Menyoroti Aspek Keselamatan di Area Wisata Waduk Kedung Ombo
Kejadian di Waduk Kedung Ombo perlu digarisbawahi masalah tidak adanya pelampung bagi penumpang perahu
Penulis: Facundo Chrysnha Pradipha
Editor: Citra Agusta Putri Anastasia
TRIBUNNEWS.COM - Pakar transportasi, Djoko Setijowarno, angkat bicara mengenai aspek keselamatan khususnya mengenai operasional perahu di area wisata Waduk Kedung Ombo.
Tidak adanya fasilitas baju penolong (life jacket) atau rompi pelampung untuk penumpang korban perahu terbalik menurutnya perlu digarisbawahi.
Sebab, selain itu, Djoko juga mengatakan bahwa warga setempat masih menganggap alat pelampung bukan hal penting.
Hal itu dikarenakan masih minimnya pemahaman keselamatan dalam operasional transportasi seperti perahu di area wisata waduk.
Baca juga: POPULER Nasional: Total Anggota KKB Tewas | Sosok Terawan Calon Dubes Spanyol
"Saya melihat life jacket tidak tersedia (dalam kejadian di WKO), bagi warga bukan hal penting karena belum paham dari segi keselamatan," jelasnya Kamis (20/5/2021).
Bagi Djoko, warga merasa aman-aman saja selama ini tak mengenakan pelampung saat melakukan mata pencaharian sebagai petambak keramba dan usaha warung apung dan menjalankan perahu.
"Tidak pernah ada warga setempat yang tenggelam," jelasnya.
Baca juga: 3 Saran Pakar Transportasi Agar Kecelakaan Air seperti di Waduk Kedung Ombo Tak Terulang
Djoko menjelaskan, akan lebih baik jika operasional perahu telah memenuhi aspek keselamatan, termasuk mewajibkan penumpang mengenakan pelampung.
Akademisi Unika Soegijapranata ini juga memberi saran untuk memudahkan kampanye keselamatan warga, dalam hal ini di WKO, mulai dari kelengkapan dokumen yakni surat ukur, pas sungai dan danau, sertifikat garis muat kapal, dokumen pengawakan kapal, hingga surat ijin berlayar.
"Juga yang berkait dengan keberadaan operasi perahu dapat segera diselesaikan. Dokumen tersebut sangat dinanti masyarakat WKO untuk operasional keseharian menggunakan perahu," ucapnya.
Djoko menambahkan, Kementerian Perhubungan dapat membantu adanya layanan bus perintis rute Desa Wonoharjo-Boyolali.
Pasalnya, menurut pengamatannya, warga WKO kesulitan akses ke Boyolali untuk mengurus administrasi seperti yang disebutnya di atas.
"Tidak ada layanan angkutan umum pedesaan, maka Kemenhub bisa bantu adakan layanan bus perintis desa ke pusat pemerintahan," harap dia.
Kronologi Kejadian
Sebuah perahu terbalik di tempat wisata Waduk Kedung Ombo, Dukuh Bulu, Desa Wonoharjo, Kecamatan Kemusu, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah pada Sabtu (15/5/2021).
Diduga, perahu tersebut kelebihan muatan sehingga keseimbangannya goyah dan terbalik.
Insiden perahu terbalik di Waduk Kedung Ombo ini telah dibenarkan Humas Basarnas Jawa Tengah, Zulhawary.
"Kita masih terus memantau dari anggota," ujarnya, Sabtu, dilansir Tribun Solo.
Insiden tersebut bermula saat para wisatawan menaiki perahu pada Sabtu pukul 12.30 WIB.
Seluruh Korban Diidentifikasi
Seluruh korban yang hilang dari insiden terbaliknya kapal di Waduk Kedung Ombo telah dievakuasi.
Hal itu diungkapkan Kepala Kantor SAR Semarang, Nur Yahya, yang berada di lokasi.
Jasad terakhir yang ditemukan adalah anak bernama Niken Safitri (8), pada Senin (17/5/2021) pagi.
"Alhamdulillah sudah (ditemukan)," ungkap Yahya saat dihubungi Tribunnews melalui pesan singkat, Senin.
Yahya menyebut, jasad Niken dievakuasi pukul 05.10 WIB, dengan kondisi mengambang di permukaan.
"Masih di sekitar lokasi kejadian, kurang lebih 15 meter," ungkapnya.
Dengan ditemukannya seluruh korban, Yahya menyebut tugas Tim SAR Gabungan sudah selesai.
"Ada apel pembubaran Tim SAR Gabungan," ujar Yahya.
Tim SAR Gabungan dari aparat hingga relawan berjumlah sekira 700 orang.
Diketahui, tragedi tersebut bermula saat kapal hendak menuju warung makan apung dari daratan, Sabtu (15/5/2021).
Kapal tersebut ditumpangi 20 orang, termasuk pengemudi kapal.
Namun, belum jauh dari daratan, kapal tersebut mengalami oleng hingga terbalik.
(Tribunnews.com/ Chrysnha, Gilang Putranto)((Tribun Solo/Agil Tri/Mardon Widiyanto)