Sejarah 2004 Disebut Bisa Terulang jika PDIP Usung Puan Jadi Capres Dibanding Ganjar Pranowo
PDIP dinilai cenderung mengusung Puan Maharani jadi capres dibanding Ganjar Pranowo. Pengamat pun memperingatkan sejarah di tahun 2004 bisa terulang.
Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Gigih
Hal tersebut, kata Adib, seolah mengingatkan pada momen munculnya Joko Widodo (Jokowi) di tahun 2014.
Baca juga: Komentar Mardani Ali Sera soal Ganjar Pranowo yang Tak Diundang di Acara PDIP: Sing Sabar Mas
Baca juga: Menggeser Puan, Apa Strategi Ganjar Pranowo?
"Survei yang merangkak naik dan Jokowi dipilih jadi capres dan menang."
"Posisi Ganjar sekarang saya kira mirip dengan itu, mirip dengan Jokowi, sederhana, merakyat dan egaliter," tandasnya.
Sindiran Puan soal Pemimpin
Ketua DPP PDIP, Puan Maharani, melontarkan sindiran di tengah hubungan partai dan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, yang tak harmonis.
Sindiran soal pemimpin itu diungkapkan Puan saat memberikan arahan pada kader PDIP di Semarang, Jawa Tengah pada Sabtu (22/5/2021).
Dilansir Tribunnews, Puan mengatakan seharusnya sosok pemimpin tak hanya eksis di sosial media, melainkan di lapangan.
"Pemimpin itu menurut saya, ke depan ini adalah pemimpin yang memang ada di lapangan, bukan ada di sosmed."
"Pemimpin yang memang dilihat sama temen-temennya, sama orang-orangnya yang mendukungnya ada di lapangan," ujar Puan Maharani, Minggu.
Meski begitu, Puan tak menampik jika sosmed memang diperlukan bagi seorang pemimpin saat ini.
Namun, ia menekankan, kerja nyata di lapangan adalah hal paling penting bagi pemimpin.
Baca juga: Tak Diundang ke Acara Puan, Ganjar Gowes di JLNT Kampung Melayu dan Temui Megawati
Baca juga: Elektabilitas Ganjar Naik Membayangi Anies dan Prabowo Versi Lembaga Survei, Puan Melempem
"Sosmed memang diperlukan, namun dalam berjuang jangan hanya berhenti di sosmed saja."
"Sosmed diperlukan, media perlu, tapi bukan itu saja. Harus nyata kerja di lapangan," tegasnya.
Meski tak jelas apakah sindiran tersebut ditujukan untuk Ganjar Pranowo atau bukan, pakar politik, M Qodari, mengatakan hal itu justru berdampak pada Gubernur Jawa Tengah ini.