Basarah Sebut Hilangnya Materi P4 Jadi Faktor Radikalisme Sasar Milenial
Generasi millenial mencari-cari ideologi dan dasar negara yang dipakai di negara lain, meski belum tentu sesuai dengan Indonesia
Penulis: Chaerul Umam
Editor: Eko Sutriyanto
Artinya, rata-rata setiap bulan terjadi dua kali aksi teror dalam dua puluh tahun terakhir.
Dari jumlah tersebut beberapa pelakunya tergolong masih muda. Misalnya Nana Ikhwan Maulana (20 tahun) pelaku bom bunuh diri di hotel Ritz-Carlton tahun 2009, Dani Dwi Permana (18 tahun) pelaku bom bunuh diri di hotel JW Marriott pada 2009.
Kemudian Sultan Ajiansyah (22 tahun) penyerang pos lalu lintas cikokol-tangerang, pada 2016, Rabbial Muslim Nasution (24 tahun) pelaku bom bunuh diri di Polrestabes Medan pada 2019, Lukman (26 tahun) pelaku bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar dan Zakiah Aini (26 tahun) pelaku teror di Mabes Polri pada 2021.
Baca juga: Tokoh Agama di Papua Sebut Pembunuhan di Beoga Bertentangan dengan Injil
Basarah mengutip mantan pelaku Bom Bali, ustadz Ali Imron dalam sebuah diskusi.
Dalam diskusi itu, Ali Imron mengatakan bahwa untuk mengubah seseorang menjadi teroris cukup mudah hanya membutuhkan waktu dua jam.
Tetapi untuk mengubah teroris menjadi tidak teroris membutuhkan waktu yang sangat lama.
"Menurut Ali Imron, pelaku Bom Bali, dalam sebuah diskusi, untuk mengubah seseorang menjadi teroris sangat mudah hanya butuh waktu dua jam. Sementara untuk mengeluarkannya dari kelompok radikalisme itu butuh waktu yang sangat lama. Inilah salah satu alasan mengapa banyak generasi millenial terpapar radikalisme,” pungkas Basarah.