radikalisme.
“Pemuka agama merupakan guru, pencerah umat di lingkungan agama Bapak memimpin saat ini, keberagaman bangsa ini merupakan sebuah kekayaan ini patut kita syukuri dan wajib untuk dipelihara dari masa ke masa,” ujar Boy Rafli.
Disampaikannya melalui Dialog Kebangsaan bertajuk “Kebhinnekaan Penyelamat Bangsa”, Jumat malam (9/4).
Dialog kerja sama Deputi Bidang Pencegahan Perlindungan dan Deradikalisasi BNPT bersama dengan Yayasan Harmoni Pemersatu Bangsa.
Dialog menggandeng sejumlah tokoh lintas agama, yang fokus pada peran aktif pemuka agama dalam mengoptimalkan pencegahan terorisme.
Acara turut dihadiri Dewan Pertimbangan Presiden, Habib Muhammad Luthfi bin Yahya, perwakilan dari Gugus Tugas Pemuka Agama, serta Lembaga Persahabatan Ormas Keagamaan. Kehadiran mereka disambut baik oleh Hartono Limin selaku tuan rumah sekaligus Ketua Umum Yayasan Amanah Kita.
Baca juga: Polri Ungkap Paham Radikalisme Mulai Banyak Disebar di Media Sosial
Dialog kebangsaan ini membahas peran pemuka agama dalam mengedukasi generasi muda yang rentan terpapar paham radikal terorisme.
Melalui pemahaman moderasi beragama, toleransi antar umat, serta nilai-nilai kebangsaan diharapkan generasi milenial tidak mudah terpengaruh ideologi yang dapat menimbulkan paham radikal intoleran yang dapat memicu aksi terorisme.
“Untuk meningkatkan ketahanan bangsa kita, ketahanan masyarakat, ketahanan umat kita, tiada lain kita semua harus memberikan edukasi, pencerahan kepada yang muda," ucap Boy.
Sebab, kata dia, tantangan bangsa adalah bagaimana yang muda ini tidak mudah terpedaya oleh ajaran atau doktrin yang disampaikan oleh mereka yang mengusung ideologi terorisme.
"Kecerendungan anak muda dengan karakteristik yang idealis, pemberani, ingin mencari jati diri, inilah yang bisa dimanfaatkan,” ucapnya.
Sementara menurut Wantimpres, Habib Luthfi, lunturnya jiwa nasionalisme menjadi salah satu alasan maraknya radikalisme di kalangan milenial.
Tentu tantangan ini bukan menjadi tugas BNPT semata. Perlu kepedulian seluruh lapisan masyarakat dalam membangun kualitas generasi muda agar ideologi yang bertentangan dengan konsesnsus bangsa tidak mudah tersusup.
“Melunturnya nasionalisme dan berbagai sebab lainnya menjadi permasalahan sekarang ini, kalau tidak ditanggulangi bersama sulit,” kata Habib Luthfi.
“Ayo kita menambah kepedulian kita bersama terhadap regenerasi penerus yang akan menjadi pembangun bangsa ini, pembangun Republik ini,” ajaknya.
Kegiatan ditutup dengan penandatanganan prasasti Kebhinnekaan yang dilakukan oleh Kepala BNPT dan Watimpres Habib Luthfi.