Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Terjerat Kasus Ujaran Kebencian, Ini Pasal yang Disangkakan ke Ustaz Yahya Waloni

Berikut pasal-pasal yang disangkakan kepada Ustaz Yahya Waloni karena terjerat kasus ujaran kebencian berdasarkan SARA.

Penulis: Shella Latifa A
Editor: Miftah
zoom-in Terjerat Kasus Ujaran Kebencian, Ini Pasal yang Disangkakan ke Ustaz Yahya Waloni
kolase tribunnews/Instagram @ceramah_ustadz_yahya_waloni
Ustaz Yahya Waloni 

TRIBUNNEWS.COM - Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri menangkap pendakwah Ustaz Yahya Waloni atas kasus ujaran kebencian berdasarkan SARA.

Penangkapan dilakukan hari Kamis (26/8/2021) pukul 17.00 WIB, di Perumahan Permata Klaster Dragon, Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Adapun dasar penangkapan Yahya Waloni atas laporan kepolisian dengan Nomor: LP/B/0287/IV/2021/BARESKRIM tertanggal 27 April 2021.

Baca juga: Ustaz Yahya Waloni Ternyata Telah Ditetapkan Tersangka Sejak Mei 2021, Tapi Baru Ditangkap

Hal itu diungkapkan oleh Karo Penmas Divisi Humas Polri, Brigjen Rusdi Hartono, Jumat (27/8/2021).

"Dalam laporan polisi tersebut, yang bersangkutan dilaporkan karena telah melakukan suatu tindak pidana yaitu ujaran kebencian berdasarkan SARA dan penodaan terhadap agama tertentu melalui ceramah yang diunggah pada video YouTube," ucap Rusdi, dikutip dari siaran langsung Kompas TV.

Lanjutnya, Yahya Waloni disangkakan beberapa pasal diantaranya, Pasal 28 ayat 2 jo. 45 A ayat 2 UU Informasi dan Tranksasi Elektronik (ITE).

Yahya Waloni ditangkap polisi.
Yahya Waloni ditangkap polisi. (Foto Kolase Tribun Manado)

Dalam pasal tersebut, Yahya Waloni bisa terancam pidana penjara maksimal 6 tahun.

Berita Rekomendasi

"Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)," demikian bunyi pasal itu.

Baca juga: BREAKING NEWS: Polisi Tangkap Yahya Waloni, Ini Kasusnya

Tak hanya itu, Yahya Waloni juga dipersangkakan pada pasal 156 huruf a KUHP, yaitu melakukan penodaan terhadap penodaan agama tertentu.

"Dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya lima tahun barang siapa dengan sengaja di muka umum mengeluarkan perasaan atau melakukan perbuatan yang bersifat permusuhan, penyalahgunaan, atau penodaan terhadap suatu agama yang dianut di Indonesia," bunyi pasal 156 a KUHP.

Rusdi mengatakan, kini penyidik masih melakukan pemeriksaan terhadap Yahya Waloni.

Masyarakat pun diimbau untuk tenang dan mempercayakan kasus ini kepada kepolisian.

PB HMI Sebut Penangkapan Yahya Waloni Sudah Tepat

Sementara itu, penangkapan Yahya Waloni ini mendapat apresiasi dari Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) karena tindakan kepolisian dinilai sudah tepat.

Organisasi kemahasiswaan itu menilai banyak ujaran Yahya Waloni dalam ceramahnya yang kontroversial.

Hal itu dikhawatirkan dapat memicu radikalisme dan sikap intoleran.

"Sudah tepat langkah polisi yang mengangkat Yahya Waloni. Banyak kutipan ceramahnya yang dikhawatirkan menjadi pemicu bagi munculnya kelompok yang lebih besar untuk membuat kegaduhan, yang berefek pada ancaman radikalisme dan intoleran," kata Kabid Perguruan Tinggi Kemahasiswaan dan Pemuda PB HMI, Akmal Fahmi dalam keterangan kepada Tribunnews.com, Kamis (26/8/2021).

Baca juga: Gerombolan Pemuda Bermotor Tenteng Senjata Tajam dan Serang Warga hingga Tersungkur di Pondok Gede 

Akmal sangat menyayangkan perilaku pihak-pihak yang ingin memecah belah persatuan bangsa.

Hal itu sangat bertentangan dengan momen Hari Kemerdekaan RI ke-76 yang masih terasa dan harusnya menjadi momentum mempererat persatuan dan kesatuan.

"Baru beberapa pekan lalu kita memperingati 17 Agustus sebagai momentum persatuan dan kesatuan dalam menjaga keutuhan NKRI. Maka kita sangat menyayangkan jika ada kelompok-kelompok yang ingin memecah persatuan dan kesatuan kita kembali." kata Akmal.

Akmal berharap dalam kondisi pandemi Covid-19 di Tanah Air, tak ada lagi perbuatan yang bersifat saling memojokkan.

Sebab yang dibutuhkan saat situasi seperti ini adalah semangat persatuan dan gotong royong.

"Tentunya di tengah kondisi bangsa saat ini, kita berharap bahwa tidak ada lagi tindakan-tindakan yang yang menyudutkan satu kelompok lainnya. Sangat tidak mencerminkan semangat persatuan dan gotong royong yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia," tegas Akmal.

(Tribunnews.com/Shella Latifa/Fandi Permana)

Baca berita lain seputar Kasus Yahya Waloni

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas