TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menteri Luar Negeri Indonesia (Menlu RI) Retno Marsudi di webinar yang diselenggarakan Universitas Terbuka (UT), blak-blakan bagaimana dalam beberapa tahun terakhir perempuan mendominasi kinerja Kemlu RI.

Ia menyebut 64 persen pegawai negeri sipil (PNS) di Kementerian Luar Negeri (Kemlu) tahun 2020 adalah perempuan, dimana 38 persennya adalah diplomat.

Angka ini meningkat ketimbang saat ia masuk menjadi diplomat, yang mana perempuan hanya mendominasi 10 persen dari total diplomat pada saat itu.

“Saya masuk sebagai diplomat, saya hanya 10 persen perempuan. Sekarang total 64 persen. Dan diplomatnya sendiri sudah 38 persennya adalah perempuan,” kata Retno saat memberikan sambutan, Kamis (22/4/2021).

Baca juga: Retno Marsudi Peringatkan WNI Soal Lonjakan Kasus Covid-19 di Luar Negeri

Retno berujar dunia diplomasi atau menjadi diplomat memang sudah menjadi cita-citanya sejak kecil, kendati banyak orang yang selalu bilang diplomasi adalah dunia laki-laki.

Namun dari waktu ke waktu para perempuan membuktikan, perempuan juga dapat menjadi diplomat yang tangguh juga.

“Kuantitas adalah satu hal, tapi jangan melupakan kualitas,” lanjut Retno Marsudi

Menlu Retno mengatakan isu perempuan diarus utamakan di Kemlu RI selama masa kepemimpinannya.

Dalam 6 tahun terakhir, isu perempuan ada di garis terdepan politik luar negeri Indonesia.

Beberapa pekerjaan kongkritnya, di antaranya kepedulian terhadap para pengungsi perempuan rohingya yang ada di Bangladesh, kepedulian kepada pengungsi perempuan di palestina dengan memberikan capacity building mengenai kemandirian di bidang ekonomi.

Baca juga: Menlu Retno: 196.126 WNI di Luar Negeri Direpatriasi Selama Pandemi Covid-19

Kemlu RI kemudian meningkatkan para penjaga perdamaian perempuan (peacekeeper) yang bertugas di misi perdamaian PBB.

Untuk melindungi para penjaga perdamaian perempuan, pada saat Indonesia menjadi presiden DK PBB, Agustus 2020 lalu, Indonesia berhasil mengeluarkan resolusi DK PBB yang memberdayakan peacekeeper perempuan, sekaligus memberikan perlindungan bagi mereka.

“Indonesia juga berusaha meningkatkan jumlah peacekeeper perempuan Indonesia di misi perdamaian PBB,” ujarnya.

Baca juga: Menko PMK: Perempuan Harus Mampu Manfaatkan e-Commerce 

Selama pandemi covid-19, perempuan juga menjadi bagian dari solusi penanganan krisis kesehatan maupun krisis ekonomi.

Retno mengungkapkan bahwa sata menunjukan 71 persen tenaga kesehatan adalah perempuan, 64 persen UMKM di Indonesia dimiliki atau dikelola oleh perempuan dan 60 persen pemilik UMKM Indonesia yang membuat hand sanitizer, masker dan alat kesehatan lainnya.

Bahkan ketiga pemimpin distribusi vaksin dunia (COVAX AMC-EG) adalah perempuan, yang salah satunya dari Indonesia, yakni Retno Marsudi sendiri.

“Perempuan dapat selalu menjadi bagian dari solusi, termasuk di masa pandemi covid-19,” ujarnya.