Lucius Karus Sebut Ketua MPR RI yang Paling Ngotot Perjuangkan Amendemen UUD 1945
Lucius Karus menilai Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) sebagai pihak yang paling 'ngotot' memperjuangkan amendemen terbatas UUD 1945.
Penulis: Chaerul Umam
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Peneliti Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) Lucius Karus menilai Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) sebagai pihak yang paling 'ngotot' memperjuangkan amendemen terbatas UUD 1945.
Sebab, menurutnya sikap Bamsoet tersebut berbeda dengan asal partainya yakni Partai Golkar.
Hal itu disampaikannya dalam diskusi virtual bertajuk 'Siapa Butuh Amandemen', Minggu (22/8/2021).
"Sudah jelas bahwa yang sampai sekarang itu paling ngotot memperjuangkan amandemen ini kelihatannya memang Ketua MPR," kata Lucius.
"Tapi juga menjadi aneh ketika kemudian perjuangan dari Ketua MPR ini belakangan justru tidak selaras dari sikap Partai Golkar yang menjadi partai asal Ketua MPR," imbuhnya.
Baca juga: Mantan Ketua MK Pertanyakan Urgensi Amandemen Terbatas UUD 1945 di Tengah Pandemi
Di sisi lain, Lucius juga menyoroti sikap fraksi-fraksi partai politik yang ada di DPR maupun MPR terkait amendemen terbatas UUD 1945.
Menurutnya sulit begitu saja memberikan kepercayaan kepada partai politik yang telah menyatakan tak setuju mengubah UUD 1945.
Apalagi, wacana amendemen ini telah memunculkan isu lain, misalnya penambahan masa jabat presiden dan memperpanjang masa bakti presiden hingga 2027.
"Perubahan sikap ini saya kira bukan hal baru di DPR atau di MPR. Saya kira apa yang sering terjadi di DPR itu juga akan menjadi pemandangan yang mungkin akan kita saksikan dalam proses pembuatan kesepakatan untuk amendemen ini," ucapnya.
Baca juga: Di Tengah Wacana Amandemen, MPR Menggelar Peringatan Hari Konstitusi Secara Sederhana
"Hingga saya kira fraksi-fraksi yang menyatakan sikapnya menolak rencana amendemen ini, itupun sulit kita pegang. Saat ini fakta bahwa sejak awal rencana amendemen ini sikap fraksi-farksi berubah sehingga membuat kita sulit percaya dengan mudah sikap yang ditunjukkan oleh fraksi-fraksi," ujarnya.