Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Profil Soeharto, Presiden Kedua RI yang Dianugerahi sebagai Bapak Pembangunan Nasional

Berikut ini profil Presiden Kedua Republik Indonesia, Jenderal Besar H.M. Soeharto yang dianugerahi Bapak Pembangunan Nasional.

Penulis: Suci Bangun Dwi Setyaningsih
Editor: Gigih
zoom-in Profil Soeharto, Presiden Kedua RI yang Dianugerahi sebagai Bapak Pembangunan Nasional
Kolase/Sripo (Tribun)
Presiden Kedua RI Soeharto. Dalam artikel mengulas tentang profil Presiden Kedua Republik Indonesia, Jenderal Besar H.M. Soeharto yang dianugerahi Bapak Pembangunan Nasional 

TRIBUNNEWS.COM - Hari ini, bertepatan dengan hari lahirnya Presiden Kedua Republik Indonesia, Seoharto.

Soeharto lahir di Kemusuk, Yogyakarta, tanggal 8 Juni 1921.

Artinya, tepat 100 tahun lahirnya Presiden RI kedua pada Selasa (8/6/2021).

Jenderal Besar H.M. Soeharto menjabat sebagai Presiden Indonesia selama kurang lebih 31 tahun sejak 1967 sampai 1998.

Ia menggantikan Presiden RI Pertama, yakni Ir. Soekarno.

Baca juga: 100 Tahun Lahirnya Soeharto, Ratusan Masyarakat Akan Panjatkan Doa Sore ini di Masjid At-Tin

Diberitakan Tribunnews.com, dalam rangka memperingati 100 tahun kelahiran Soeharto, berbagai kalangan masyarakat akan berkumpul di Masjid At-Tin Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur, sore ini, Selasa (8/6/2021).

Media Relation Panitia Seabad Soeharto, Aron mengatakan, nantinya para masyarakat yang hadir akan membacakan Yasin, tahlil dan tahmid.

Presiden Soeharto pada saat mengumumkan pengunduran dirinya di Istana Merdeka, Jakarta, pada tanggal 21 Mei 1998.
Presiden Soeharto pada saat mengumumkan pengunduran dirinya di Istana Merdeka, Jakarta, pada tanggal 21 Mei 1998. Dalam artikel mengulas tentang profil Presiden Kedua Republik Indonesia, Jenderal Besar H.M. Soeharto yang dianugerahi Bapak Pembangunan Nasional(KOMPAS.com)
Berita Rekomendasi

Berdasarkan informasi yang diterima Tribunnews.com, rencananya acara itu akan digelar pada pukul 15.30 WIB atau ba'da Ashar.

"Memanjatkan doa bersama untuk almarhum Pak Soeharto, serta membacakan Yasin, tahmid dan tahlil, pukul 15.30 WIB hinga selesai," kata Aron saat dikonfirmasi, Selasa (8/6/2021).

Lebih lanjut, pihak Panitia Seabad Soeharto menjamin kegiatan doa bersama yang diselenggarakan secara offline ini akan menerapkan protokol kesehatan secara ketat.

Selain itu, acara juga akan disiarkan secara langsung melalui layanan streaming online di ratusan masjid di Indonesia.

Aron menambahkan, dalam agenda doa bersama nantinya di Masjid At-Tin, Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto dijadwalkan akan hadir.

"Prabowo Subianto akan hadir," ungkapnya.

Meski demikian, dirinya belum dapat memastikan betul terkait kehadiran dari Ketua Umum Partai Gerindra itu.

Baca juga: Kepala Intel Jenderal Purn Yoga Sugomo Nekat Sarankan Presiden Soeharto Lengser

Profil Soeharto

Dikutip dari Perpustakaan Nasional RI, Soeharto lahir di Kemusuk, Yogyakarta pada 8 Juni 1921.

Soeharto merupakan putra dari Kertosudiro, seorang petani yang juga sebagai pembantu lurah dalam pengairan sawah desa.

Kemudian, ibunya bernama Sukirah.

Pendidikan Soeharto

Soeharto mulai masuk sekolah ketika berusia delapan tahun.

Ia sering pindah-pindah sekolah.

Awalnya, Soeharto disekolahkan di Sekolah Desa (SD) Puluhan, Godean.

Kemudian, dipindahkan ke SD Pedes karena sang ibu dan suaminya, Pramono pindah rumah, ke Kemusuk Kidul.

Pada tahun 1942, Soeharto berhasil menjadi prajurit teladan di Sekolah Bintara, Gombong, Jawa Tengah.

Hingga akhirnya, resmi menjadi anggota TNI pada tanggal 5 Oktober 1945.

Kehidupan Rumah Tangga

Pada tahun 1947, Soeharto menikah dengan Siti Hartinah.

Siti Hartinah merupakan seorang anak pegawai Mangkunegaran.

Pernikahan Letkol Soeharto dan Siti Hartinah dilaksanakan tanggal 26 Desember 1947 di Solo.

Saat itu, usia Soeharto 26 tahun dan Hartinah 24 tahun.

Setelah menikah, mereka dikaruniai enam putra dan putri.

Anak Soeharto:

- Siti Hardiyanti Hastuti

- Sigit Harjojudanto

- Bambang Trihatmodjo

- Siti Hediati Herijadi

- Hutomo Mandala Putra

- Siti Hutami Endang Adiningsih.

Perjalanan Karier

Soeharto telah mengalami perjalanan panjang dalam karier militer dan politiknya.

Di kemiliteran, Pak Harto memulai kariernya dari pangkat sersan tentara KNIL.

Kemudian, komandan PETA, komandan resimen dengan pangkat Mayor dan komandan batalyon berpangkat Letnan Kolonel.

Pada tahun 1949, Soeharto berhasil memimpin pasukannya merebut kembali kota Yogyakarta dari tangan penjajah Belanda.

Soeharto juga pernah menjadi Pengawal Panglima Besar Sudirman.

Selain itu, pernah menjadi Panglima Mandala (pembebasan Irian Barat).

Hingga pada tanggal 1 Oktober 1965, Soeharto mengambil alih pimpinan Angkatan Darat saat meletusnya G-30-S/PKI.

Selain dikukuhkan sebagai Panglima Angkatan Darat(Pangad), Jenderal Soeharto ditunjuk sebagai Pangkopkamtib oleh Presiden Soekarno.

Kemudian, bulan Maret 1966, Jenderal Soeharto menerima Surat Perintah 11 Maret dari Presiden Soekarno.

Ia bertugas mengembalikan keamanan dan ketertiban serta mengamankan ajaran-ajaran Pemimpin Besar Revolusi Bung Karno.

Situasi politik yang memburuk setelah meletusnya G-30-S/PKI, maka pada saat Sidang Istimewa MPRS, Maret 1967, Soeharto ditunjuk sebagai Pejabat Presiden.

Ia dikukuhkan sebagai Presiden RI Kedua, Maret 1968.

Semasa kepemimpinannya, Soeharto dianugerahi penghormatan sebagai Bapak Pembangunan Nasional oleh MPR.

Penganugerahan Soeharto sebagai Bapak Pembangunan Nasional

Dikutip dari museumsoeharto.com, satu tahun setelah ditetapkan oleh MPRS sebagai Presiden Republik Indonesia, Soeharto mulai 1 April 1969 mencanangkan Progam Rencana Pembangunan Lima Tahun yang disingkat dengan REPELITA.

Selanjutnya, dalam rangka melaksanakan pembangunan Presiden Soeharto mengajukan konsep yang disebut TRILOGI Pembangunan yaitu, Stabilitas Nasional yang mantab, Pertumbuhan Ekonomi yang tinggi, dan Pemerataan Pembangunan.

Dalam PELITA I, pembangunan pertanian mendapat prioritas.

Hasil pembangunan pertanian pun mulai dirasakan pada PELITA II dan mencapai puncaknya pada PELITA III.

Di mana pada tahun 1984, Indonesia mencapai swasembada pangan.

Berkat keberhasilan pembanguan ini, maka pada tahun 1983 oleh Majelis Permusyawataran Rakyat (MPR) menetapkan Presiden Soeharto sebagai Bapak Pembanguan.

(Tribunnews.com/Suci Bangun DS/Rizki Sandi Saputra)

Simak berita lain terkait Presiden Kedua RI Soeharto

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas