Jadi Pembicara Peringatan 20 Tahun Tragedi WTC 9/11, Gus Yahya Ajak Tatanan Dunia Diperkuat
Gus Yahya menekankan bahwa pasca serangan WTC tatanan dunia membutuhkan pengelolaan yang semakin tangguh.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, VIRGINIA – Katib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf kembali dipercaya untuk berbicara pada pertemuan tingkat internasional yang membahas tentang pentingnya perdamaian global.
Kamis (9/9/2021), Kiai Yahya diundang secara khusus oleh Regent University, Virginia, Amerika Serikat untuk menjadi narasumber peringatan 20 tahun atas Serangan Gedung World Trade Center (WTC) New York, 11 September 2001.
Pembicara lain pada acara yang disiarkan secara internasional ini antara lain mantan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo, Pat Robertson, pendiri Regent University, tokoh-tokoh dari kalangan diplomatik, ahli dan pemegang wewenang militer, keamanan dan hukum, serta intelektual AS.
Dalam paparannya, Gus Yahya--sapaan akrabnya--menekankan bahwa pasca serangan WTC tatanan dunia membutuhkan pengelolaan yang semakin tangguh.
Di antaranya adalah dengan menjaga keutuhan negara-bangsa yang ditopang lewat tradisi keagamaan dan budaya lokal yang kokoh dari serangan ideologi-ideologi transnasional.
Ideologi itu bisa didasarkan pada identitas agama, etnik atau ras, maupun gagasan-gagasan sekuler.
"Ini krusial sekali karena senyawa antara negara-bangsa, tradisi keagamaan dan budaya lokal adalah satu-satunya struktur dasar yang tersedia dalam tata dunia saat ini untuk mengelola proses negosiasi global menuju peradaban yang harmonis," kata Gus Yahya yang memberikan paparannya melalui rekaman video.
Melalui kecermatan dalam pola adaptasi terhadap globalisasi tersebut, maka tatanan dunia diyakini akan semakin membaik.
Baca juga: Mengenang 19 Tahun lalu, Peristiwa WTC 9/11 yang Menggemparkan Dunia
Namun sebaliknya, jika negosiasi ini gagal, maka ketegangan-ketegangan baru bisa saja tak terhindarkan.
"Negara-bangsa adalah pondasi tata dunia pasca Perang Dunia Kedua yang menopang stabilitas dan keamanan global saat ini," tandasnya.
Pada kesempatan itu, Gus Yahya juga menjelaskan potensi besar yang dimiliki Nahdlatul Ulama (NU) dengan tradisi keagamaan lokalnya yang kokoh serta bangsa Indonesia dengan visi “Bhinneka Tunggal Ika” dalam rangka membangun peradaban umat manusia.
Melalui tradisi keagamaan lokal dan visi bangsa itu, Gus Yahya menilai proses perwujudan konsensus menuju peradaban global yang harmonis bukanlah impian.
Acara peringatan Serangan WTC yang digelar Regent University dipandu langsung oleh Michele Bachmann, dekan pada The Robertson School of Government di kampus tersebut.
Pada kesempatan itu, Michele Bachmann menyampaikan kekagumannya dan memberikan apresiasi atas pidato Gus Yahya.
Bahkan Bachmann menyebut "Pak Yahya sebagai suara muslim terdepan dalam menghadapi ekstremisme."