Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Menteri Agama: Idul Fitri dan Kenaikan Isa Almasih Bisa Diperingati Bersamaan 200 Tahun Sekali

Dia sekaligus mengucapkan selamat memperingati hari Kenaikan Yesus Kristus kepada seluruh umat Kristiani di Indonesia. 

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Menteri Agama: Idul Fitri dan Kenaikan Isa Almasih Bisa Diperingati Bersamaan 200 Tahun Sekali
Kemenag.go.id
Menag Yaqut Cholil Qoumas. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas atau Gus Yaqut mengatakan, perayaan keagamaan yang penting telah dialami dan dirasakan bangsa Indonesia pada 13 Mei 2021 lalu.

Pada tanggal tersebut, umat Islam merayakan Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran 1442 Hijriah. 

Di saat bersamaan, umat Kristiani merayakan hari Kenaikan Yesus Kristus atau Isa Almasih.

Menurut Gus Yaqut, perayaan keagamaan oleh dua umat beragama ini merupakan momen langka karena hanya terjadi 200 tahun sekali.

"Kedua perayaan dan peringatan ini sebuah peristiwa yang langka. Menurut ahli astronomi, hanya bisa terjadi 200 tahun sekali," ujar Gus Yaqut dalam Halal Bihalal Digital Lintas Agama, Selasa (18/5/2021).

Baca juga: Idul Fitri dan Kenaikan Isa Almasih Dirayakan Bersaaman, Aming: Bikin Adem

Perayaan Lebaran dan Kenaikan Isa Al-Masih yang berlangsung bersamaan diharapkan menjadi momentum untuk mempererat toleransi antar umat beragama di Indonesia. 

Sebab membangun bangsa membutuhkan solidaritas antar umat beragama di Indonesia.

Berita Rekomendasi

"Membangun bangsa ini urusan bersama, bukan urusan satu agama, bukan urusan satu golongan. Maka kita harus saling berbaur, bersatu untuk bisa melakukan tugas-tugas kemanusiaan," tutur Gus Yaqut.

Selain itu, Gus Yaqut turut mengucapkan selamat Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran 1442 H kepada umat Islam di Indonesia. 

Dia sekaligus mengucapkan selamat memperingati hari Kenaikan Yesus Kristus kepada seluruh umat Kristiani di Indonesia. 

"Saya mengucapkan selamat Idul Fitri 1442 Hijriah kepada hadirin, umat muslim dan seluruh umat Islam di tanah air. Minal aidzin wal faizin, mohon maaf lahir dan batin," kata dia.

"Untuk saudara-saudara umat Kristiani yang sudah memperingati hari Kenaikan Yesus Kristus dengan tetap mematuhi protokol kesehatan dengan disiplin, 5 M, memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas," kata Gus Yaqut.

Toleransi Umat Beragama Warga Kampung Sawah

Toleransi antar umat beragama begitu kental menyelimuti Kampung Sawah yang berada di Bekasi, Jawa Barat.

Di tempat yang dikenal sebagai kampung Betawi ini, lokasi rumah ibadah besar saling berdekatan. 

Seperti Gereja Katolik St. Servatius dan Masjid Agung Al Jauhar Yasfi di Kampung Sawah yang berdiri bersebrangan dan hanya berjarak puluhan meter.

Masjid Agung Al Jauhar Yasfi yang berada di Kampung Sawah menggelar salat Idul Fitri 1442 Hijriah, pada Kamis (13/5). 

Bertepatan dengan itu, Gereja Katolik St. Servatius Kampung Sawah juga menggelar perayaan Ekaristi Kudus memperingati kenaikan Isa Al-Masih. 

Perayaan Idul Fitri 1442 Hijrah oleh umat Islam dan ibadah Kenaikan Isa Al-Masih oleh umat Katolik berlangsung aman dan lancar, tanpa halangan. 

Bahkan jemaah dan jemaat dari kedua agama tersebut saling bersalaman dan memaafkan usai Salat Ied.

"Tidak ada halangan. Bahkan jamaah-jemaat yang bubaran merayakan ibadah 2 agama ini saling bersalaman, saling maaf memaafkan," kata Ustaz Sholahudin Malik, Pengurus Masjid Agung Al Jauhar Yasfi kepada Tribun Network.

Selain itu kegembiraan juga terlihat dirasakan oleh kedua umat yang merayakan Idul Fitri dan Kenaikan Isa Al-Masih di Kampung Sawah.

"Kegembiraan dua umat sudah pasti dirasakan, terutama bagi muslim. Lebaran adalah bulan kemenangan melawan hawa nafsu," ujar Ustaz Sholahudin.

Ustaz Sholahudin menjelaskan, salah satu kunci merawat toleransi antar umat beragama di Kampung Sawah yakni bulan suci Ramadan. 

Konsep berpuasa yang mengharuskan umat Islam untuk menahan nafsu ikut memuluskan upaya-upaya para tokoh dalam merawat keharmonisan dan toleransi di Kampung Sawah. 

Ustaz Sholahudin berpendapat, toleransi juga bisa terbentuk asal setiap umat beragama mampu melawan hawa nafsu.

"Orang yang mampu berdamai dengan dirinya, artinya selesai dengan dirinya sendiri, akan mudah menghargai orang lain. Biasanya orang tidak menghargai karena faktor ego dan nafsu," jelas Ustaz Sholahudin.

Toleransi antar umat beragama merupakan warisan para leluhur warga Kampung Sawah. 

Para leluhur, kata Ustaz Sholahudin, sudah membamgun pondasi kerukunan dengan sangat baik, hingga akhirnya berjalan secara alamiah.

Ustaz Sholahudin menceritakan, dulu agama di Kampung Sawah hanya sebatas kebutuhan administrasi. 

Sehingga, dalam proses pergaulan banyak yang saling jatuh cinta meski berbeda agama. 

"Kemudian mereka menikah diawali masuk ke agama lawan jenis, bisa ke islam atau sebaliknya ke kristen. Ini yang disebut kawin-mawin. Dari sini persaudaraan terbentuk. Apalagi pertemanan, persahabatan dan konsep bertetangga yang baik, itu sudah terjalin lama," tutur Ustaz Solahudin.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas