Anis Matta Ungkap Perbedaan Partai Gelora dengan PKS
Partai Gelora mengusung platform arah baru sejarah Indonesia sebagai salah satu pemain utama kekuatan global.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Partai Gelora memiliki perbedaan platform yang fundamental tentang Indonesia Masa Depan dibandingkan dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia, Anis Matta menegaskan hal itu kepada wartawan dalam keterangan tertulisnya yang diterima Tribunnews.com, Jumat (7/5/2021).
Perbedaan itu kata mantan Presiden PKS, antara lain, adalah Partai Gelora mengusung platform arah baru sejarah Indonesia sebagai salah satu pemain utama kekuatan global.
Yakni, menjadikan Indonesia kekuatan kelima dunia setelah Amerika Serikat (AS), Uni Eropa (UE), Rusia dan China.
Untuk mewujudkan hal itu, Partai Gelora mengajak semua komponen bangsa untuk berkolaborasi.
Menurut Anis, Pancasila sebagai platform dasar berbangsa dan bernegara memiliki nilai inti kolaborasi. Maka kemajuan Indonesia hanya bisa terwujud jika semangat kolaborasi ini kita kedepankan.
Baca juga: Partai Gelora Rekrut 1 Juta Kader pada Oktober 2021
Seiring semangat kolaborasi, mantan Wakil Ketua DPR ini juga menyerukan untuk mengakhiri pembelahan yang terjadi di masyarakat, antara Islamis dan Nasionalis, antara kelompok tengah, kanan dan kiri.
"Waktu saya memutuskan untuk mendirikan partai baru ini, saya melakukannya dengan satu keyakinan bahwa jika saya ingin mengisi sisa hidup dalam pengabdian, maka saya harus bisa memberikan kontribusi yang besar dan menjadi bagian dari proses penentuan arah sejarah baru Indonesia. Arah baru itulah yang menjadi ide atau narasi utama Partai Gelora," kata Anis Matta.
"Saya sadar ini tidak lazim dalam perpolitikan Indonesia, terlalu rumit narasi yang kita sampaikan. Tetapi di lapangan kita menemukan fakta lain, masyarakat kita ternyata menerima sehingga banyak bergabung. Narasi kami mewakili mimpi orang-orang di bawah," katanya.
Anis Matta perlu menjelaskan secara detail ke publik mengenai perbedaan antara Partai Gelora dengan PKS.
Ia mengaku kerap mendapatkan pertanyaan dari masyarakat, termasuk dari para wartawan.
Menurut Anis Matta, dasar pendirian Partai Gelora adalah perbedaan pemikiran mengenai platform narasi arah baru sejarah Indonesia.
Dimana Indonesia selama ini selalu menjadi 'residu' bagian permainan kekuatan politik global baik pada masa penjajahan, kemerdekaan, orde lama, orde baru dan reformasi
"Kalau kita tidak mengambil posisi sebagai kekuatan utama global, maka semua progran kita tidak akan berjalan. Terbukti kita gagap menghadapi pandemi Covid-19. Dan dunia terlalu terintegrasi, contohnya soal vaksin. Kita ini jadi korban virus dan konsumen vaksin, itu menyakitkan. Hal ini menggambarkan betapa rapuhnya kita, jika tidak menjadi arus utama kekuatan global dunia," ujarnya.
Anis Matta kemudian mengungkapkan, pemikiran mengenai arah sejarah baru Indonesia ini tidak bisa diterima di PKS, sehingga yang mengemuka ke publik terjadi konflik internal, padahal tidak demikian.
Setelah beberapa tahun melakukan perdebatan internal antara dirinya Fahri Hamzah, Mahfuz Sidik dan beberapa kader lainnya, maka diputuskan mendirikan Partai Gelora dengan platform dan narasi baru.
"Yang kita lakukan di Partai Gelora saat ini menumbuhkan kesadaran arah sejarah baru Indonesia, bukan sekadar jargon kampanye selama 5 tahunan," katanya.
Baca juga: PKS Minta Pemerintah Setop Eksperimen Peleburan Lembaga Riset
Ketua Umum Partai Gelora ini menambahkan, untuk menentukan arah baru sejarah Indonesia sebagai kekuatan kelima global, diperlukan kolaborasi berbagai pihak dan menjadikan pandemi Covid-19 sebagai momentum untuk bersama-sama keluar dari krisis.
"Kita ingin keluar dari konfik, datang dan hadir membawa arah sejarah baru. Pembelahan antara Islam dan Nasionalis, tengah, kanan dan kiri tidak ada manfaatnya. Yang mendapatkan manfaat itu, orang-orang tidak mempunyai cita-cita-cita besar," katanya.
Karena itu, Anis Matta berharap semua pihak bisa memandang semua kelompok di masyarakat sebagai saudara dalam satu keluarga, yang diibaratkan memiliki kamar masing-masing, tapi memiliki satu ruang keluarga bersama dan bisa makan bersama dalam satu meja.
"Jangan sampai di meja makan itu, yang tengah, kanan dan kiri ada yang tidak hadir. Di meja itu makan, harus ada semua, dan apa yang ada itu, yang kita makan bersama. Semangat menemukan arah sejarah baru dengan nilai kolobarasi itu, yang memungkinkan kita sebagai bangsa untuk melakukan pencapaian besar," kata Anis Matta.