Apa Itu Hari Raya Galungan? Berikut Penjelasan dan Serangkaian Acaranya
Hari Raya Galungan merupakan hari di mana kemenangan Dharma (kebaikan) melawan Adharma (kejahatan), berikut serangkaian acara Hari Raya Galungan
Editor: Miftah

TRIBUNNEWS.COM - Berikut ini pengertian hingga serangkaian acara Hari Raya Galungan.
Hari Raya Galungan akan dirayakan oleh umat Hindu besok, Rabu 10 November 2021.
Galungan merupakan Hari Raya Suci Agama Hindu.
Baca juga: 35 Link Twibbon Hari Raya Galungan 10 November Lengkap dengan Cara Membuatnya
Lantas, apa itu Hari Raya Galungan dan bagaimanakah serangkaian acaranya?
Pengertian Hari Raya Galungan
Dikutip dari laman resmi Pemerintah Kabupaten Buleleng, Hari Raya Galungan ialah hari dimana umat Hindu memperingati terciptanya alam semesta jagad raya beserta seluruh isinya.
Selain itu, Hari Raya Galungan merupakan hari dimana kemenangan Dharma (kebaikan) melawan Adharma (kejahatan).
Atau bisa dikatakan bahwa perayaan ini merupakan hari kemenangan kebaikan atas kejahatan.
Sebagai ucapan syukur mereka, umat Hindu memberi dan melakukan persembahan pada Sang Hyang Widhi dan Dewa Bhatara (dengan segala manifestasinya).

Perayaan Hari Raya Galungan identik dengan penjor yang dipasang setiap rumah di tepi jalan.
Penjor adalah bambu yang dihias sedemikian rupa sesuai tradisi masyarakat Bali setempat.
Penjor ini menghiasi jalan raya yang bernuansa alami.
Setiap rumah yang memasang Penjor di tepi jalan merupakan aturan ke hadapan Bhatara Mahadewa.
Baca juga: 20 Link Twibbon Hari Raya Galungan 10 November Lengkap dengan Cara Membuatnya
Arti kata Galungan
Dikutip dari laman resmi Pemerintah Kabupaten Buleleng, kata Galungan diambil dari bahasa Jawa Kuna yang berarti bertarung.
Galungan biasa disebut juga dengan “dungulan” yang artinya menang.
Penyebutan Wuku Galungan (di Jawa) dengan Wuku Dungulan (di Bali) adalah sama artinya, yakni wuku yang kesebelas.
Pelaksanaan Hari Raya Galungan
Hari raya Galungan dirayakan oleh umat Hindu setiap 6 bulan Bali (210 hari) yaitu pada hari Budha Kliwon Dungulan (Rabu Kliwon wuku Dungulan).
Hari Raya Galungan bulan ini diperingati pada Rabu, 10 November 2021.

Dikutip dari laman resmi Pemkab Buleleng, berikut ini beberapa rangkaian acara Hari Raya Galungan:
1. Tumpek Wariga
Pada hari Tumpek Wariga, Ista Dewata yang dipuja adalah Sang Hyang Sangkara sebagai Dewa Kemakmuran dan Keselamatan Tumbuh-tumbuhan.
Adapun tradisi masyarakat untuk merayakannya adalah dengan menghaturkan banten (sesaji) yang berupa Bubuh (bubur) Sumsum yang berwarna seperti bubuh putih yang digunakan untuk umbi-umbian, bubuh bang untuk padang-padangan, bubuh gadang untuk bangsa pohon yang berkembang biak secara generatif, bubuh kuning untuk pohon yang berkembang biak secara vegetatif.
Pada hari Tumpek Wariga ini, semua pepohonan akan disirati tirta wangsuh/ air suci yang dimohonkan di sebuah Pura/Merajan dan diberi banten berupa bubuh tadi disertai canang pesucian, sesayut tanem tuwuh dan diisi sasat.
Setelah selesai kemudian pemilik pohon akan menggetok atau mengelus batang pohon sambil berucap sendiri (bermonolog).
Tumpek Wariga jatuh pada Sabtu Kliwon 25 hari sebelum Galungan.
2. Sugihan Jawa
Sugihan Jawa adalah hari sebagai pembersihan/penyucian segala sesuatu yang berada di luar diri manusia (Bhuana Agung).
Pada hari ini umat melaksanakan upacara yang disebut Mererebu atau Mererebon.
Upacara Ngerebon ini dilaksanakan dengan tujuan untuk menetralisir segala sesuatu yang negatif yang berada pada Bhuana Agung.
Sugihan Jawa dirayakan setiap hari Kamis Wage wuku Sungsang
Baca juga: Rahajeng Nyanggra Rahina Galungan lan Kuningan: Simak Sejarah & Kumpulan Ucapannya dalam Bahasa Bali
3. Sugihan Bali
Sugihan Bali memiliki makna penyucian/pembersihan diri sendiri/Bhuana Alit.
Tata cara pelaksanaannya adalah dengan cara mandi, melakukan pembersihan secara fisik, dan memohon Tirta Gocara kepada Sulinggih sebagai simbolis penyucian jiwa raga untuk menyongsong hari Galungan yang sudah semakin dekat.
Sugihan Bali dirayakan setiap hari Jumat Kliwon wuku Sungsang.
4. Hari Penyekeban
Hari Penyekeban berarti mengekang diri agar tidak melakukan hal-hal yang tidak dibenarkan oleh agama.
Hari Penyekeban ini dirayakan setiap Minggu Pahing wuku Dungulan.

5. Hari Penyajan
Hari penyajan memiliki filosofis memantapkan diri untuk merayakan hari raya Galungan.
Menurut kepercayaan, pada hari ini umat akan digoda oleh Sang Bhuta Dungulan untuk menguji sejauh mana tingkat pengendalian diri umat Hindu untuk melangkah lebih dekat lagi menuju Galungan.
Hari ini dirayakan setiap Senin Pon wuku Dungulan.
6. Hari Penampahan
Hari Penampahan jatuh satu hari sebelum Galungan, tepatnya pada hari Selasa Wage wuku Dungulan.
Pada hari ini umat akan disibukkan dengan pembuatan [penjor]sebagai ungkapan syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas segala anugrah yang diterima selama ini,
Selain membuat penjor, umat juga menyembelih babi yang dagingnya akan digunakan sebagai pelengkap upacara.
Penyembelihan babi mengandung makna simbolis membunuh semua nafsu kebinatangan yang ada dalam diri manusia.
Berdasarkan kepercayaan masyarakat Bali pada umumnya, pada hari Penampahan para leluhur akan mendatangi sanak keturunannya yang ada di dunia.
Oleh karena itu, masyarakat membuat suguhan khusus yang terdiri atas nasi, lauk-pauk, jajanan, buah, kopi, air, lekesan (daun sirih dan pinang) atau rokok yang ditujukkan kepada leluhur yang “menyinggahi” mereka di rumahnya masing-masing.
Pagi hari umat telah memulai upacara untuk Galungan ini.
Dimulai dari persembahyangan di rumah masing-masing hingga ke Pura sekitar lingkungan.
Tradisi yang kerap kita jumpai pada Galungan adalah Tradisi “Pulang Kampung”.
Umat yang berasal dari daerah lain akan menyempatkan diri untuk sembahyang ke daerah kelahirannya masing-masing.
(Tribunnews.com/Kristina Wulandari)