Survei Median: 39,6 Persen Masyarakat Anggap Covid-19 Biasa Saja
Hasil jajak pendapat Media Survei Nasional (Median) menunjukkan, 39,6 persen responden masih menganggap covid-19 biasa-biasa saja.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pandemi covid-19 nyaris dua tahun melanda Indonesia, namun masih ada masyarakat yang menganggap biasa-biasa saja virus Sars Cov-2 tersebut.
Hasil jajak pendapat Media Survei Nasional (Median) menunjukkan, 39,6 persen responden masih menganggap covid-19 biasa-biasa saja.
Hal itu diperoleh saat responden ditanyai soal seberapa takut mereka terpapar Covid-19.
"Angka ini menurut saya agak membahayakan, artinya orang yang mengatakan bahwa Covid biasa-biasa saja, itu akhir Juni lalu itu angkanya kurang lebih 39,6 persen," kata Direktur Eksekutif Median, Rico Marbun dalam rilis survei, Rabu (7/7/2021).
Rico menuturkan, selain 39,6 persen responden yang menyatakan biasa-biasa saja, ada 5,6 persen repsonden yang tidak takut terpapar Covid-19 dan 3 persen responden yang sangat tidak takut.
Sementara, 51,8 persen responden menyatakan takut terpapar Covid-19, terdiri dari 17,9 persen responden sangat takut dan 33,9 persen responden yang takut.
Baca juga: Bukan Hanya karena Covid-19, Ketahui Beberapa Sebab Penurunan Kadar Oksigen Dalam Darah
"Jadi ini hampir berimbang antara yang menyatakan takut dan kurang lebih biasa-biasa saja atau tidak takut," kata Rico.
Menurut Rico, temuan survei tersebut menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah untuk semakin gencar menyosialisasikan bahaya Covid-19.
Baca juga: 5 Hari Belum Pulang, Petugas Kamar Mayat RSBP Sekupang Batam Sibuk Bungkus Jenazah Pasien Covid-19
"Tentunya nanti perlu sosialisasi yang masif dari kita semua begitu ya agar masyarakat ini tetap waspada terhadap Covid-19," kata dia.
Survei ini dilakukan Median melalui kuesioner berbasis Google Form yang disebarkan melalui media sosial Facebook dengan target pengguna aktif berusia 17 tahun hingga di atas 60 tahun.
Ada 1.089 responden yang tersebar di 32 provinsi yang terjaring dalam survei yang berlangsung pada 21-26 Juni 2021.
"Dikarenakan sampel adalah pengguna media sosial maka survei ini tidak dimaksudkan untuk memberi gambaran persepsi populasi secara keseluruhan," ujar Rico.
Sementara itu, hampir separuh responden menyatakan situasi pandemi Covid-19 pada tahun ini lebih parah dibandingkan sebelumnya.
"Jadi 49,7 persen netizen itu menyatakan bahwa situasi Covid-19 itu makin parah sekarang ini dibandingkan dengan setahun yang lalu," kata Rico.
Sebanyak 29,3 persen responden menyatakan situasi pandemi tahun ini sama saja dibandingkan tahun lalu, 14,2 persen responden menyatakan lebih baik, dan 6,8 persen responden tidak tahu atau tidak menjawab.
Menurut Rico, temuan survei tersebut selaras dengen kondisi faktual di mana jumlah kasus positif Covid-19 dan kematian akibat Covid-19 terus meningkat.
"Kalau kita lihat hari ini begitu ya, betapa banyak tragedi yang kita dengar, memang orang itu mengatakan hampir 50 persen menyatakan situasi Covid-19 sekarang ini lebih parah dibandingkan dengan tahun lalu," kata dia.
Baca juga: Kurangi Risiko Kematian Pasien Covid-19, WHO Rekomendasikan Obat Radang Sendi
Rico menduga, jumlah responden yang menilai situasi pandemi lebih buruk akan bertambah apabila survei dilakukan pada awal Juli 2021.
Survei Median juga menemukan tingkat kepuasan publik atas kinerja pemerintah dalam menangani pandemi Covid-19 masih berada di bawah 50 persen.
Rico membeberkan, hanya ada 35,3 persen responden yang puas atas kinerja pemerintah pusat dalam menangani Covid-19, sedangkan yang tidak puas sebanyak 30,6 persen dan biasa saja 34,2 persen.
Untuk pemerintah provinsi terdapat 37,8 persen responden puas; 25,4 persen responden tidak puas; dan 36,7 persen responden biasa saja.
Lalu, di pemerintah kabupaten/kota ada 36,5 persen responden menyatakan puas; 24,5 persen responden tidak puas dan 38,9 persen responden biasa saja.
"Kalau kita lihat rentang angkanya masih di bawah 50 persen, maka ini rentangnya antaara 30-40 persen, ini artinya eksekutif kita baik di tingkat kota/kabupaten maupun di tingkat provinsi atau bahkan di tingkat pusat itu perlu memperbaiki kinerjanya," ujar Rico.
Vaksin Lansia
Rico mengatakan, ada 57,7 persen responden yang ingin mendapatkan vaksin Covid-19, sebanyak 22,6 persen tidak ingin divaksinasi dan 19,7 persen tidak tahu dengan vaksinasi.
Dari segi usia, responden dengan usia di atas 60 tahun paling tinggi tidak ingin divaksin yaitu sebesar 37,5 persen.
"Ini tentunya perlu perhatian kita semua untuk menjaga orang tua kita, kakek, nenek kita mereka-mereka yang berusia lanjut," kata Rico.
Rico menuturkan, para responden yang ingin mendapatkan vaksin Covid-19 adalah mereka yang mendapatkan informasi yang benar dan tepat.
Dalam survei tersebut, tercatat 12,2 persen responden ingin mendapatkan vaksin Covid-19 dengan alasan agar tidak terpapar virus Corona, sebanyak 9,6 persen ingin divaksinasi karena menambah kekebalan antibodi dan 8,5 persen untuk menjaga imunitas tubuh.
Sedangkan, mereka yang tidak ingin divaksinasi cenderung mendapatkan informasi yang salah terkait manfaat vaksinasi.
Rico mengatakan, sebanyak 5,8 persen responden tak ingin divaksinasi dengan alasan tidak akan terpapar virus corona, sebanyak 2,7 persen merasa takut dengan efek samping vaksin dan 1,7 persen menilai vaksin tidak menjamin bebas Covid-19.
"Kemudian, ada lagi yang menyatakan ada kasus yang meninggal 0,6 persen, dan seterusnya, jadi informasi negatif tentang vaksin terutama dari sisi kesehatan masih sangat kuat di benak netizen," ucapnya.(Tribun Network/kps/wly)