Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

2 Faktor yang Menyebabkan Cuaca pada Siang Hari Akhir-akhir Ini Begitu Panas

Menurut BMKG, setidaknya ada dua faktor yang menyebabkan suhu udara tinggi dan cuaca akhir-akhir ini lebih panas dari biasanya. Berikut penjelasannya.

Penulis: Arif Tio Buqi Abdulah
Editor: Daryono
zoom-in 2 Faktor yang Menyebabkan Cuaca pada Siang Hari Akhir-akhir Ini Begitu Panas
portugalresident.com
ILUSTRASI CUACA PANAS - Ada dua faktor atau alasan kenapa udara terasa panas dan terik saat siang hari akhir-akhir ini. Berikut penjelasan BMKG. 

TRIBUNNEWS.COM - Banyak masyarakat merasakan suhu udara akhir-akhir ini sangat panas.

Hampir setiap tahun, ketika memasuki bulan Oktober banyak masyarakat yang mengeluhkan cuaca atau suhu udara yang sangat panas.

Suhu udara yang tinggi ini dicatatan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terjadi di sejumlah tempat di Indonesia.

BMKG mencatat, suhu tinggi lebih dari 36 °C terjadi di Medan, Deli Serdang, Jatiwangi dan Semarang pada 14 Oktober yang lalu.

Suhu tertinggi pada hari itu tercatat di Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Wilayah I, Medan yaitu 37,0 °C.

Lantas apa yang membuat cuaca akhir-akhir ini sangat panas dan suhu udara lebih tinggi dari biasanya?

Baca juga: Hoaks Gelombang Panas Terjadi di Indonesia, Ini Penjelasan BMKG soal Suhu Tinggi di Sejumlah Daerah

Menurut BMKG, setidaknya ada dua faktor yang menyebabkan cuaca akhir-akhir ini lebih panas dari biasanya.

Berita Rekomendasi

Pertama yakni karena faktor kedudukan semu gerak matahari yang berada tepat di atas Indonesia, tepatnya Pulau Jawa.

Pada bulan Oktober ini, posisi matahari berada di atas Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara dalam perjalannya menuju posisi 23 lintang selatan setelah meninggalkan ekuator

Posisi semu Matahari di atas Pulau Jawa akan terjadi 2 kali yaitu di bulan September/Oktober dan Februari/Maret, sehingga puncak suhu maksimum terasa di wilayah Jawa hingga NTT terjadi di seputar bulan-bulan tersebut.

Beberapa kota di wilayah tersebut juga akan mengalami fenomena hari tanpa bayangan.

Posisi matahari berada pada 90 derajat tetika terjadi hari tanpa bayangan.

Hal itu menyebabkan tidak ada bayangan yang terbentuk dari benda tegak tak berongga saat tengah hari.

Baca juga: Peringatan Dini BMKG Minggu 17 Oktober 2021: 21 Wilayah Potensi Hujan Lebat, Petir & Angin Kencang

Faktor yang kedua, yakni cuaca cerah dan minimnya awan-awan hujan yang dapat menghalangi sinar matahari ke permukaan bumi.

Cuaca cerah menyebabkan penyinaran langsung sinar matahari ke permukaan lebih optimal sehingga terjadi pemanasan suhu permukaan.

Kondisi tersebut berkaitan dengan adanya Siklon Tropis KOMPASU di Laut Cina Selatan bagian Utara yang menarik masa udara dan pertumbuhan awan-awan hujan serta menjauhi wilayah Indonesia.

Sehingga cuaca di wilayah Jawa cenderung menjadi lebih cerah - berawan dalam beberapa hari terakhir.

Baca juga: Gempa M 4,8 Guncang Bali, 2 Warga Meninggal Tertimbun Tanah di dalam Rumah, Sejumlah Bangunan Rusak

Bukan Gelombang Panas

BMKG menyatakan, kondisi suhu panas dan terik saat ini tidak bisa dikatakan sebagai gelombang panas.

Menurut BMKG, gelombang panas terjadi pada wilayah yang terletak pada lintang menengah dan tinggi.

Sedangkan wilayah Indonesia terletak di wilayah ekuator (khatulistiwa) yang secara sistem dinamika cuaca tidak memungkinkan terjadinya gelombang panas.

"Gelombang panas dalam ilmu cuaca dan iklim didefinisikan sebagai periode cuaca (suhu) panas yang tidak biasa yang biasanya berlangsung setidaknya lima hari berturut-turut atau lebih (sesuai batasan Badan Meteorologi Dunia atau WMO) disertai oleh kelembapan udara yang tinggi," terang BMKG melalui siaran persnya.

Lebih lanjut, untuk dianggap sebagai gelombang panas, suatu lokasi harus mencatat suhu maksimum harian melebihi ambang batas statistik.

Misalnya 5 derajat celcius lebih panas, dari rata-rata klimatologis suhu maksimum, dan setidaknya telah berlangsung dalam lima hari berturut-turut.

Apabila suhu maksimum tersebut terjadi dalam rentang rata-ratanya dan tidak berlangsung lama maka tidak dikatakan sebagai gelombang panas.

Gelombang panas umumnya terjadi berkaitan dengan berkembanganya pola cuaca sistem tekanan atmosfer tinggi di suatu area secara persisten dalam beberapa hari.

Dalam sistem tekanan tinggi tersebut, terjadi pergerakan udara dari atmosfer bagian atas menuju permukaan (subsidensi) sehingga termampatkan dan suhunya meningkat.

"Pusat tekanan atmosfer tinggi ini menyulitkan aliran udara dari daerah lain masuk ke area tersebut. Semakin lama sistem tekanan tinggi ini berkembang di suatu area, semakin meningkat panas di area tersebut, dan semakin sulit awan tumbuh di wilayah tersebut," jelas BMKG.

Menurut catatan BMKG, suhu tinggi ini bukan merupakan penyimpangan besar dari rata-rata iklim suhu maksimum dan masih berada dalam rentang variabilitasnya di Bulan Oktober.

(Tribunnews.com/Tio)

Berita Terkait tentang Gelombang Panas

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas