15 Tokoh Agama di Papua Sampaikan Pesan Damai untuk Redakan Konflik, Ini Harapan Mereka
saat ini sedikitnya ada 15 tokoh agama di Papua yang terus menyampaikan pesan kedamaian ditengah masyarakat.
Penulis: Reza Deni
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Persekutuan Gereja Jayapura (PGJJ) di Kabupaten Jayapura, Pendeta Joop Suebu mengajak pemuka dan tokoh agama yang ada di Papua untuk menyampaikan pesan damai.
Menurutnya, saat ini sedikitnya ada 15 tokoh agama di Papua yang terus menyampaikan pesan kedamaian ditengah masyarakat.
"Belasan tokoh agama Papua tersebut berharap, apa yang terjadi di daerah konflik khususnya di Papua dapat diselesaikan dengan rasa persaudaraan dan kekeluargaan," kata Joop Suebu dalam keterangan yang diterima Tribunnews, Senin (26/4/2021).
Adapun, lima belas tokoh agama tersebut yakni Pdt Dr Lenin Kogoya, Pdt Hiskia Rollo GKI-TP, Pdt Naftali Modouw GKII, Pastor Paulus Tumayang Keuskupan Jayapura, Pdt Joop Suebu Persekutuan Gereja-gereja Jayapura (PGGJ), Pdt Otniel Marini GPDP, Pastor Konstan Bahang Keuskupan Jayapura, Pastor Jhon Djonga Keuskupan Jayapura.
Selain itu, ada juga Pdt Yusman Kogoya Vidi, Pdt Nathan Ayorbaba PGGP, Pdt Fransiskus Esa GGP di Papua, Pdt DR James Wambrauw Persekutuan Gereja-gereja Sekota (PGGS), Pdt Geoge Sorontou GKN Papua, Kornelius Sutriyono Persekutuan Gereja-gereja Papua (PGGP) dan Pdt Jerry Rahakbauw GPKAI.
Menurutnya, pihaknya terus menjalin komunikasi dengan aparat pemerintah seperti Kapolda Papua, Pangdam dan aparat pemerintah lainnya guna turut menciptakan rasa aman.
Dirinya sangat menyayangkan bila ada pemuka agama di Papua yang melakukan politik praktis untuk menghasut, membangun sentimen negatif kepada umat atau jemaatnya yang dapat membuat runtuhnya persatuan dan persaudaraan di masyarakat Papua.
"Memang dalam alkitab diperbolehkan untuk berpolitik. Tetapi politik yang damai, politik untuk mengangkat kesejahteraan masyarakat dan membangun Papua ke masa depan," lanjutnya.
Dirinya mengungkapkan, tidak ada politik praktis di gereja, karena gereja memang murni untuk beribadat.
"Intinya kita semua beribadah di gereja, tidak membahas hal-hal lain yang dapat menimbulkan kecemasan jemaat," ujar Joop.
"Kalau ada tokoh atau pemuka agama yang melakukan hal-hal yang bertentangan dan dilakukan di luar gereja, itu sah-sah saja, tapi mereka punya tanggung jawab sendiri-sendiri," katanya
Di kesempatan yang sama, Pendeta Jerry Rahakbauw menuturkan selama ini para tokoh dan pemuka agama menyampaikan ajaran dan kasih dengan hati seperti yang ada di alkitab.
"Harapan para tokoh dan pemuka agama di Papua adalah pembangunan yang merata di seluruh Papua. Tidak hanya infrastruktur saja, tapi pembangunan sumber daya manusia (SDM) harus dimajukan," katanya.
"Pembangunan di Papua harus didasari dengan budaya dan tradisi Papua. Bukan didasari egoisme para pemimpin daerah atau pusat," harapnya.
Baca juga: Kabinda Papua Tewas, Puan: Identifikasi Masalah dan Tenangkan Hati Masyarakat
Hal senada juga dikatakan pendeta Otniel Marini dari GPDP, bagaimana pun rakyat Papua tidak suka dengan kekerasan. Papua cinta akan kedamaian.
"Kami semua di Papua cinta akan kedamaian. Kami tidak ingin saling bermusuhan," ungkapnya.
Dia pun memberikan solusi untuk menangani kasus di Papua. Dia meminta, pemerintah Indonesia untuk lebih aktif mendengarkan aspirasi dari masyarakat Papua dari semua kalangan.
Sementara itu, pendeta George Sorontou dari GKN Papua mencontohkan, dari kasus yang pernah terjadi di Aceh, harusnya peran pemerintah dapat sama dilakukan di Papua.
"Seperti yang terjadi di Aceh beberapa tahun lalu, adanya diskusi dan dialog untuk rekonsiliasi antara pemerintah pusat dan masyarakat Papua selanjutnya dijadikan jalan untuk membuat rakyat Papua lebih mengerti ke depannya," kata pendeta George Sorontou.
"Pemerintah pusat dan daerah dapat duduk bersama-sama untuk mencari akar permasalahan utama. Karena setiap permasalahan yang dihadapi, sangat penting untuk mencari titik terang bagi masyarakat Papua, ehingga bisa mengoreksi dan memperbaiki," pungkasnya.