Tiga Kemungkinan Bakal Dilakukan Sisa Kelompok MIT, Bersembunyi, Menyerah atau Balas Dendam
Ada tiga kemungkinan yang bakal dilakukan sisa kelompok MIT. Salah satunya adalah melakukan aksi akhir karena sudah merasa terdesak motif balas dendam
Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kelompok MIT yang tersisa sekarang menghadapi babak baru pascatewasnya sang pimpinan Ali Kalora.
Pengamat terorisme Universitas Indonesia (UI) Ridlwan Habib meyakini kelompok itu akan habis, baik dengan cara menyerah atau nantinya tertangkap oleh aparat keamanan.
Sebab, empat orang yang tersisa bukanlah sosok yang hebat dari sisi kemampuan tempur.
"Pascatewasnya Ali Kalora saya yakin MIT tumpas dan selesai. Saya meyakini empat orang ini akan segera tertangkap atau kalau tidak ya mereka menyerah sendiri," kata Ridlwan.
Belum lagi fakta bahwa kelompok MIT tak lagi mendapat bantuan dari jaringan JAD di luar Sulawesi Tengah setelah pimpinan terdahulu yakni Santoso tewas pada 2016.
"MIT ini sudah sangat lemah dan hanya bertahan hidup dari merampok ladang-ladang petani di kaki gunung," kata Ridlwan.
Berbeda, pengamat intelijen dan terorisme Universitas Indonesia Stanislaus Riyanta menyebut ada tiga kemungkinan yang bakal dilakukan sisa kelompok MIT.
Baca juga: Fakta-fakta Tewasnya Ali Kalora Pemimpin Teroris Poso, Kronologi Penyergapan, Ada Bom yang Meledak
Salah satunya adalah melakukan aksi akhir karena sudah merasa terdesak motif balas dendam.
Aksi akhir ini bisa berupa aksi teror atau serangan lain, walaupun kecil kemungkinan menggunakan bom karena sulitnya memperoleh bahan baku.
"Selain motif balas dendam, sisa anggota MIT akan melakukan aksi balasan jika merasa malu untuk menyerah dan perhitungan tidak mampu bertahan lama jika terus di hutan," kata Stanislaus.
Kemungkinan kedua adalah mereka tetap bersembunyi di hutan menjauh dari aparat keamanan dan masyarakat.
Hingga saat ini kelompok MIT sudah terbukti mampu bertahan bertahun-tahun hidup di hutan, walaupun tetap sesekali turun ke perkampungan untuk memenuhi logistik dan kebutuhan lain.
"Namun jika ini yang dilakukan maka diperkirakan sisa kelompok MIT tersebut tidak akan bertahan lama, karena kejaran aparat keamanan yang semakin solid dan berpengalaman di medan Poso," katanya.
Kemungkinan terakhir, kelompok MIT tersebut diprediksi bakal menyerah kalah.
Stanislaus mengatakan dengan tewasnya Ali Kalora dan Ikrima serta berkurangnya senjata yang dimiliki, maka semangat dari sisa kelompok MIT akan jatuh.
"Untuk memperkecil risiko maka kemungkinan menyerah adalah situasi terbaik bagi mereka. Tapi untuk mewujudkan ini maka aparat keamanan juga perlu melakukan dialog kepada para tokoh yang bisa berhubungan dengan sisa kelompok MIT untuk menghimbau agar mereka menyerah," ucap Stanislaus.
Selain itu, dia menyebut hal yang harus diwaspadai adalah munculnya pembelaan dan simpati dari kelompok tertentu atas tewasnya Ali Kalora dan Ikrima.
Sebelumnya pada 2020 ketika dua anggota MIT tewas ditembak aparat karena melakukan perampasan senjata pada anggota Polri yang berjaga di bank, pemakamannya mendapat simpati dari sejumlah masyarakat bahkan dielu-elukan seperti layaknya pahlawan.
Hal yang sama juga terjadi pada saat pemakanan pemimpin MIT Santoso pada 2016.
"Pembelaan dan simpati masyarakat terhadap teroris MIT ini menunjukkan bahwa radikalisme juga mengakar kuat di masyarakat, sehingga pemberantasan terorisme tidak akan mudah dilakukan. Kelompok MIT mampu bertahan selama ini tentu karena ada dukungan dari simpatisannya (sebagian masyarakat). Dukungan tersebut bisa berupa logistik atau berupa informasi," katanya.
Menurutnya, upaya pemberantasan terorisme tidak berhenti dengan menembak mati pelaku teror.
Di luar itu perlu dilakukan deradikalisasi terhadap kelompok masyarakat yang sudah terpapar paham radikal dan mendukung gerakan kelompok teroris.
Selain itu juga perlu dilakukan kontra radikalisasi yaitu penguatan ideologi di masyarakat agar tidak mudah terpengaruh dan mampu melawan paham radikal.
"Pemerintah perlu melakukan deradikalisasi terhadap pihak-pihak di masyarakat yang mendukung kelompok MIT. Jika hal ini bisa dilakukan secara masif, sehingga sisa kelompok MIT bisa menyerah, dan masyarakat sadar bahwa radikalisme terorisme adalah pelanggaran hukum yang tidak pantas dilakukan, maka kemungkinan wilayah Poso menjadi lebih baik dan lebih aman adalah sangat besar," jelas dia. (Tribunnetwork/Vincentius Jyestha)