Profil Ahmad Yani: Sang Jenderal Penumpas Gerakan DI/TII, Dianugerahi Pahlawan Revolusi
Berikut adalah profil Jenderal Ahmad Yani yang merupakan tokoh dari penumpasan gerakan DI/TII dan PKI serta digelari Pahlawan Revolusi.
Penulis: Yohanes Liestyo Poerwoto
Editor: Tiara Shelavie
Kepemimpinannya pun diperluas dari batalyon menjadi brigade dan diberi nama Brigade Diponegoro dari Divisi III yang membawahi Batalyon Suryosumpeno, Daryatmo, dan Panuju.
Jabatan yang baru dipegangnya tersebut langsung mendapat ujian yaitu adanya pemberontakan PKI di sekitar Grobogan, Purwodadi.
Batalyon Suryosumpeno pun ditugaskan dan berhasil menumpas pemberontakan tersebut.
Belum sempat beristirahat, Ahmad Yani pun harus mengemban tugas yang lebih berat yaitu Agresi Militer Belanda II pada 19 Desember 1948.
Singkat cerita pasukan Belanda berhasil ditumpas dengan taktik gerilya yang direncanakan oleh Panglima Besar Soedirman.
Ahmad Yani berperan sebagai komandan Wehrkreise atau WK II yang merupakan daerah militer di mana wilayah yang diembannya meliputi Kedu.
Beberapa batalyon pun ditempatkan di bawah kekuasannya dan harus menghadapi Brigade Victoria pimpinan Letnan Kolonel Van Zanton yang terkenal kejam.
Pasukan Belanda pun akhirnya dapat ditumpas bahkan dipaksa untuk mundur.
Pengabdian Terhadap Negeri
Setelah perang Kemerdekaan, tugas Ahmad Yani belum selesai.
Dirinya harus menghadapi gerombolan DI/TII, gerombolan Kyai Somolangu di Kebumen, serta pemberontakan Batalyon 426 pimpinan Mayor Munawar dan Kapten Alip.
Pasukan Yani yang memiliki nama baru yakni Brigade Q Praloga I tersebut ditugasi untuk menumpas gerombolan tersebut.
Terkait penumpasan DI/TII, dirinya melatih dua kompi yakni Kompi Yasir dan Kompi Pujadi di Purworejo.
Baca juga: Hari Pahlawan, Barikade 98 Minta Presiden Beri Gelar Pahlawan Nasional kepada 4 Pejuang Reformasi
Unsur utama dari pasukan itu ialah serangan pendadakan dan serangan dengan cara tersebut berhasil memperkecil daerah DI/TII.
Pengalaman tersebut pun membuat Yani menggagas batalyon Raiders sebagai pasukan inti dan direalisasikan pada 25 Maret 1953 yang dikomandoi oleh Kapten Hardoyo.
Akibatnya gerombolan DI/TII pun berhasil ditumpas.
Gugur Dalam Peristiwwa G30S, Dianugerahi Pahlawan Revolusi
Ahmad Yani pun pada saat itu telah menjabat sebagai Panglima Angkatan Darat ketika situasi politik Tanah Air didominasi oleh PKI.
Dirinya pun berada dalam kegalauan karena di lain sisi dirinya harus patuh terhadap Presiden sebagai Panglima Tertinggi namun di pihak lain, ia tidak dapat menutupi antipatinya terhadap PKI.
Lalu akhirnya rongrongan PKI dirasakan di dalam tubuh Angkatan Darat.
Angkatan Darat dituduh isu tidak benar seperti Dewan Jenderal dan Dokumen Gillchrist yang disebarluaskan ke masyarakat.
Dewan tersebut diisukan dipimpin oleh Ahmad Yani untuk menilai kebijaksanaan politik Presiden.
Sedangkan dalam Dokumen Gillchrist disebutkan keterlibatan Angkatan Darat dalam rencana serangan salah satu negara asing ke Indonesia.
Akibatnya PKI melalui Presiden membentuk Angkatan Kelima yang berisi buruh dan tani untuk dipersenjatai.
Ahmad Yani pun menolak rencana Presiden tersebut.
Bentrokan antara Angkatan Darat dan PKI pun terjadi dan puncaknya adalah pemberotakan yang dikenal dengan nama G30S/PKI pada 30 September 1965.
Singkat cerita sasaran penculikan pun dilakukan terhadap pejabat-pejabat tinggi Angkatan Darat termasuk Jenderal Ahmad Yani.
Pada 1 Oktober 1965 pukul 05.00 WIB, pasukan Cakrabirawa yang merupakan pasukan pengawal Presiden mendatangi rumah Ahmad Yani.
Pasukan tersebut pun berbicara kepada Ahmad Yani untuk menemui Presiden namun dirinya ijin terlebih dahulu untuk mandi.
Namun pasukan tersebut memaksanya untuk tidak usah mandi dan langsung saja menemui Presiden.
Ahmad Yani pun marah dan memukul salah satu prajurit tersebut.
Nahas, ketika Ahmad Yani berbalik badan dan memasuki kamar tidurnya kembali, ia diberondong tembakan dari pasukan Cakrabirawa dan tewas seketika.
Jenazahnya pun diseret dan dilemparkan ke atas sebuah truk.
Lalu jasad Ahmad Yani dimasukkan ke sebuah sumur di Lubang Buaya dan ditemukan pada 3 Oktober 1965.
Setelah itu seluruh jasad dari seluruh korban dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta pada Ulang Tahun ke-20 ABRI.
Untuk Jenderal Ahmad Yani sendiri memiliki 13 buah tanda jasa berkat pengabdiannya kepada negara.
Setelah gugurnya, Pemerintah Indonesia pun menganugerahkan kepadanya gelar Pahlawan Revolusi pada 5 Oktober 1965.
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)
Artikel lain terkait Hari Pahlawan