Qodari Sebut Sosok Ini Layak Isi Pos Kemendikbudristek
Postur Kementerian menjadi proporsional, dimana secara tradisi Menteri Pendidikan berasal dari latar belakang Muhammadiyah
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Indo Barometer M. Qodari menilai terdapat satu sosok yang cocok mengisi pos Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Qodari mengatakan wajar ada penggabungan dua institusi Kementerian Riset dan Teknologi (Kemristek) ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), sehingga menjadi Kemendikbudristek.
"Kita tahu Pendidikan itu kan sebetulnya tidak terputus tapi merupakan suatu kesatuan dimana Pendidikan Menengah itu selanjutnya Pendidikan Tinggi,” ujar Qodari saat dikonfirmasi wartawan, Selasa (13/4).
Baca juga: Kemendikbud: Pertukaran Mahasiswa Merdeka untuk Studi Semester Tiga Sampai Delapan
Mengenai siapa yang bakal memimpin Kementerian hasil peleburan itu, Qodari berpendapat Sekjen Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Abdul Mu’ti layak dipertimbangkan menjadi salah satu kandidat Menteri menggantikan Nadiem Makarim.
“Waktu itu kan diproyeksikan menjadi calon Wakil Menteri Pendidikan tetapi kan batal konon kabarnya karena Muhammadiyah kurang berkenan, sebab dari NU Yaqut Cholil Qoumas menjadi Menteri Agama,” bebernya.
Qodari menambahkan, postur Kementerian menjadi proporsional, dimana secara tradisi Menteri Pendidikan berasal dari latar belakang Muhammadiyah, sedangkan Kementerian Agama menjadi wilayahnya Nahdlatul Ulama (NU).
Baca juga: Cara Cek Kuota Internet Gratis dari Kemendikbud untuk Semua Jaringan Operator
"Rasanya PP Muhammadiyah pasti dukung kalau Prof. Abdul Mu'ti jadi Mendikbudristek,” tutur Qodari.
Qodari berujar sudah saatnya Kementerian Pendidikan dikembalikan kepada Muhammadiyah yang sudah berpengalaman mengelola sekitar kurang lebih 162 perguruan tinggi di seluruh Indonesia, sementara tingkat Sekolah Dasar (SD), SMP dan SMA lebih banyak lagi sebagaimana data bulan Agustus 2020.
“Itu cocok untuk Muhamadiyah karena Muhammadiyah itu punya Pendidikan Dasar dan Menengah, punya Pendidikan Tinggi, jadi punya skill soal Pendidikan Tinggi,” terangnya.